Liputan6.com, Jakarta - Oscar Lawalata baru saja menyelesaikan trunk show perdananya bertajuk "Ikat, Suara dari Timur" di masa pandemi. Desainer yang kini mengubah namanya jadi Asha Smara Darra itu memamerkan 60 koleksi ready to wear yang mengangkat kekayaan kain tenun ikat Indonesia.
"Kami mengurasi kain tenun dari para UMKM untuk jadi (koleksi) ready to wear agar secara industri bisa bangkit kembali," kata Asha seusai show yang digelar di Skydeck Sarinah, Kamis malam, 14 Juli 2022.
Advertisement
Baca Juga
Mengusung Oscar Lawalata Culture, Asha berkolaborasi dengan Sarinah mengolah kain tenun ikat jadi busana siap pakai premium. Tidak ada motif khusus yang dicarinya, tapi mayoritas kain didapat dari para perajin di Nusa Tenggara Timur dan Bali.Â
Desainnya juga kontemporer. Gaun, atasan, celana, dan outer dengan siluet simpel mewarnai koleksi yang dibawakan oleh Srikandi BUMN, Wanita Pecinta Kain Indonesia, dan model profesional itu. Sebagai penyeimbang, ia bermain dengan detail, seperti menggunakan payet atau potongan unik yang membuat busana dari tenun terkesan ringan.
"Kita memang ingin buat pasar bisa mix and match," ujarnya.
Koleksi itu disiapkan kurang lebih sejak enam bulan lalu. Konsep siap pakai dipilih Asha karena ingin menjadikan tenun ikat sebagai busana sehari-hari. Masing-masing koleksi tersedia hanya satu piece untuk menjaga eksklusivitasnya.
"Produk Indonesia memang harus ada yang mahal biar masyarakat luas bisa mengapresiasi. Jadi, kita juga punya posisi," ucap Asha seraya menyebut harga busananya berkisar Rp1,5 juta hingga Rp8,5 juta.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fleksibel
Asha menyatakan bahwa tenun ikat pada prinsipnya bersifat fleksibel. Tidak ada pakem tertentu yang membatasi cara berekspresi orang. "Tergantung badan kita, mau tertutup atau terbuka. Tidak ada pakemnya, beda dengan batik yang masih ada kaitannya dengan kerajaan," ujarnya.
Hal itu menurutnya justru baik agar bisa terus dilestarikan generasi selanjutnya. Ia melihat minat orang Indonesia terhadap kain meningkat belakangan, khususnya di kalangan generasi muda.
Ia bahkan berencana membuat kampanye "Aku dan Kain" pada Agustus mendatang dengan melibatkan 100 generasi muda. Jenis kainnya tidak hanya tenun, tapi ragam wastra lainnya. Hal itu sebagai wujud dukungannya untuk memperjuangkan tenun agar diakui UNESCO sebagai warisan budaya takbenda, seperti batik.
"Tenun itu ada di setiap negara. Tapi di kita bedanya, tenun kita beragam yang memperlihatkan kekayaan kita dari Sabang sampai Merauke," ia menerangkan
Selain itu, ia juga akan kembali bekerja sama dengan Sarinah untuk membuat koleksi dari kain nusantara lain, seperti batik dan jumputan. Semua dikerjakan sesuai musim. Seluruh koleksi akan dijual di tenan khusus produk premium di Sarinah.
Advertisement
Jingle dan Film Pendek
Show yang digelar Oscar merupakan acara penutup dari rangkaian agenda peresmian transformasi Sarinah. Sebelum itu, pihak pengelola mal pertama di Indonesia ini memperdengarkan jingle terbaru Sarinah.
Jingle tersebut merupakan lagu O Sarinah ciptaan Ismail Marzuki yang didendangkan Waljinah. Slank kemudian mengaransemennya jadi lebih kekinian dan bernada ceria.
"Akan dikumandangkan di toko Sarinah untuk mengingatkan kita agar terus mencintai dan mengembangkan warisan tradisi nusantara," kata Direktur Utama Sarinah, Fetty Kwartati, dalam sambutan di acara Senja di Sarinah.
Jingle itu akan jadi musik latar flashmob pada pegawai. Tujuannya untuk meningkatkan semangat mewujudkan Sarinah sebagai Panggung Karya Indonesia. "Sarinah tidak hanya sebuah nama, tapi sejarahnya juga berharga. Mau kami lestarikan ke mana-mana,"ucap dia.
Selain lagu, Sarinah juga akan merilis film pendek berjudul Mbok dan Bung. Film yang diproduksi Rekata Studio itu mendapuk Marissa Anita sebagai pemeran Sarinah, dan Kenichi Virendra Shafwan sebagai Bung Karno kecil.
"Sarinah lahir sebagai seorang mulia dan kaya value-nya. Kami akan putar bersama-sama minggu depan (22 Juli 2022)," imbuh Fetty.
Perubahan Nama
Pada 2020 lalu, Oscar Lawalata menghebohkan publik dengan keputusannya menjadi wanita. Hal ini dikatakannya melalui kanal YouTube The Lawalatas. "Saya memilih untuk menjadi wanita. Menjadi wanita seutuhnya," ia menuturkan.
Ia mengaku mulai merasakan sisi kewanitaannya sejak kecil. Tapi, ia menyadari identitasnya sejak 2015 lalu. "Setelah saya mempelajari kurang lebih lima tahun lalu siapa saya, dari situ saya tahu saya transgender," jawabnya, dikutip dari kanal Showbiz Liputan6.com.
Asha Smara Darra dipilihnya sebagai nama barunya setelah jadi wanita. Nama itu bermakna indah. "Asha itu artinya hope (harapan), Smara itu artinya cinta, dan Darra itu artinya pohon yang kuat," ujarnya.Â
Keputusan Oscar didukung ibundanya, Reggy Lawalata. Ia mengatakan tak pernah membiarkan Oscar keluar sendirian. "Saya saja sakit. Makanya saya selalu mendampingi karena saya tahu bagaimana dia gitu," ia mengatakan.
Advertisement