Sukses

Inovasi Kemasan Makanan Cepat Saji Bisa Didaur Ulang Jadi Pupuk

Inisiasi KFC Singapura ini merupakan bagian dari percontohan pertama di dunia untuk daur ulang organik dari kemasan dan limbah sekali pakai menjadi pupuk.

Liputan6.com, Jakarta - Bisnis makanan cepat saji tidak mengecualikan diri dari upaya lebih ramah lingkungan dalam praktiknya. Salah satunya diinisiasi gerai KFC di Northpoint City, Singapura. Pihaknya telah secara resmi memperkenalkan kemasan makanan nabati jenis baru, lapor Mothership, Rabu (22/6/2022).

Selain itu, pihaknya juga memastikan tidak ada sampah makanan maupun kemasan yang akan diproses ke dalam insinerator. Alih-alih, selama enam bulan ke depan, limbah yang dihasilkan pelanggan KFC di Northpoint City akan disalurkan ke pengolah limbah khusus di Tuas.

Ini adalah bagian dari percontohan pertama di dunia untuk daur ulang organik dari kemasan dan limbah sekali pakai. Digester mengambil, baik sisa makanan maupun kemasan, lalu mengubahnya jadi pupuk siap tanam hanya dalam 24 jam.

Seluruh sistem dari hulu ke hilir ini diklaim "praktis tanpa ada pemborosan." Namun bagi konsumen, visual seluruh kemasan makanan akan terasa dan terlihat persis sama.

Sistem ini dikembangkan perusahaan foodware yang inovatif dan start-up lokal Singapura, TRIA. Mereka meluncurkan program percontohan dengan KFC Singapore pada 1 Juni 2022, sebuah kolaborasi yang difasilitasi Enterprise Singapore.

"Secara global, tidak ada merek makanan cepat saji yang berhasil menutup loop untuk kemasan sekali pakai dine-in," kata siaran pers bersama oleh KFC dan TRIA. Kemasan nabati adalah campuran kertas dan bioplastik, yang dibuat dari tanaman berbasis gula seperti jagung industri dan ampas tebu sisa yang bersumber dari Amerika Serikat (AS), Thailand, dan Taiwan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Didorong Pandemi COVID-19

Pupuk yang dihasilkan digester akan digunakan untuk pertanian lokal dalam mendukung program ketahanan pangan Singapura "30 by 30" atau diekspor ke Malaysia. CEO TRIA, Ng Pei Kang, mengatakan pada Mothership bahwa penelitian untuk teknologi tersebut telah berlangsung selama sekitar sembilan tahun, dan menghabiskan kurang dari 1 juta dolar Singapura untuk pengembangannya.

Manajer umum KFC, Lynette Lee, mengatakan bahwa kebutuhan untuk meninjau bagaimana kemasan makanan dapat lebih ramah lingkungan sebagian didorong pandemi COVID-19. “Selama dua tahun terakhir pandemi COVID-19, kami melihat pergeseran ke arah takeaway dan delivery makanan," ia mengatakan.

"Alih-alih mengurangi kemasan, industri makanan melihat peningkatan penggunaan kemasan, baik itu plastik atau kertas. Bahkan ketika peraturan sekarang dilonggarkan, konsumen telah tumbuh untuk menyukai kenyamanan layanan ini," Lee menyambung.

Kemasan makanan terkenal sulit didaur ulang, dan salah satu tantangan utamanya adalah memisahkannya dari sisa makanan. Ini tidak layak secara komersial karena mendaur ulang kemasan makanan akan menelan biaya lima kali lebih banyak daripada kemasan itu sendiri, kata Ng.

3 dari 4 halaman

Dilakukan Tanpa Pemisahan

Teknologi TRIA dalam menggunakan kemasan nabati memungkinkan keduanya diproses bersama tanpa pemisahan. Dalam satu waktu, digester makanan dapat mengubah seribu kg sisa makanan dan kemasan jadi 200 hingga 300 kg pupuk.

Ng berbagi bahwa ia melihat potensi sistem loop tertutup untuk digunakan dalam layanan katering dan operasional maskapai penerbangan. TRIA juga memiliki rencana untuk meningkatkan solusi loop tertutupnya ke gerai KFC secara lokal dan di seluruh dunia, serta merek layanan makanan global lainnya.

KFC Singapura sendiri telah memulai langkah lebih berkelanjutan pada Juni 2018 saat pihaknya menghentikan penggunaan sedotan plastik di semua gerainya. Kemudian, pada 7 November 2019, gerai makanan cepat saji itu mengumumkan penggantian gelas plastik dengan gelas kertas.

Gelas baru terbuat dari kertas food grade, dan pertukaran ini akan mengurangi konsumsi 500 ribu gelas plastik sekali pakai. Ini dilaporkan setara dengan sekitar 4,25 metrik ton sampah plastik per bulan, dan berjumlah 51 metrik ton sampah per tahun.

4 dari 4 halaman

Tidak Hanya Perusahaan Besar

Sebagai bagian dari pendekatan dua arah untuk menghilangkan kemasan yang tidak dapat didaur ulang dan mengurangi kemasan kertas, daging ayam KFC juga akan disajikan di atas nampan yang dapat digunakan kembali untuk 13 dine-in item.

Makanan kala itu disajikan di atas nampan kertas. Inisiatif ini telah diujicobakan di dua gerai, Kallang dan Toa Payoh, pada Desember 2019. KFC saat itu juga mengimbau pelanggan untuk membawa peralatan makan dan tas takeaway sendiri.

Di sisi lain, rencana penerapan ekonomi sirkular harusnya tidak semata menyasar perusahaan-perusahaan besar. Dengan ekosistem bisnis yang juga diisi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah (UMKM), mereka pun tidak ditinggalkan dalam alternatif ekonomi linier tradisional tersebut.

"Fokus kami sekarang adalah bagaimana mengurangi kemasan sekali pakai," tutur Group Head of Sustainability-nya Tanah Sullivan dalam Green Economy Talks 2: Penerapan Circular Economy untuk Bisnis Berkelanjutan di Indonesia, 28 September 2021.

Ia menyebut bahwa sekarang sudah ada mitra yang menggunakan kemasan paket lebih ramah lingkungan, namun itu masih minoritas. Ini masih masuk dalam solusi skala kecil, kata Tanah.

"Harus dipahami juga bahwa tantangan terbesar di sini adalah biaya (untuk menggunakan kemasan lebih ramah lingkungan) atau kemasan guna ulang masih cukup tinggi. Itu memberatkan mitra kami," ucapnya.