Liputan6.com, Jakarta - Edukasi untuk jadi wisatawan lebih bertanggung jawab dalam praktik ramah lingkungan terus disuarakan berbagai pihak. Tongkat estafetnya kali ini diambil Yayasan WWF Indonesia yang bekerja sama dengan Epson Indonesia dan Campaign.com, sebuah startup pengembang platform aksi sosial.
Melalui kampanye bertajuk #BeABlueTraveler selama bulan ini, mereka bertujuan membangun kesadaran publik akan wisata bahari berkelanjutan. Aktivasinya berupa tantangan online yang akhirnya akan menghadiahi paket ekowisata selama empat hari tiga ke Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk pemenang terpilih, menurut keterangan pada Liputan6.com, baru-baru ini.
Advertisement
Baca Juga
Tantangan yang bisa diakses di aplikasi Campaign.com ini cukup mudah, yaitu mengunggah foto dan membagikan cerita seputar wisata bahari yang bertanggung jawab. Untuk setiap tantangan yang dibagikan, Epson akan mengonversikannya jadi donasi senilai Rp100 ribu.
Dana tersebut nantinya akan disalurkan untuk pelatihan rehabilitasi karang dengan metode rock pile oleh Kelompok Sadar Wisata di Desa Marisa, Pulau Kangge, Alor, NTT. Blue Traveler adalah salah satu program Signing Blue insiiasi Yayasan WWF Indonesia sebagai wadah untuk jadi wisatawan bertanggung jawab dengan mewujudkan pariwisata bahari yang berkelanjutan di Indonesia.
Nantinya, para Blue Traveler akan jadi "champion" untuk dapat bersuara tentang aksi yang telah mereka lakukan sebagai wisatawan ramah lingkungan. Kepala Program Kelautan dan Perikanan Yayasan WWF Indonesia, Dr. Imam Musthofa, berkata, "Menurut United Nations World Tourism Organization (UNWTO) kunjungan wisatawan internasional akan meningkat setiap tahunnya, dan diestimasikan mencapai 1,8 miliar pada 2030.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pentingnya Edukasi
Imam mengatakan, "Jadi, sangat penting untuk mengedukasi para wisatawan untuk mereka lebih bertanggung jawab dalam berwisata. Melalui kampanye #BeABlueTraveler, Yayasan WWF Indonesia mengajak partisipasi aktif publik, khususnya generasi muda, dalam mendukung wisata bahari yang berkelanjutan."
"Menjaga keseimbangan ekosistem laut dan mencegah kerusakan akibat dampak dari berkembangnya wisata bahari adalah tugas kita bersama," tandasnya.
Saat ini, 28 orang terverifikasi jadi Blue Traveler dan telah menunjukkan komitmen awal mereka untuk jadi wisatawan ramah lingkungan. Ini dilakukan melalui berbagai aksi secara periodik dengan harapan dapat jadi tren dan gaya hidup untuk terus menerapkan praktik terbaik sebagai wisatawan bertanggung jawab.
Keterlibatan Blue Traveler antara lain dengan mengurangi jejak ekologi manusia terhadap lingkungan, seperti penggunaan plastik sekali pakai, pemakaian energi yang efisien, serta bekerja sama dengan pelaku usaha, penyedia jasa, dan masyarakat lokal untuk menerapkan praktik wisata berkelanjutan, serta menjaga lingkungan laut dan perairan sekitarnya.
Advertisement
Didekatkan dengan Kebiasaan Sehari-hari
Sebelumnya, praktik ramah lingkungan dengan pendekatan pada kebiasaan sehari-hari telah didorong Yayasan WWF Indonesia melalui rekomendasi pemilihan makanan laut.
"Sebagai pilihan bagi konsumen yang ingin membeli produk seafood ramah lingkungan, kami menyediakan Seafood Advisor, sebuah (aplikasi) panduan untuk konsumen," Siti Yasmina Enita, Marine Communication Specialist Yayasan WWF Indonesia, mengatakan dalam keterangan berbeda.
Ia melanjutkan, "Harapannya, (aplikasi) dapat memberi informasi produk seafood mana yang lebih baik. Konsumen dapat memprioritaskan jenis ikan di daftar hijau yang berarti pilihan terbaik, sekaligus menghindari jenis ikan di daftar merah hingga kuning untuk menekan dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas perikanan pada kedua daftar tersebut."
Merujuk pada kajian Yayasan WWF Indonesia tahun 2020 terhadap kesadartahuan dan preferensi 500 konsumen akan produk seafood di lima kota besar: Jakarta, Denpasar, Surabaya, Makassar, dan Medan, tercatat bahwa lebih dari 90 persen konsumen sepakat sertifikat atau ekolabel keberlanjutan pada produk perikanan menjamin ketersediaan produk perikanan di masa depan.
Pasalnya, praktik itu dinilai menjaga aktivitas perikanan tidak merusak ekosistem, serta tidak menangkap berlebihan. Sayang, tingginya antusiasme konsumen tidak seiring pembelian produk makanan laut yang berekolabel. Hal ini dikarenakan produk berekolabel tidak mudah ditemukan dan jenisnya tidak banyak.Â
Produk Makanan Laut Ramah Lingkungan
Menggaungkan kebiasaan memilih produk makanan laut ramah lingkungan, Yayasan WWF Indonesia bekerja sama dengan Rotary Bali Pecatu District 3420, dan berbagai komunitas lain di Bali. Mereka menyelenggarakan kampanye seafood ramah Lingkungan bertema "Be Sustainable, Be a Smart Seafood Love."
Kampanye publik ini telah terselenggara di area Terrace Hub Plaza Renon, Bali pada 25--26 Juni 2022. Sesederhana arti tema yang diusung, pihaknya mengajak para konsumen untuk dapat lebih bijak memilih produk makanan laut yang akan dibeli. Selain itu, "Bé" yang mengandung arti daging-dagingan dalam Bahasa Bali menekankan untuk memilih daging ikan yang berkelanjutan.
Terdapat booth program WWF Indonesia yang terdiri dari Seafood Savers, Signing Blue, SOShark, Beli yang Baik, Marine Buddies, dan Rotary. Selain itu, ada juga pameran foto aktivitas perikanan; demo masak dari finalis Master Chef Indonesia Session 6, Chef Putu, penampilan musik akustik; dan pembagian merchandise bagi pengunjung yang mengikuti aktivitas di dalam kampanye.
Tidak ketinggalan, sempat diadakan pula lomba video reels dan cerita foto berhadiah premium cookware dan produk ramah lingkungan. "Lomba ini dilaksanakan untuk mengedukasi konsumen, supaya membiasakan diri mencari tahu akan asal usul produk seafood yang akan dikonsumsi," Siti mengatakan.
"Selain itu, harapannya juga dapat menginformasikan pada penjual seafood, seperti supermarket maupun restauran, bahwa konsumen menginginkan informasi sumber seafood dan ingin memilih seafood yang ramah lingkungan," imbuhnya.
Advertisement