Sukses

Thailand Berubah Haluan, Ingin Jadi Destinasi Wisata Premium Dunia

Wakil PM Thailand mengarahkan sektor industri pariwisata menaikkan standar mereka untuk mengejar turis kaya untuk kelas premium dan mewah.

Liputan6.com, Jakarta - Thailand tak lagi ingin mengejar pariwisata massal. Hal itu tercermin lewat pernyataan Wakil Perdana Menteri Thailand sekaligus Menteri Kesehatan Masyarakat, Anutin Charnvirakul.

"Kita tidak bisa membiarkan orang datang dan tinggal di Thailand karena murah. Tetapkan standar Anda. Jual (wisata) premium. Semakin mahal, semakin banyak pelanggan. Jika tidak, Louis Vuitton tidak akan bisa menjual," ujarnya, dikutip dari laman Bangkok Post, Rabu (6/7/2022).

Pada semester I/2022, Thailand menyambut sekitar dua juta pelancong internasional, menandai tahap pemulihan yang menjanjikan setelah sektor pariwisata Negeri Gajah Putih itu terdampak parah akibat pandemi Covid-19 dan beragam pembatasan perjalanan internasional. Meski begitu, Thailand tak ingin lagi menerapkan strategi obral diskon untuk menarik turis asing.

Pemerintah mendorong agar industri perhotelan, pelaku bisnis, dan rumah sakit swasta mengarahkan target ke kelas mewah dan premium. Pemerintah sebelumnya telah meluncurkan sederet program visa jangka panjang untuk warga asing dan profesional terampil yang kaya. Hal itu sebagai bagian dari strategi menarik lebih banyak tamu berduit untuk mengeluarkan uangnya lebih banyak di Thailand.

Situasinya jelas berbeda dari sebelum pandemi melanda dunia. Thailand merupakan salah satu destinasi terpopuler di Asia yang didatangi hampir 40 juta wisatawan mancanegara pada 2019. Angka itu sekaligus mencetak rekor sebelumnya. Mereka menghabiskan 1,91 triliun baht atau 11 persen dari PDB negara itu pada tahun itu untuk sektor pariwisata.

Setelah pandemi dimulai, jumlah turis asing yang datang turun drastis, menjadi hanya 6,7 juta orang pada 2020. Angka itu mayoritas disumbang lewat kedatangan pada tiga bulan pertama 2020, saat WHO belum mendeklarasikan Covid-19 sebagai pandemi. Angkanya merosot menjadi hanya 428 ribu orang pada 2021.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Cabut Pembatasan Terakhir

Thailand sebelumnya telah mencabut aturan pembatasan perjalanan terkait pandemi yang terakhir dengan tidak lagi mewajibkan turis untuk meregistrasi diri secara daring via Thailand Pass. Sebelum Jumat, 1 Jli 2022, para turis asing diminta untuk mengisi Thailand Pass sebelum tiba di negeri itu.

Pelonggaran pembatasan itu tidak serta-merta mendatangkan jutaan wisatawan, terlebih saat ini masuk musim sepi (low season). Pencabutan beragam aturan terkait antisipasi pandemi sebelumnya membantu mendatangkan kembali turis asing ke negara itu. Meski begitu, sektor pariwisata di negara itu masih sangat membutuhkan lebih banyak tamu.

"Wisatawan akan kembali, tetapi kelangsungan hidup kami akan menjadi tantangan," kata Presiden Dewan Pariwisata Thailand Chamnan Srisawat, dikutip dari laman CNN, Rabu (6/7/2022).

"Kurang dari setengah bisnis pariwisata telah dibuka kembali, tetapi yang dibuka kembali tidak memiliki cukup pelanggan untuk bisa beroperasi secara menguntungkan," imbuh dia. 

Thailand mengharapkan kedatangan 9,3 juta turis asing pada tahun ini. Angka itu masih jauh dari 40 juta pengunjung pada 2019.

3 dari 4 halaman

Belum Bisa Berharap Banyak pada China

Laporan Bank Dunia menyebut sekitar 60 persen dari tingkat kunjungan pra-pandemi atau sekitar 24 juta orang turis asing akan kembali ke Thailand pada 2024. Turis internasional menghabiskan 1,9 triliun baht (54 miliar dolar AS) di Thailand pada 2019.

Sektor ini biasanya menyumbang sekitar 12 persen dari produk domestik bruto Thailand, menurut angka resmi. Data Kamis, pekan lalu, menunjukkan pengeluaran perjalanan asing pada kuartal pertama tahun ini adalah 65,9 miliar baht, meningkat 86 persen dari posisi terendah periode yang sama pada 2021.

China sebelumnya menjadi penyumbang turis asing terbanyak bagi Thailand dengan seperempat dari total turis asing yang datang. Tetapi, negeri itu masih harus bersabar mengingat Beijing masih memberlakukan aturan perjalanan yang ketat untuk memastikan nol Covid.

"Wisatawan China adalah faktor kunci untuk pemulihan," kata Suksit Suvunditkul, presiden cabang selatan Asosiasi Hotel Thailand.

Ia mengatakan Phuket sangat populer di kalangan pengunjung China. Mereka biasa mengisi setiap hotel, di mana saja, baik di tepi pantai atau di pusat kota, sepanjang tahun.

 

4 dari 4 halaman

Menaikkan Okupansi

Untuk mencapai titik impas, hotel perlu meningkatkan tingkat hunian dari 30 persen menjadi 50 persen, menurut Marisa Sukosol Nunbhakdi, presiden Asosiasi Hotel Thailand. Ia pekan lalu mendesak pamerintah untuk membantu sektor perhotelan pulih dengan membolehkan para pengelola hotel membayar pajak tanah mereka pada 2022 dengan 10 kali cicilan dan memberi lebih banyak konsesi antara 2023--2025.

"Dengan biaya yang dikeluarkan dan tidak ada pendapatan, kami harus menanggung kerugian besar," kata Marisa. "Staf yang pergi belum kembali ke sektor ini."

Seiring pelonggaran pembatasan sepenuhnya, Thailand berharap turis asal Eropa bisa kembali mengunjungi Thailand untuk menghabiskan libur musim dingin mereka. Syaratnya, operator masih bisa bertahan hingga saat itu tiba. 

"Sejak Thailand mulai dibuka kembali tahun lalu, kami telah melihat pemesanan dilanjutkan dengan kecepatan yang semakin meningkat," kata Garth Simmons, chief executive officer Accor untuk Asia Tenggara  yang mengoperasikan 82 hotel di seluruh Thailand dan akan membuka lima hotel lagi tahun ini. 

"Ini adalah industri yang tangguh," katanya. "Kami yakin bahwa permintaan tidak hanya akan kembali ke tingkat pra-pandemi, tetapi kemungkinan melebihi apa yang pernah kami saksikan sebelumnya."