Sukses

Manolo Blahnik Menang Gugatan Merek Dagang Lawan Pengusaha China Setelah Berjuang 22 Tahun

Pengusaha China lebih dulu mendaftarkan merek dagang Manolo Blahnik untuk produk sepatu ke pengadilan.

Liputan6.com, Jakarta- Manolo Blahnik, label sepatu ternama berbasis di Inggris, kini bisa bernapas lega. Pihaknya berhasil memenangi gugatan hukum agar bisa menggunakan nama merek tersebut di China lewat perjuangan hukum selama 22 tahun yang memakan biaya.

Dalam putusan yang jarang terjadi, pengadilan tertinggi Tiongkok membatalkan merek dagang yang menggunakan nama Manolo Blahnik milik pengusaha sepatu Tiongkok, Fang Yuzhou. Keputusan hukum itu akan memungkinkan Blahnik untuk pertama kalinya menjual mereknya di pasar barang mewah dengan pertumbuhan paling cepat di dunia itu.

"Itu adalah lubang besar dalam keberadaan kami," kata Kristina Blahnik, Kepala Eksekutif Manolo Blahnik sekaligus keponakan sang pendiri, pada Financial Times, dikutip Jumat (22/7/2022). "Ketika kami menerima telepon...air mata kami jatuh."

Pengajuan banding Manolo Blahnik telah ditolak beberapa kali sebelumnya karena perusahaan itu tidak dapat membuktikan bahwa mereka memiliki reputasi di China sebelum tahun 2000. Selain itu, Fang sangat aktif menggunakan merek tersebut untuk sepatu yang diproduksinya, kata ahli hukum.

Setelah mereka terbukti valid sebagai pemilik hak cipta, Blahnik kini bersiap memasuki pasar Tiongkok. Meski masih di tahap awal, pihaknya berharap bisa mulai menjual produk secara langsung di China pada semester II tahun depan. "Kami tidak akan berpacu seperti roket memasuki China, tapi berjalan dengan perlahan," ia menjelaskan.

Manolo Blahnik didirikan pada 1971 di Inggris. Namanya meroket setelah kerap tampil di serial hit Sex and The City.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Terobosan

Keputusan pengadilan itu kemungkinan akan bertindak sebagai penentu arah bagi merek asing lainnya yang terlibat perselisihan serupa. "Ini bisa jadi kasus penting, tidak hanya untuk merek mewah lainnya, tapi juga merek seperti (peritel Jepang) Muji, yang berada dalam pertempuran merek dagang selama 20 tahun," kata Rieko Michishita, pengacara KI veteran China di firma hukum Bird & Bird.

Keputusan itu akan memungkinkan Blahnik dan mitra ritelnya mulai menjual di China tanpa takut akan tuntutan hukum. Hal itu juga untuk memerangi barang palsu yang dijual dan diekspor dari negara itu, tambahnya. Meski begitu, kompetisi tidak akan juga menjadi lebih mudah karena merek mewah lainnya, seperti Louis Vuitton, eksis lebih dulu di China. 

Negeri Tirai Bambu memiliki sistem merek dagang yang mengakui "siapa yang mengajukan pendaftaran pertama." Hal itu membuat banyak perusahaan asing rentan terhadap pembajakan saat mereka berusaha menjual produk mereka di pasar China. Bahkan, desainer Inggris yang memiliki bisnis kecil mendapati label milik mereka sudah terdaftar di China, menurut seorang pengacara yang memahami kasus tersebut.

Pada November 2019, negeri itu mengamandemen legislasi untuk memperkuat undang-undang merek dagang di Tiongkok. Dalam beberapa tahun terakhir lebih banyak perusahaan asing yang memenangkan perselisihan di pengadilan Tiongkok.

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Menang dan Kalah

Tahun lalu, merek pakaian olahraga AS, New Balance, memenangi gugatan terhadap dua perusahaan lokal karena meniru logo "N" dan menerima ganti rugi sebesar 25 juta renmimbi. Putusan itu termasuk di antara kompensasi terbesar yang diberikan kepada merek asing dalam pertarungan pengadilan merek dagang.

Mantan superstar NBA, Michael Jordan, juga mampu menghentikan produsen pakaian olahraga China, Qiaodan Sports, menggunakan merek dagangnya setelah gugatan sembilan tahun yang dijatuhkan pada akhir 2020. Jordan berpendapat bahwa Qiaodan, yang merupakan terjemahan harfiah dari namanya, telah melanggar haknya. 

Merek mewah lain, termasuk grup pakaian pria Italia Zegna dan label Inggris Dunhill, juga telah memenangi tuntutan hukum pelanggaran merek dagang di China. Namun, tidak semuanya berhasil.

Ada juga kekalahan profil tinggi. Grup mewah Prancis, Hermes, kalah dalam pertarungan hukum di pengadilan pada 2012 untuk menghentikan perusahaan pakaian pria China yang menggunakan Ai Ma Shi, terjemahan bahasa Mandarin dari Hermes, pada produknya. Pengacara Hermes telah mencoba membatalkan merek dagang tersebut sejak 1997.

4 dari 4 halaman

Penurunan Minat

Manolo Blahnik berhasil meraup pendapatan 42,3 juta Euro pada 2020, turun tujuh persen dari tahun sebelumnya karena pandemi virus corona. Meski perusahaan belum menjual langsung di China, mereka sudah merayu konsumen mewah China melalui toko-toko di Tokyo, Hong Kong, Singapura, Taipei, dan Seoul.

Mengenai biaya hukum yang dihabiskan, Blahnik tak mengungkap jelas. Ia hanya mengatakan, "Saya akan mengalami serangan jantung jika benar-benar harus menghitung semuanya."

Di sisi lain, sederet merek barang mewah telah memangkas ekspektasi untuk bisnis mereka di China tahun ini, ketika lockdown Covid-19 di negara itu memicu hambatan bagi pemulihan ekonomi dan menyurutkan niat belanja konsumen. Pemangkasan ini diungkap melalui hasil survei perusahaan konsultan manajemen AS, yaitu Oliver Wyman, yang dibagikan secara eksklusif dengan CNBC.

Dikutip dari kanal Bisnis Liputan6.com, hasil survei yang dirilis Oliver Wyman mengungkap perkiraan pertumbuhan untuk merek barang mewah dan premium dipangkas hingga 15 poin persentase, dan turun hampir 25 poin persentase untuk merek mewah saja. Untuk bisnis mereka di China, bisnis barang premium dan mewah sekarang hanya mengharapkan pertumbuhan 3 persen year-on-year tahun ini.

Angka tersebut turun tajam dari lonjakan 18 persen yang mereka perkirakan beberapa bulan lalu, kata laporan itu.