Liputan6.com, Jakarta - Sebagai selebritas, Titi Kamal punya banyak kegiatan di dunia hiburan. Meski begitu, ia selalu berusaha menyempatkan diri memasak untuk suami dan anak-anaknya.
Titi mengaku, sejak awal pandemi Covid-19 dan pembatasan aktivitas masih berlaku, ia jadi punya lebih banyak waktu untuk belajar masak sekaligus mencoba berbagai jenis masakan baru.
Selain itu, ada alasan khusus yang membuat Titi akhirnya tergerak untuk belajar memasak. Ia ternyata tak mau kalah dengan kemampuan sang suami, Christian Sugiono, di dapur.
Advertisement
Baca Juga
"Aku harus bisa mengimbangi suami. Pas pacaran, dia kuliah di luar negeri dan bisa masak sendiri, lebih jago duluan soal masak dan aku tertantang harus bisa masak juga," kata Titi Kamal saat ditemui di acara peluncuran Prochiz Cheddar Royale di Shangri-La Hotel, Jakarta Pusat, Rabu, 15 Juni 2022.
Sebelum pandemi, Titi mengaku sudah bisa masak, tapi baru sebatas membuat makanan standar dan tidak terlalu sulit. Keinginannya untuk belajar memasak kian berkembang di tengah pandemi karena ia lebih sering berada di rumah.
Selama pandemi, kebanyakan pekerjaan yang diambil tidak membutuhkan waktu terlalu lama, misalnya syuting untuk iklan, sehingga Titi lebih bisa berkreasi dan mencoba berbagai resep di dapur.
Ada kepuasan tersendiri ketika makanan buatannya diterima dengan baik oleh suami, serta dua putranya. Pujian dan raut kebahagiaan yang terlihat di wajah keluarganya membuat bintang Ada Apa Dengan Cinta? itu lebih semangat untuk memasak lebih banyak menu.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bikin Camilan
Lebih lanjut Titi bercerita, "Jadi saat mengisi waktu luang di rumah lebih seru lagi kalau masak. Karena kita ibu-ibu kalau lihat anak-anak makan hasil masak kita, terus mereka happy, aku juga kan semakin semangat. Jadi senang berkreasi, next masak apa lagi ya."
Wanita berusia 40 tahun ini menambahkan, di rumah, ia lebih sering memasak camilan atau dessert. Terlebih suami dan kedua anaknya sangat suka makan makanan penutup.
Beberapa camilan yang sering dibuatnya, seperti martabak keju, spageti karbonara, donat, dan brownis keju yang menjadi favorit anak-anaknya. "Sebelumnya aku syuting agak padat jadwalnya. Sejak ada waktu luang jadi bisa lebih bereksperimen dan lebih bervariasi masakannya," ucapnya.
Meski begitu, makanan yang dibuatnya tidak selalu membutuh teknik memasak yang rumit. Titi yang belakangan membuat video seputar masak untuk saluran YouTube punya tips khusus agar membuat hidangan sederhana menjadi lezat: menambahkan keju ke dalamnya.
Advertisement
Menambahkan Keju
Anak-anaknya sangat menyukai keju. Karena itu, ia kerap membuatkan makanan dengan tambahan produk susu tersebut. "Kalau mau yang simpel, tinggal ambil roti nanti parut keju. Aku juga suka bikin puding, itu kan gampang banget. Nanti atasnya tinggal parut keju dan anak-anak biasanya suka banget, tapi tetap ada batas-batasannya juga (konsumsi keju per hari)," ungkapnya.
"Kalau mau masak juga enggak harus selalu beli bahan-bahannya. Kita bisa manfaatin bahan masakan yang ada di kulkas. Jadi memang banyak banget kreasi yang tersedia di kulkas, itu bisa banget langsung dibikin sesimpel mungkin, tapi rasanya tetap lezat, enak, dan bergizi," lanjut ibu dua anak ini.
Keju termasuk produk susu yang umum dikonsumsi sebagai pelengkap makanan utama maupun camilan. Beberapa orangtua juga kerap memanfaatkan campuran keju agar anak-anaknya lebih tertarik untuk makan.
Menurut ahli gizi Angel Jovi, S.Gz., zat gizi paling umum yang ada dalam keju biasanya kalsium, zinc, dan vitamin. Meski begitu, konsumsi keju setiap hari juga perlu ada batasnya.
Jangan Berlebihan
"Semua yang berlebihan pasti tidak baik. Tiap hari makan keju, bagus, tapi harus ada batasannya. Yang direkomendasikan sekitar 40 gram per hari," ungkap Angel.
Ia menambahkan, berdasarkan hasil penelitian juga disebutkan bahwa mengonsumsi keju 40 gram per hari bisa menurunkan risiko terkena penyakit jantung. Sedangkan kalau lebih dari jumlah yang disarankan, konsumsi keju bisa menganggu kesehatan tubuh karena kadar lemak jenuh yang cukup tinggi.
Meski di satu sisi mengandung banyak nutrisi, keju juga mengandung kalori, lemak, dan garam yang dapat berdampak negatif pada kesehatan. Ada juga yang mengandung tiramin tinggi, yang dikenal sebagai pemicu migrain dan sakit kepala.
Bagi orang yang memiliki intoleransi laktosa juga disarankan tidak mengonsumsi keju yang mengandung susu. "Alternatifnya bisa mencari bahan dasar keju yang tidak menggunakan susu, walau di Indonesia agak sedikit sulit," ucapnya.
Advertisement