Liputan6.com, Jakarta - Di tengah krisis kekurangan stok daging ayam di Malaysia, sebuah warung makan penjaja nasi ayam di Kuala Kangsar, Perak berjanji mempertahankan harga 3,6 ringgit (sekitar Rp12 ribu-an). Keputusan ini diambil meski harga bahan baku terus meningkat.
Dalam sebuah unggahan Facebook pada 1 Juli 2022, tanggal pemerintah Malaysia menaikkan harga pagu ayam dari 8,9 ringgit (sekitar Rp30 ribu) per kg jadi 9,4 ringgit (sekitar Rp32 ribu) per kg, kedai tersebut meyakinkan pelanggannya bahwa mereka tidak akan menaikkan harga.
Advertisement
Baca Juga
Berbicara pada Sin Chew Daily, seperti dirangkum Says, Rabu (6/7/2022), pemilik warung Nasi Ayam Kuala Kangsar Hainan, Tan, mengatakan bahwa ia telah melihat banyak orang berjuang dengan masalah keuangan. Untuk meringankan beban pelanggan, ia memilih terus menjual setiap bungkus nasi ayam seharga 3,6 (sekitar Rp12 ribu).
Tan mengatakan, ia lebih suka mendapat lebih sedikit untung daripada membiarkan pelanggannya pergi tanpa perut kenyang. Bahkan, Tan mengungkap bahwa ia sebenarnya telah mempertahankan harga nasi ayamnya tetap sama selama sembilan tahun terakhir. Pedagang itu menyebut, harga makanan di warungnya tidak akan naik meski harga ayam melejit tujuh hingga delapan kali lipat sejak pertama kali buka kios.
Ia juga menceritakan bahwa baru-baru ini, ketika harga barang mulai melonjak, ia awalnya melihat penurunan sekitar 20 persen dalam bisnis. Namun, setelah diyakinkan bahwa harga nasi ayamnya tidak akan naik, pelanggan mulai kembali dan menikmati makanannya.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tidak Sekadar Murah
Warung makan Tan menjual ayam bakar, ayam potong putih, jeroan rebus, dan beberapa lauk lain. Bersama istrinya, mereka mulai berjualan pukul 8 pagi setiap hari, kecuali hari Selasa, sampai semua makanan terjual habis.
Selain menjual nasi ayam dengan harga terjangkau, Tan juga membagikan 100 hingga 150 bungkus nasi ayam setiap dua bulan sekali pada mereka yang membutuhkan. Menurut halaman Facebook warung makan itu, ia sering mengunggah tentang inisiatif dan mendorong siapa saja yang membutuhkan makanan untuk datang ke warungnya untuk mengklaim paket makanan secara cuma-cuma.
"Jika merasa ada teman di sekitar Anda yang membutuhkan nasi bungkus, Anda bisa mempersilakannya (pergi) ke warung Nasi Ayam Kuala Kangsar Hainan untuk mengambilkan nasi ayam, apapun rasnya! Terima kasih pada para donatur anonim atas cinta dan dukungannya," ungkapnya dalam sebuah unggahan, baru-baru ini.
Tindakan Tan telah mengumpulkan berkah dari banyak pelanggan dan warganet. Tidak sedikit yang memuji kebaikannya setelah kisahnya terungkap luas.
Advertisement
Melawan Inflasi
Salah satu pelanggannya memberi tahu Sin Chew Daily bahwa selain murah, nasi ayamnya juga enak. "Tan benar-benar membantu orang lain karena kebaikan hatinya," kata yang lain memuji pria itu, sementara yang lain berkomentar, “Walau untung dari berjualan nasi ayam tidak seberapa, ia tetap beramal dan jadi contoh yang baik bagi para pengusaha lain."
Sementara warga Malaysia berjuang melawan inflasi, Direktur Kementerian Perdagangan Dalam Negeri dan Konsumen (KPDNHEP) Melaka, Norena Jaafar, punya solusi, yakni kurangi konsumsi, terutama telur. Ia mengatakan, masyarakat perlu memahami kenaikan harga barang akibat inflasi di seluruh negeri saat ini.
Jika masyarakat sadar harga telur sudah naik, ia menyarankan, mereka bisa makan lebih sedikit telur. "Kalau biasanya makan sekitar 20 butir telur seminggu, kita bisa menguranginya jadi 10 sampai 15 butir telur. Seharusnya tidak jadi masalah. Begitulah cara kita menyesuaikan gaya hidup kita," katanya dilansir dari kanal Youtube Melaka TV.
Memunculkan Kontroversi
Menurut Norena, isu kenaikan harga bukanlah hal baru dan meminta masyarakat menanggungnya sementara pemerintah "melakukan semua yang bisa dilakukan." "Pemerintah telah memutuskan memberikan lebih banyak subsidi agar kita tidak terbebani dengan inflasi," katanya.
Nasihat mengurangi konsumsi telur, salah satu sumber protein termurah yang tersedia, ditentang banyak orang. "Bodohnya Anda. Telur adalah sumber protein termurah. Bagaimana kita mengurangi asupannya meski harga melonjak?" kata seorang warganet, dengan yang lain menambahkan, "Simpan kebodohan Anda untuk diri Anda sendiri, tolong!"
"Anda meminta orang untuk mengurangi asupan telur, tapi kemudian bahkan harga ikan dan ayam meningkat. Jadi, apa yang Anda harapkan untuk kita makan? Batu, kah? Kebodohan Anda tidak membantu," kata yang lain.
Menyusul kontroversi saran Norena, Sekjen KPDNHEP Datuk Azman Mohd Yusof menawarkan solusi lain. Konsumen dapat memilih di antara berbagai kategori telur mengingat kenaikan harga, saran Azam.
"Pemerintah sudah intervensi dengan memberikan subsidi. Kalau tidak, harganya akan lebih tinggi. Terserah konsumen untuk memilih. Ada berbagai grade (telur)," katanya.
Ia melanjutkan, "Saya tidak akan mengatakan jika Anda tidak suka grade A, Anda harus membeli lebih sedikit. Saya berharap semua konsumen dapat membuat pilihan mereka tanpa memotong kebutuhan protein keluarga mereka," katanya, menurut laporan Malaysiakini.
Advertisement