Sukses

Peti Mati untuk Orang Hidup Dijual, Bisa untuk Tidur hingga Meja Makan

Peti mati yang menghadirkan ragam warna, termasuk pink ini, dibuat oleh perajin lokal Tokyo di Jepang.

Liputan6.com, Jakarta - Jepang sangat erat dengan inovasi dalam segala lini, termasuk menciptakan peti mati. Tak hanya untuk tidur, peti mati tersebut juga dapat digunakan sebagai meja makan, lemari, hingga sofa untuk bersantai.

Dikutip dari Soranews24, Senin, 20 Juni 2022, furnitur tidak biasa ini merupakan produksi dari Ziggy Vamp di Jepang. Adapun kata "Vamp" adalah kependekan dari "vampir" karena mereka mengkhususkan diri pada peti mati.

Ziggy Vamp mengoperasikan Kikirara Coffin Factory di Ota, daerah khusus yang terletak di Metropolitan Tokyo, Jepang. Peti mati ini dibuat untuk digunakan oleh mereka yang hidup.

"Kami ingin memberi Anda sedikit kegembiraan dalam kehidupan sehari-hari Anda," kata Ziggy Vamp mengumumkan bahwa mereka telah "membuat impian furnitur peti mati yang dapat Anda tiduri menjadi kenyataan."

Peti mati tersebut terbuat dari kayu, bukan plastik, dan dapat disesuaikan. Misalnya, bila membutuhkan bantalan ekstra, pelanggan dapat memilih dari velour atau lapisan satin.

Ada juga beberapa perlengkapan metalik yang dapat pelanggan tambahkan dalam berbagai gaya dan warna, seperti pegangan jika ingin seseorang membawa pelanggan ke mana-mana saat tertidur. Warna eksterior peti mati serba guna ini termasuk woodgrain klasik dan hitam, atau pelanggan bisa memilih gothic-chic dengan warna merah atau putih.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Berapa Harganya?

Kehebohan tak hanya sampai di sana, karena Negeri Sakura selalu berhasil membuat banyak pasang mata terkejut. Ziggy Vamp juga menawarkan peti mati dalam warna pink yang cantik.

Gaya hanyalah salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan ketika memilih furnitur. Selain tidur di peti mati, pelanggan juga dapat menggunakannya sebagai meja makan, sofa santai, lemari berdiri, atau lemari penyimpanan.

Peti mati interior tersedia dalam dua ukuran, dengan versi standar dengan panjang 187 sentimeter (73,6 inci) dan ukuran plus 197. target pasar Ziggy Vamp jelas merupakan penggemar vampir yang modern.

Perusahaan tersebut telah bermitra dengan perajin lokal di perusahaan Daerah Ota yang sudah lama berdiri, Yushin Kensho dan Dainichi untuk kebutuhan pengerjaan kayu dan pelapis kain mereka. Lantas, berapa harga peti mati "serba guna" ini?

Harga peti mati tersebut bervariasi menurut opsi yang dipilih pelanggan, tetapi mulai dari 429.000 yen atau setara Rp47,1 juta. Semua peti mati dibuat sesuai pesanan, dan Ziggy Vamp merekomendasikan untuk memesan peti mati segera untuk memastikan pengerjaan selesai dan dikirim tepat waktu untuk Halloween.

3 dari 4 halaman

Ritual Berbaring di Peti Mati

Sejumlah warga Thailand mempunyai ritual unik beberapa waktu lalu. Untuk memperbaiki kekayaan dan menghilangkan tekanan hidup akibat pandemi Covid-19, mereka rela membayar dan berbaring di peti mati.

Kuil Wat Bangna Nai di ibu kota Thailand menarik lebih dari 100 orang setiap hari. Mereka memilih untuk mengadakan upacara dengan harapan dapat meningkatkan keberuntungan atau mengawali hal yang baru, seperti dilansir dari laman Hindustan Times, Sabtu, 6 Februari 2021.

Di sebuah kuil di pinggiran kota Bangkok, para peserta ritual harian memegang seikat bunga. Selanjutnya, mereka berbaring di peti mati dengan sehelai kain menutupi mereka saat para biksu bernyanyi. Bagi beberapa orang, dengan tidur di peti mati sambil menggenggam bunga bisa mengatasi tekanan hidup selama pandemi Covid-19.

"Saya harus mengakui bahwa saya stres akhir-akhir ini karena penghasilan saya berkurang karena pandemi dan saya yakin semua orang di sini merasakan hal yang sama," kata Nutsarang Sihard, seorang pemilik warung berusia 52 tahun, yang ambil bagian dalam upacara tersebut.

4 dari 4 halaman

Biaya Ikut Serta

Peserta membayar 100 baht atau Rp50 ribu untuk bunga, lilin, dan pakaian yang menjadi bagian dari upacara. Mereka mengikuti instruksi para biksu, dengan berbaring di peti mati dengan kepala menghadap ke barat, arah tubuh dikuburkan, sebelum berpindah sisi untuk melambangkan kelahiran kembali.

"Saya merasa seperti terlahir kembali, hidup kembali dan menjadi orang baru," kata Nutsarang.

Peserta lain pada upacara tersebut, Chonlathit Nimimenwai mengatakan dia hadir karena seorang peramal mengatakan kepadanya bahwa hidupnya dalam bahaya. Hal itu membuatnya merasa stres, maka ia ikut ritual itu agar bisa merasa lebih baik.

Banyak kuil di Thailand mengadakan upacara serupa dan Prakru Prapath Waranukij, seorang biksu yang melakukan upacara ini, mengatakan bahwa meskipun ritual tersebut mendapat beberapa kritik secara online, dia merasa penting untuk merenungkan kematian. Bagi Prakru, ritual tersebut akan mengingatkan orang bahwa suatu hari kita akan mati. Jadi, orang harus hati-hati untuk menjalani hidup.