Liputan6.com, Jakarta - Setelah Hailey Bieber, Kim Kardashian sedang menghadapi tuntutan pelanggaran merek dagang atas merek skincare barunya, Skkn by Kim, yang dilayangkan studio kecantikan Beauty Concepts. Pendirinya, Cyndie Lunsford, mengatakan bahwa ia telah memiliki merek Skkn+ sejak 2018.
Menghadapi situasi tersebut, pengacara Kim, Michael Rhodes, melawan. Dalam sebuah pernyataan yang dimuat Page Six, seperti dilansir Kamis (30/6/2022), ia mengecam gugatan itu sebagai "upaya pemerasan."
Advertisement
Baca Juga
"Gugatan ini tidak seperti yang terlihat," begitu bunyi pernyataan tersebut, sebelum mengakui surat-surat yang diterima kliennya dari Lunsford tahun lalu. "Kami memuji Ms. Lunsford karena telah jadi pemilik usaha kecil dan mengikuti mimpinya. Tapi itu tidak memberinya hak untuk mengklaim bahwa kami telah melakukan sesuatu yang salah."
"Dalam suratnya, Beauty Concepts mengklaim memiliki hak atas logo yang dibuat SKKN+, dan baru saja mengajukan perlindungan merek untuk logo tersebut," kata Rhodes. "Bisnisnya adalah toko satu orang yang menawarkan perawatan wajah dari satu lokasi di Brooklyn."
Ia menambahkan, "Salon tidak memiliki papan nama dan (melayani) hanya dengan janji temu. Sepengetahuan kami, Beauty Concepts tidak menjual produk dengan nama SKKN+."
Ketika Kim Kardashian menolak melepaskan nama Skkn untuk lini skincare-nya, pernyataan itu mengklaim, Beauty Concepts menantang aplikasi bintang itu secara langsung melalui pengajuan pada Kantor Paten dan Merek Dagang Amerika Serikat.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Klaim Sudah Mencoba Berdiskusi
Lebih lanjut Rhodes mengatakan, “Tidak mengherankan, USPTO menolak klaim SKKN+ dari Beauty Concepts dengan mengatakan bahwa ‘skkn’ hanya berarti 'kulit.'”
Pengacara mengklaim pihak Kim Kardashian menjangkau "beberapa kali" untuk "(mencoba) menemukan jalan yang masuk akal menuju koeksistensi," tapi Beauty Concepts "tidak benar-benar terlibat dengan kami selain menuntut banyak uang."
Ia menyimpulkan dengan menyebut kasus itu "kurang tentang hukum merek dagang dan lebih banyak soal mencoba memanfaatkan penyelesaian dengan mengancam akan membahayakan nama dan reputasi Ms. Kardashian." Ia menambahkan, "Itu tidak akan berhasil."
Dalam surat Beauty Concepts, yang dikirim pada 2021 setelah Kim mengajukan merek dagang Skkn dan Skkn by Kim, Lunsford menulis, “Saya telah dengan susah payah membangun bisnis kecil saya yang sukses dengan ekuitas keringat, kerja keras, dan penelitian saya sendiri. Jelas bahwa saya membangun merek saya terlebih dahulu."
Sayangnya, ini bukan kali pertama bisnis terbaru Kim terseret ke tengah arus kontroversi. Awal bulan ini, kritikus media sosial menyebut kesamaan antara Skkn by Kim dan Skn by LH, merek perawatan kulit Lori Harvey yang diluncurkan pada 2021.
Saat itu, sumber yang dekat dengan pendiri Skims mengatakan pada Page Six bahwa USPTO tidak menyebutkan masalah apa pun terkait merek dagang Harvey saat Kim mengajukan miliknya.
Advertisement
Kasus Serupa Menimpa Hailey Bieber
Seperti telah disinggung, kasus gugatan serupa juga sudah dilayangkan pada Hailey Bieber. Model, yang meluncurkan lini perawatan kulit Rhode pada 15 Juni 2022, dituntut karena dugaan pelanggaran merek dagang oleh merek fesyen berusia delapan tahun dengan nama yang sama, seperti yang pertama kali dilaporkan TMZ.
Tim hukum Rhode mengklaim istri Justin Bieber ini telah mencoba memperoleh merek dagang dari duo desain Purna Khatau dan Phoebe Vickers pada 2018. Ketika mereka menolak, Bieber diduga melanjutkan dengan meluncurkan merek Rhode-nya sendiri.
"Ia melakukan ini meski mengetahui Rhode dan hak-hak sebelumnya," Lisa T. Simpson, penasihat litigasi utama Rhode, mengatakan. "Ini keadaan yang tidak menguntungkan. Kami, tentu saja, mengerti bahwa Hailey ingin menggunakan nama tengahnya untuk mereknya, tapi hukumnya jelas."
"Anda tidak dapat membuat merek semacam ini (dalam) kebingungan hanya karena Anda ingin menggunakan nama Anda. Apa yang dilakukan Nyonya Bieber merugikan bisnis milik bersama minoritas yang dengan susah payah dibangun dua perempuan jadi sebuah bisnis berkembang dan (berorientasi) pasar global."
Merayakan Sesama Pengusaha Perempuan
Diluncurkan pada 2014, Rhode menawarkan gaun dan gaun bermotif warna-warni yang dicintai selebritas, seperti Mindy Kaling dan Kelly Clarkson. Dalam pernyataan terpisah, co-founder Rhode, Khaatau dan Vickers, mengklaim bahwa mereka "dipaksa" mengajukan gugatan "untuk melindungi bisnis kami."
"Meski merek global, kami masih merupakan perusahaan muda dan berkembang, dan kami tidak dapat tinggal diam mendapati selebritas, dalam hal ini Hailey yang menggunakan nama perusahaan kami untuk menjual produk terkait,” kata mereka.
Lebih lanjut pihak Rhode menulis, "Kami tidak ingin menuntut Hailey, kami ingin merayakannya. Sebagai sesama pengusaha perempuan, kami berharap ia sukses. Hailey memiliki kekuatan dan pengaruh bintang yang diperoleh dengan susah payah. Ia bisa memilih merek apapun untuk perusahaannya. Kami hanya memiliki merek yang telah kami bangun."
Gugatan tersebut menyatakan bahwa "besarnya pengikut Bieber dan viralitas pemasarannya akan menyebabkan kerusakan langsung, berkelanjutan, dan tidak dapat diperbaiki pada merek Rhode." Kedua pemilik bisnis meminta pengadilan untuk memblokir Bieber dari menggunakan nama Rhode untuk menghindari kebingungan antara merek mereka.
Kembali pada 2019 dan 2020, Bieber mengajukan berbagai merek dagang saat ia merencanakan terjun ke bisnis kecantikan. Duta merek BareMinerals ini pertama kali mencoba mengamankan nama Bieber Beauty, tapi aplikasi itu akhirnya ditolak karena kemungkinan kebingungan dengan merek sebelumnya yang didaftarkan suaminya, Justin Bieber.
"Alasan ini mungkin terasa aneh karena sebenarnya ada hubungan antara Hailey Bieber dan Justin Bieber," Alexandra Roberts, seorang profesor di Fakultas Hukum Universitas New Hampshire, mengatakan saat itu. "Jika merek tersebut hidup berdampingan membuat konsumen berpikir bahwa merek tersebut terkait, mereka tidak sepenuhnya salah."
Advertisement