Liputan6.com, Jakarta - Seorang model majalah Playboy menyesali keputusan mengoperasi payudaranya. Sarah Harris yang dulu membanggakan buah dada hasil operasi plastik itu terpaksa mencopot implan karena mengalami masalah kesehatan.
Perempuan berusia 29 tahun asal Selandia Baru itu sempat mengabaikan kondisi kesehatannya setelah menjalani operasi pemasangan implan payudara. Butuh waktu lima tahun untuk influencer, sekaligus model itu menyadari kekeliruannya. Sebelumnya, ia selalu merasa akan kehilangan identitas dan penampilan terbaik bila tak lagi memiliki payudara besar.
Advertisement
Baca Juga
Sarah bukan sengaja ingin membesarkan ukuran payudaranya. Kisah ini bermula saat ia berusia 21 tahun. Saat itu, dokter mendeteksi Sarah memiliki tumor jinak di payudara.
Benjolan itu akhirnya diangkat, menyebabkan payudaranya tidak simetris, yang satu berukuran A dan lainnya berukuran D. Pada 2017, ia memutuskan operasi dan memasang implan untuk "memperbaiki bentuk payudaranya." Prosedur pemasangan implan di Thailand itu berjalan sukses.
Tapi, kebahagiaannya hanya berlangsung sementara. Pasalnya, tubuh Sarah mulai mengalami ruam, rambutnya pun rontok parah. Sarah bahkan mengalami kelelahan kronis yang membuatnya sulit bangun dari tempat tidur.
"Saya akhirnya menjalani semua tes yang ada untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Mereka memberi tahu saya bahwa saya memiliki masalah IBS dan autoimun, dan semua hal berbeda yang terus muncul tanpa kesimpulan," ujarnya.
"Saya terus berpikir tidak, tidak mungkin seperti itu. Saya terus mencari tahu ke segala tempat untuk mencoba memahami kemungkinan apa lagi yang bisa terjadi karena saya tak ingin menghilangkannya (implan payudara)," ujarnya pada New Zealand Herald, dikutip dari Daily Star, Selasa, 22 Juni 2022.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tak Bisa Bergerak
Masalah kesehatan yang dialami Sarah akhirnya disadari pula oleh tunangannya, Joshua Antonio Williams. Ia menjuluki kekasihnya sebagai perempuan 29 tahun yang tinggal di tubuh berusia 89 tahun karena "sulit bergerak."
Sarah pun terus bergelut dengan masalah itu, sampai ia akhirnya direkomendasikan untuk ditangani ahli bedah ternama di Selandia Baru. Setelah dipindai, terungkap penyebabnya adalah peradangan akut di kedua payudara Sarah.
Ahli medis kemudian menyarankan agar perempuan itu mencopot implannya agar bisa kembali pulih. "(Dia mengidap) peradangan dan gejala autoimun yang disebabkan implan payudaranya," begitu tulis keterangan medis dokter. "Meski itu (implan) belum pecah, tampaknya ia saat ini memiliki gejala penyakit implan payudara (BII)."
Dengan diagnosa itu, Sarah akhirnya setuju mencopot implan payudaranya. Setelah menjalani operasi selama lima jam, ia mengaku sudah merasa lebih baik.
"Saya merasa seperti tidak berjalan sambil mendorong bahu saya ke depan… Saya bersyukur untuk setiap napas yang saya hirup. Saya bisa mengambil napas dalam-dalam sekarang dan saya tidak merasa terjebak. Ini luar biasa," ucapnya.
Advertisement
Advokasi Operasi Plastik
Setelah payudaranya kembali ke bentuk aslinya, Sarah berusaha mensyukuri kondisi dirinya. Kesehatannya kembali pulih. Ia pun rajin mengadvokasi perempuan lain tentang bahaya operasi plastik.
Sarah juga meyakini bahwa ia mengalami Penyakit Implan Payudara (BII). Terminologi itu sebenarnya tak diakui secara resmi dalam dunia kesehatan, menurut Asosiasi Ahli Bedah Plastik Estetika Inggris Raya.
"BII bukan diagnosa medis, tapi lebih pada terminologi yang dikembangkan oleh mereka yang memiliki berbagai gejala yang dirasakan terkait implan payudara mereka," pihaknya memaparkan.
Mereka menyambung, "Ini termasuk kelelahan, 'otak berkabut,' nyeri sendi, gejala terkait kekebalan, gangguan tidur, depresi, masalah hormonal, sakit kepala, rambut rontok, kedinginan, ruam, masalah hormonal, dan masalah neurologis."
Sementara Sarah menjalani operasi plastik demi mengembalikan payudaranya ke bentuk semula, tidak demikian dengan Janel Nelson, perempuan 20 tahun yang mengaku hidupnya berubah setelah menjalani operasi pengecilan payudara. Mengutip New York Post, payudaranya yang semula berukuran 28H membuat Nelson menderita migrain hebat dan ruam merah di bagian dada.
Sempat Ditolak Beberapa Kali
Nelson mengatakan payudaranya yang besar mulai menyebabkan banyak masalah kesehatan ketika ia berusia 16 tahun. "Bahu dan leher saya selalu sangat sakit karena tekanan tali bra," kata perempuan asal Kanada itu. "Bahu saya lama-kelamaan cenderung membungkuk untuk mendapatkan kelegaan."
Pada bulan-bulan musim panas, Nelson juga menderita ruam, karena ia "berkeringat banyak di bawah payudaranya." Namun, masalahnya yang paling parah adalah migrain yang "melemahkan," yang ia yakini disebabkan berat payudaranya.
"Saya merasa seolah-olah tubuh saya menyangkal untuk percaya diri dan membatasi apa yang saya bisa dan tidak bisa lakukan dalam hidup saya," kata Nelson.
Meski berulang kali ditolak melakukan operasi pengecilan payudara, Nelson tetap bertahan. Ia sekarang sudah menikah dan mengatakan bahwa suaminya, Chandler Nelson, yang mendorongnya untuk tidak menyerah.
Tahun lalu, seorang dokter akhirnya setuju melakukan prosedur tersebut. Ia pun menjalani operasi bedah payudara pada 5 Januari 2022. Lebih dari dua bulan berlalu, Nelson mengatakan ia senang dengan hasilnya. Ukuran payudaranya kini adalah 28C. (Natalia Adinda)
Advertisement