Sukses

Rok Dior Seharga Rp57 Juta Dituduh Merampas Budaya China

Faktanya ini bukan kontroversi pertama yang terjadi antara Dior dan publik China.

Liputan6.com, Jakarta - Dior dituduh merampas budaya China untuk rok lipit yang dikatakan menyerupai pakaian tradisional Tiongkok. Dibanderol dengan harga 3,8 ribu dolar AS (sekitar Rp57 juta), rok lipit mid-length diluncurkan pada Mei 2022 ini merupakan bagian dari koleksi musim gugur 2022 rumah mode itu, karya direktur kreatifnya, Maria Grazia Chiuri.

Potongan busana itu baru jadi sorotan publik akhir pekan lalu setelah pengguna media sosial China melihat kesamaan pola dan lipatannya dengan rok lipit wajah kuda China, atau mamianqun, sejenis Hanfu yang biasanya dikenakan wanita di Dinasti Ming, melansir VICE World News, Rabu (20/7/2022).

Publikasi di corong Partai Komunis China, People's Daily, mengecam merek mewah Prancis itu karena menggambarkan desainnya sebagai "siluet khas Dior." "Yang disebut siluet Dior sangat mirip dengan mamianqun China dan banyak detailnya yang sama," tulisnya.

Mereka menyambung, "Mengapa mereka tanpa malu-malu menyebutnya sebagai desain baru? Kebingungan, bahkan kemarahan warganet benar-benar masuk akal."

Komentar People's Daily dinilai mengakui bahwa industri fesyen sering meminjam dari elemen yang berbeda. "Desain seperti ini oleh Dior sepertinya tidak memberi penghormatan," tambahnya.

Zhang Yan, seorang perancang busana muda Tiongkok yang memulai debutnya di New York Fashion Week pada 2019, menyebut apa yang diklaim Dior sebagai pelanggaran yang lebih serius daripada plagiarisme. "Dengan menyebutnya desain ciri khas mereka, Dior menyesatkan pelanggan mereka di seluruh dunia," kata Zhang dalam sebuah video di Weibo, mengkritik merek mewah tersebut karena gagal menyebut budaya China sebagai sumber inspirasinya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Produk Telah Dihapus

Dior tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait tuduhan tersebut. Namun, produk tersebut telah dihapus dari situs Cina daratan Dior, tapi masih tersedia di toko fisik di Hong Kong.

Faktanya, ini bukan kali pertama merek mewah Prancis tersebut jadi sasaran kritik publik Negeri Tirai Bambu. Akhir tahun lalu, Dior dihadapkan pada deras arus kecaman di China. Ini terjadi setelah rumah mode itu mempublikasikan foto yang dituding "mencoreng perempuan Asia," menurut media pemerintah Tiongkok.

Melansir SCMP, potret yang merupakan bagian dari pameran Lady Dior di West Bund Art Center, Shanghai ini menunjukkan seorang perempuan Asia mengenakan kostum tradisional dan memegang tas ikonis brand mewah itu. Surat kabar milik negara Beijing Daily mengecam foto itu, menuliskan, "Apakah Ini Wanita Asia di Mata Dior?"

China Women's News, surat kabar yang dijalankan badan semi-pemerintah Federasi Perempuan Seluruh China, mengatakan dalam sebuah editorial bahwa selera estetika Dior dan fotografer telah "kelewat batas." "Perilaku mereka telah menunjukkan niat menjelek-jelekkan perempuan China dan mendistorsi budaya China," kata publikasi itu.

3 dari 4 halaman

Dibuat Geram

"Sekali lagi, dari gambar ala hantu Dior yang membuat publik merasa tidak nyaman, mudah untuk melihat 'kebanggaan dan prasangka' beberapa merek Barat dalam estetika dan budaya mereka," sambung publikasi tersebut.

Warganet China juga tidak kalah geramnya. "Ibu kota Barat tidak pernah memperlakukan orang Asia sebagai manusia. Betapa mengerikannya budaya Barat!" tulis seorang pengguna Weibo.

"Mereka mendiskriminasi orang Asia untuk mencerminkan kemuliaan merek ini. Siapa bilang itu seni? Saya pikir itu adalah perbudakan bawaan," komentar pengguna lain. "Beberapa model China disebut wajah kelas atas karena sesuai definisi orang Barat untuk orang Asia. Kenyataannya, ada terlalu banyak gadis yang lebih cantik dari wajah kelas atas itu," kata yang lain.

Pemotret gambar kontroversial itu adalah Chen Man. Ia merupakan fotografer Cina yang karyanya telah muncul di berbagai publikasi, termasuk Vogue. Di tengah deras arus kritik, ia juga dipuji karena memilih model berkulit lebih gelap. Ini disebut "jelas menyimpang dari standar kecantikan yang lazim di Cina," yang didominasi penghargaan untuk kulit putih.

4 dari 4 halaman

Kontroversi Lainnya

Dior tidak memberi komentar apa pun mengenai kontroversi itu, tapi mengonfirmasi pada Business of Fashion bahwa foto tersebut telah dihapus dari pameran. Merek juga menghapus foto yang dimaksud dari platform media sosial China, Weibo.

Kontroversi sebelumnya juga tercatat pada 2019 lalu saat merek tersebut mempresentasi karya mereka di sebuah universitas yang menampilkan peta negara yang mengecualikan Taiwan. China melihat Taiwan sebagai bagian penting dari China, tapi Taiwan telah menolak langkah untuk penyatuan lintas selat.

Merek yang merupakan bagian dari LVMH, grup barang mewah terbesar di dunia, ini bukan satu-satunya merek yang menarik kemarahan konsumen China dalam beberapa tahun terakhir. Juga pada 2019, label Italia Dolce & Gabbana terpaksa membatalkan peragaan busana terkenal di Shanghai.

Keputusan ini diambil setelah pihaknya mengunggah video yang menampilkan model China makan makanan Italia dengan sumpit, dianggap sebagai penggambaran yang tidak sopan dan merendahkan. Merek, termasuk perusahaan global H&M dan Nike, juga sempat memicu kemarahan setelah berjanji tidak menggunakan kapas dari wilayah Xinjiang di Cina. Keputusan ini diselimuti dugaan kerja paksa terhadap minoritas Uighur di kawasan tersebut.