Sukses

Lagi, Festival Daging Anjing Yulin China Disemprot Aktivis dan Kelompok Hak Asasi Hewan

Festival Daging Anjing ini biasanya berlangsung selama 10 hari di Yulin, China, dan telah menimbulkan kontroversi karena penyelenggaraannya.

Liputan6.com, Jakarta - Festival Daging Anjing yang kontroversial akan dimulai minggu depan. Keputusan ini sekali lagi membangkitkan kemarahan aktivis lokal dan internasional, serta kelompok hak asasi hewan.

Apa yang disebut "festival daging leci dan anjing" diadakan setiap tahun di kota Yulin, China, yang terletak di wilayah otonomi Guangxi. Aktivis di China, yang tahun lalu mencegat setidaknya satu pengiriman anjing yang akan disembelih, telah mendesak pihak berwenang setempat untuk memanfaatkan pembatasan COVID-19 untuk menutup festival.

"Sementara di tempat lain di China, kota-kota berada dalam penguncian COVID-19, tidak masuk akal bagi pedagang daging anjing Yulin untuk diizinkan mendorong pengunjung bepergian melintasi provinsi dan ke dalam kota," kata aktivis yang berbasis di Guangxi, Liang Jia dalam keterangan Humane Society, melansir New York Post, Rabu (15/6/2022).

Ia melanjutkan, "Selain kekejaman terhadap hewan, yang mana ribuan anjing dan kucing terlapor dipukuli sampai mati, ini jelas merupakan risiko kesehatan masyarakat. Pihak berwenang Yulin harus menganggap ini serius karena akan sangat memalukan jika festival daging anjing Yulin jadi acara penyebar (wabah COVID-19) super."

Festival ini diluncurkan pada 2010 dalam upaya para pedagang daging anjing melawan penjualan yang lesu, menurut Humane Society International. Meski kehadiran pengujung festival 10 hari tersebut telah menurun dalam beberapa tahun terakhir karena pembatasan COVID-19, penyelenggaraannya dilaporkan telah mengumpulkan sekitar 10 ribu anjing untuk disembelih pada puncaknya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Bukan Hewan Ternak

Rancangan kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan China pada 2020 menyebut anjing sebagai "hewan pendamping khusus," yang tidak diakui sebagai ternak, lapor Guardian. Walau tidak memiliki bobot hukum yang lengkap, kebijakan itu disambut baik oleh para aktivis hak-hak binatang di China dan sekitarnya.

Pada tahun yang sama, media pemerintah Tiongkok melaporkan bahwa 75 persen warga Tiongkok secara nasional mendukung keputusan kota selatan Shenzhen untuk melarang konsumsi daging anjing. Selain pertimbangan etis, narasi munculnya penyakit menular yang diturunkan dari hewan di masa awal pandemi COVID-19 telah membuat publik memikirkan kembali pilihan makanannya.

Salah satunya dilakukan seorang warga Singapura bernama Kelvin Ng. The Strait Times melaporkan, Imlek tahun lalu, ia meniadakan steamboat untuk pertama kali sepanjang sejarah keluarganya merayakan Tahun Baru China. Pria itu dibesarkan di Malaysia dengan memakan daging hewan liar eksotis, seperti kelelawar, ular, dan babi hutan, selama pertemuan keluarga.

3 dari 4 halaman

Tetap Terselenggara Selama Pandemi

Juga di tahun pertama pandemi, Festival Daging Anjing tetap terselenggara di Yulin, terlepas dari imbauan pemerintah untuk membatalkan acara tersebut. Acara tahunan yang berlangsung selama 10 hari ini biasanya menarik ribuan pengunjung.

Mengutip SCMP, penyelenggaraan di masa pandemi membuat jumlah pengunjung jauh berkurang, dan tahun ini diharapkan para aktivis sebagai kali terakhir dilangsungkannya festival daging anjing, yang sepertinya tidak berjalan sesuai rencana mengingat tahun ini akan kembali terselenggara.

Sejak awal penyebaran COVID-19, hubungan antara warga Tiongkok dengan hewan terus dikaji, terutama soal kultur konsumsi dengan ragam kepercayaan. Pemerintah setempat bahkan telah memperbarui aturan tentang perdagangan dan konsumsi hewan liar.

Di samping protes yang terus dilayangkan berbagai pihak atas kebiasaan tersebut, penyebaran virus corona baru dengan beberapa hewan dikatakan sebagai medium penularan jadi alasan lain dalam pembaruan regulasi tersebut. Terkait larangan mengonsumsi daging anjing di Shenzhen, kebijakan tersebut telah didesak untuk diberlakukan di kota-kota lain.

4 dari 4 halaman

Yakin Akan Dilarang

Sementara Kementerian Agrikultura Tiongkok telah mengklasifikasikan anjing sebagai hewan peliharaan, bukan makanan, aturan lain terkait hewan yang belum lama dibahas adalah penetapan trenggiling sebagai hewan dengan perlindungan legal tertinggi.

Hewan mamalia ini tercatat paling sering diperjualbelikan secara bebas, kendati beberapa wilayah sudah melarang aktivitas tersebut secara hukum. Umum digunakan sebagai obat tradisonal di Tiongkok, bagian tubuh trenggiling, terutama sisik, dijual dengan harga tinggi di berbagai pasar gelap. Padahal, belum ada penelitian yang membuktikan khasiatnya.

Pemerintah Tiongkok juga sudah menghapuskan sebuah pil terbuat dari tinja kelelawar dari daftar obat tradisional. Zhang Qianqian, seorang aktivis hak-hak binatang, mengatakan bahwa ia yakin pada akhirnya Festival Daging Anjing akan dilarang.

"Dari apa yang kami pahami dari percakapan kami dengan penjual daging, para pemimpin mengatakan bahwa konsumsi daging anjing tidak akan diizinkan di masa depan. Tapi, melarang konsumsi daging anjing akan sulit dan memakan waktu," ia mengatakan.