Sukses

Usaha Menjadikan Kebaya Sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO Lewat CFD Berkebaya

Kongres Berkebaya Nasional yang diadakan PBI tahun lalu, mengusulkan soal Penetapan Hari Berkebaya Nasional dan pendaftaran kebaya ke UNESCO.

Liputan6.com, Jakarta - Semangat untuk melestarikan kebaya terus digaungkan berbagai pihak. Salah satunya adalah Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) yang sedang berupaya memperjuangkan penetapan Hari Berkebaya Nasional.

Mereka pun kerap menggelar sejumlah kegiatan.Yang terbaru, Perempuan Berkebaya Indonesia dan Pertiwi Indonesia menggelar acara jalan santai Berkebaya di sepanjang jalan Sudirman yang termasuk kawasan Car Free Day atau CFD di Jakarta Pusat, Minggu (19/6/2022).

Acara ini diadakan sebagai bentuk dukungan untuk mendaftarkan kebaya ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda asal Indonesia. Jalan santai bertajuk CFD Berkebaya tersebut dimulai di halaman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), dan berakhir di Bundaran Hotel Indonesia. Sebanyak 2500 peserta mendaftar secara online, baik secara pribadi maupun dari berbagai organisasi perempuan.

"Dalam Kongres Berkebaya Nasional yang diadakan PBI tahun lalu, antara lain diusulkan soal Penetapan Hari Berkebaya Nasional dan pendaftaran kebaya ke UNESCO. Karena itu perlu kita adakan berbagai kegiatan untuk menggaungkan keberadaan kebaya ke dunia dan membangun kecintaan pada busana peninggalan nenek moyang kita ini," ucap Rahmi Hidayati, Ketua Umum PBI, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Minggu (19/6/2022).

CFD Berkebaya jadi langkah awal untuk mulai bergerak soal pendaftaran ke UNESCO tersebut. Butuh waktu yang lumayan panjang untuk mewujudkan rencana tersebut, mulai dari kajian ilmiah mengenai sejarah kebaya, pembuatan dokumentasi soal kebaya, sampai memproses pengajuan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Jalan kaki bersama dengan berkebaya dipilih sebagai bentuk penyampaian aspirasi tersebut. Hal ini juga sebagai pengingat bahwa kebaya adalah pakaian khas dan busana sehari-hari perempuan Indonesia yang dapat dikenakan dalam berbagai waktu dan kesempatan sejak jaman nenek moyang kita. Kebaya juga dikenakan oleh berbagai kalangan termasuk perempuan muslimah yang memadukannya dengan pemakaian kerudung.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Upaya Pelestarian Kebaya

Untuk menggaungkan gerakan tersebut melalui acara CFD Berkebaya, PBI berkolaborasi dengan Pertiwi Indonesia. Organisasi perempuan yang memiliki cabang di berbagai daerah di Indonesia ini mendukung dan berkomitmen untuk ikut menggaungkan upaya pelestarian kebaya ini.

"Kolaborasi dengan berbagai organisasi pecinta budaya Indonesia ini penting dilakukan agar budaya luhur yang diwariskan turun temurun oleh bangsa kita tetap terjaga kelestariannya dan dapat dikembangkan untuk membangkitkan kebanggaan, kecintaan pada tanah air dan menjadi pengikat persatuan serta kerukunan dalam masyarakat," terang Ketua Umum Pertiwi Indonesia, Antarina F. Amir.

Sedangkan Miranti Serad, Ketua Bidang Budaya Pertiwi Indonesia menambahkan, tradisi berkebaya dipadu berbagai kain khas Indonesia bukan saja akan mengasah kecintaan pada tanah air. "Tradisi berkebaya juga akan memberikan kontribusi penting kepada para pengrajin di dalam negeri serta peningkatan ekonomi UMKM dari hulu ke hilir," jelas Miranti.

Peserta CFD Berkebaya mulai berkumpul di halaman Kemendikbud sejak pukul 06.00 WIB dan kegiatan jalan kaki dimulai pukul 07.00 WIB. Setelah pembukaan dengan rangkaian acara antara lain menyanyikan lagu Indonesia Raya serta tarian Sirih Kuning, panitia mengelompokkan peserta menjadi kloter per 200 orang yang akan mendapat pengawalan tim panitia bersepeda.

3 dari 4 halaman

Diadakan di Berbagai Daerah

Panitia juga menyediakan pos kesehatan di empat titik sepanjang rute Kemendikbud - Bundaran Hotel Indonesia (HI) lengkap dengan tim medis, dokter dan perawat serta ambulans. Di titik-titik ini juga disediakan air mineral bagi para peserta.

Program Jalan Santai Berkebaya ini rencananya juga akan diselenggarakan di berbagai daerah lainnya di Indonesia agar kegiatan berkebaya dapat lebih menyebar di seluruh Nusantara.

Dalam upaya melestarikan kebaya, Komunitas PBI juga memiliki gerakan bernama Selasa Berkebaya. Ide tersebut timbul ketika para anggota tengah berdiskusi terkait pentingnya berkebaya pada hari-hari tertentu. "Kepikiran kebaya yang pas kata-katanya adalah Selasa karena kebaya ada rimanya, akhirnya bikin gerakan Selasa Berkebaya," jelas Rahmi saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 7 April 2022.

Tak disangka, gerakan ini tenyata mendapat banyak apresiasi, termasuk dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang ikut Selasa Berkebaya. Gerakan ini gaungnya bahkan sampai di luar negeri.

4 dari 4 halaman

Selasa Berkebaya

"Teman-teman di luar negeri juga ikut Selasa Berkebaya, kemarin ngobrol ada teman di Swiss, cerita pada ikut Selasa Berkebaya. Kita juga mau bikin Kebaya Goes to the World. Sebelumnya sudah saya kalau kebetulan lagi ke luar negeri, saya hubungi kedubes untuk ajak bikin acara diskusi dan kumpulin warga Indonesia, pernah di Bangkok, Tokyo, Korea, dan Nepal," terangnya.

Rahmi menuturkan, "Selama kita bisa mempromosikan kebaya itu kita lakukan dan Selasa Berkebaya jadi sesuatu yang memudahkan kita karena ada sesuatu yang beda di hari Selasa. Kedua, Selasa sama Kebaya menarik akhirnya banyak yang ikutan dan ketiga, media promosi yang paling gampang karena kita pasti pakai baju."

Pihaknya juga merangkul organisasi-organisasi lain yang juga berfokus terkait pelestarian kebaya. Terakhir, dikatakan Rahmi, telah ada 77 organisasi perempuan seluruh Indonesia yang mendukung dan jumlahnya masih akan bertambah lagi ke depannya.

"Kita coba tahapan-tahapan itu persiapkan sekarang, kita ajak sebanyak mungkin, kita maunya ini nanti jadi pakaian yang bukan hanya dikagumi atau suka dipakai atau dicintai oleh para orang tua tapi anak muda juga pada mau kebayaan," tuturnya.

Rahmi menyebut memang bukan perkara mudah mengajak generasi muda untuk kembali mengenakan kebaya dalam berbagai kesempatan. Menjadi tantangan tersendiri kembali mendorong semangat kaum muda kembali berkebaya.