Liputan6.com, Jakarta - Dukungan yang luar biasa dari keluarga pada anak sejak dini memiliki peranan yang sangat penting. Mengingat, anak akan tumbuh menjadi penerus bangsa, menyimpan segudang keingintahuan dan punya mimpi.
"Pasti setiap orang punya mimpi masing-masing atau mungkin mimpinya belum ada yang pasti, setiap fase kehidupan bisa macam-macam. Tapi satu yang selalu diajarkan orangtua saya yang penting harus niat kerja keras," kata Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemendikbudristek, Franka Makarim dalam bincang virtual "Festival Generasi Pancasila", beberapa waktu lalu.
Franka menambahkan semua mimpi akan menjadi mungkin jika mau menaruh upaya dan niat dengan sama kuatnya. Ia menjelaskan bahwa hal yang lebih penting adalah ia percaya dukungan dari orangtua dan keluarga sangat penting dan punya peran yang tak kalah besarnya.
Advertisement
"Saya di sini juga karena ibu saya yang selalu kasih contoh baik dan banyak perempuan di keluarga saya yang menginspirasi. Saat saya di sekolah, saya menjaga minat baca cari tahu untuk memakai nalar saya untuk terus bertanya, itu juga penting sekali," tambahnya.
Selain itu, Franka mengungkapkan ia merasa beruntung karena nilai-nilai Pancasila mulai dari toleransi, kebhinekaan, gotong royong, dan dibantu ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa itu sangat kuat. Ia pun berbagi kisah mengenai penerapan nilai-nilai itu di keluarganya.
"Support system itu benar-benar membawa saya ke tempat saya berada dan saya sangat menghargai pengalaman itu dan semoga saya bisa membawa ini semua kepada anak-anak saya nantinya," terang Franka.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Karakter
Sekretaris Jendral Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Suharti menjelaskan ia sangat bangga melihat anak-anak Indonesia yang bangga dengan Pancasila. Ia menjelaskan semangat itu dapat membantu anak-anak Indonesia menjadi individu yang luar biasa.
"Dengan keenam karakter yang ingin kita tumbuhkan, pertama, percaya kepada Tuhan itu kita menjadi yakin, tidak ada yang tidak mungkin, dimudahkan jalannya," kata Suharti.
Ia menambahkan karakter lainnya adalah menjadi individu yang bernalar kritis yang tak mudah termakan hoaks. Hal ini dikarenakan selalu mengobservasi dan mencari data juga fakta untuk melihat apa yang terjadi.
"Menilai wajar atau rasional suatu hal, semua jadi dipikir dengan baik-baik tidak mudah percaya dengan begitu saja dengan sesuatu yang masih meragukan," terangnya.
Selanjutnya adalah gotong royong, mengingat manusia pasti membutuhkan manusia lainnya. "Kita bekerja sama-sama di kelas, di sekolah akan mudah semuanya. Saya yakin kalau kita membantu teman itu bukan mengurangi apa yang kita punya, malah bisa mendapat lebih," tambahnya.
Advertisement
Peran Keluarga
Suharti melanjutkan bahwa, "Mandiri, pasti jelas diperlukan dan juga kreatif kalau tidak ada ide-ide ketinggalan zaman. Di sekolah ada yang punya fasilitas banyak, ada yang terbatas, kita bisa dengan kreatif memanfaatkan yang ada di lingkungan kita untuk belajar."
Suharti menerangkan bahwa dengan menjadi pelajar Pancasila dengan enam karakter yang dimiliki, ia yakin cita-cita yang diinginkan akan lebih mudah untuk dicapai. "Kemampuan, kerja keras, keyakinan sesuatu akan diperoleh," tutupnya.
Dikutip dari laman resmi Kemdikbud, psikolog Ayoe Soetomo menjelaskan peran keluarga, terkhusus orangtua, begitu penting dalam tumbuh kembang anak menjadi pelajar Pancasila. "Peran keluarga dalam tumbuh kembang anak tentunya sangat besar sekali, karena semuanya dimulai dari keluarga," katanya.
Ayoe menambahkan keluarga atau orangtua perlu punya konsep arah keluarga akan dibawa dan nilai-nilai apa yang harus dimiliki keluarga. "Harapannya nilai tersebut adalah nilai kebaikan seperti nilai Pelajar Pancasila," demikian jelas Ayoe.
Pelajar Pancasila
Ayoe mengungkapkan bahwa profil pelajar Pancasila perlu menjadi pondasi bagi setiap keluarga. Hal tersebut agar anak-anak Indonesia dapat menjadi generasi yang sehat, cerdas, berprestasi, kreatif, dan mandiri.
"Sehingga mereka ini siap untuk bersaing dan menjadi generasi Indonesia yang hebat. Semuanya memang mulai dari keluarga. Keluarga memberikan contoh yang baik, implementasi dengan nilai-nilai yang baik, sehingga kebiasaan-kebiasaan baik itu akan tumbuh pada anak," tambahnya.
Dikutip dari laman Cerdas Berkarakter Kemdikbud, Pelajar Pancasila terdiri atas enam karakter, yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Kemudian dilanjutkan dengan berkebinekaan global dengan elemen kunci, yakni mengenai dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.
Ketiga adalah gotong royong dengan elemen kunci, yakni kolaborasi, kepedulian, dan berbagi. Keempat, mandiri dengan elemen kunci, yaitu kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
Kelima, bernalar kritis dengan elemen kunci, yaitu memeroleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil keputusan. Keenam, kreatif dengan elemen kunci, yakni menghasilkan gagasan yang orisinal dan menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
Advertisement