Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno baru saja mengunjungi benteng terbesar di dunia. Lokasinya berada di Desa Wisata Limbo Woliyo, Kabupaten Baubau, Sulawesi Tenggara.Â
Desa wisata tersebut masuk dalam daftar 50 desa wisata terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Benteng itu menjadi atraksi andalan warga desa menarik wisatawan.
Advertisement
Baca Juga
"Kita harus jaga, kita harus lestarikan, dan memang untuk menjaganya ini harus melibatkan masyarakat, pemerintah dan seluruh pentahelix," ujar Sandi dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Rabu, 8 Juni 2022.
Benteng Limbo Woliyo diperkirakan dibangun sejak tahun 1600-an. Luasnya mencapai 20 hektare. Sejarah panjang dan cerita yang mengikutinya diyakini Sandi bisa membantu membangkitkan ekonomi masyarakat. Tapi, hal itu tak bisa tanpa benteng dijaga dan dipertahankan.
Sandi juga menandatangani prasasti sekaligus memberikan penghargaan kepada wali kota dan Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) Desa Wisata Limbo Woliyo. "Mari sama-sama kita jaga sebagai tatanan sesuai dengan harapan dari Bapak Presiden Joko Widodo bahwa pariwisata harus bangkit, ekonomi harus tumbuh, lapangan kerja harus terbuka," sambung dia.
Benteng Wolio merupakan salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Buton. Benteng itu terletak di atas Bukit Wolio. Dengan luasan yang tak kecil, Benteng Wolio dinobatkan sebagai bangunan pertahanan terluas di dunia pada September 2006.
Saking besar dan megahnya, bangunan ini juga dijuluki Seribu Benteng. Bangunan ini terdiri dari bangunan induk dan sejumlah benteng kecil di dalamnya sebagai pendukung.Â
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Seputar Benteng Wolio
Benteng Wolio memiliki empat buah pos pengintai, 12 pintu gerbang, 16 benteng kecil, parit dan berbagai senjata. Desain bangunan Benteng Wolio pun sangat menarik lantaran memiliki bentuk arsitektur yang terbuat dari batuan gunung dan karang.
Karang tersebut direkatkan dengan putih telur serta campuran pasir dan juga kapur. Tinggi serta tebal setiap dinding yang ada di benteng tidak sama, hal ini dikarenakan bangunan tersebut mengikuti kontur tanah atau lereng bukit. Tinggi tembok rata-rata mencapai 8 meter dan ketebalan mencapai dua meter.
Letaknya berada di ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dengan lereng yang cukup terjal. Posisinya cocok untuk dijadikan benteng pertahanan pada masanya.
Dikutip dari kanal News Liputan6.com, salah satu bagian benteng tertua adalah tiang bendera Kasulana Tombi. Tiang bendera ini disanggah empat tonggak lantaran sudah termakan usia.
Sejak berdiri pada abad ke-17, tiang ini pernah tersambar petir. Namun, Kasulana Tombi masih terpancang dan pernah mengibarkan banyak bendera, mulai dari Keraton Buton, Belanda, Jepang, hingga Bendera Merah Putih.
Â
Advertisement
Bukan Hanya Biaya
Sandiaga membandingkan situasi Benteng Wolio dengan Candi Borobudur yang sedang disorot karena pemerintah berencana menerapkan tarif naik ke area stupa Rp750 ribu. Menurut dia, pengembangan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan juga perlu diterapkan di Benteng Wolio mengingat kokohnya batu bisa tergerus seiring berjalannya waktu.
"Memang sekarang yang menjadi salah satu topik yang hangat dibicarakan adalah biaya, tapi menurut hemat kami dari Kemenparekraf, yang perlu dijaga itu adalah aspek keberlanjutannya, aspek bagaimana ikon pariwisata seperti Desa Wisata Limbo Woliyo ini akan menjadi warisan untuk anak-cucu kita, untuk ratusan tahun ke depan, jadi harus kita jaga," ujarnya.
Dalam kesempatan berbeda, Sandi juga menyinggung soal tarif naik Candi Borobudur yang diperbincangkan banyak orang. Ia menyayangkan masyarakat hanya fokus pada kenaikan tarif, bukan pesan di balik itu.
"Kalau dilihat, ada pesan yang disampaikan, yakni menjaga kelangsungan Candi Borobudur. Kita itu lebih ke infrastrukturnya yang bisa dibenahi. Karena berdasarkan hasil studi, Candi itu hanya bisa naik 600 sampai 1.200 orang per hari," jelas Sandi seraya menyebut kebijakan diambil berdasarkan rekomendasi dari UNESCO dan banyak pakar.
Tunda Pembahasan
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sepakat menunda rencana tersebut.
"Kita postpone dulu. Tadi Pak Menteri (Luhut Binsar Pandjaitan) sudah menyampaikan, 'Pak Gub itu kita postpone dulu, biar tidak terjadi cerita yang ke mana-mana'," kata Ganjar usai bertemu dengan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan di Rumah Dinas Gubernur Jateng, Semarang, Selasa, 7 Juni 2022, dilansir Antara.
Ganjar sudah lebih dulu mengusulkan penundaan penerapan kenaikan harga tiket area stupa Candi Borobudur. Menurut Ganjar, diperlukan beberapa langkah sebelum kenaikan harga tiket diberlakukan. Salah satunya, kata dia, perlu kajian bersama antara Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur dan Balai Konservasi Borobudur.
"Saya sampaikan kepada beliau, ini banyak yang protes, menurut saya diendapkan dan beliau setuju. Ini soal tarif jangan dibicarakan dulu, di-postpone dulu, dan memang TWC sama balai sedang komunikasi, maka masyarakat tidak perlu resah. Itu penting untuk disampaikan," ujarnya.
Ganjar menjelaskan bahwa penataan di kawasan Candi Borobudur masih terus dilakukan sehingga harus dicari skema-skema terbaik untuk mengatur wisatawan yang hendak naik ke area stupa candi. Opsinya bisa dengan pembatasan kuota maupun dengan instrumen lain seperti menaikkan harga tiket.
Hingga saat ini, seluruh wisatawan belum diizinkan pengelola naik ke area stupa Candi Borobudur. Pengunjung hanya diperbolehkan sampai ke pelataran candi dengan harga tiket masuk Borobudur untuk wisatawan lokal dewasa sebesar Rp50 ribu.Â
Advertisement