Sukses

Hari Anak Nasional, Pahami Pola Asuh Terbaik untuk Buah Hati

Anda juga bisa meningkatkan kualitas pola asuh anak di momentum Hari Anak Nasional.

Liputan6.com, Jakarta - Momentum Hari Anak Nasional yang jatuh hari ini Sabtu (23/7/2022) bisa dimaknai para orangtua dengan memahami pola asuh terbaik untuk buah hati. Tidak ada buku manual untuk jadi orangtua, ditambah pola asuh tercatat berkembang seiring zaman, maka ilmunya harus terus diperbaharui.

Dokter spesialis anak, dr. Citra Amelinda, Sp.A, M.Kes, IBCLC, menyebut bahwa setidaknya ada tiga pola asuh anak. Pertama, otoriter. "Ini kebanyakan manut pada apa kata orangtua. Apa yang boleh dan tidak boleh (dilakukan dalam mengasuh anak)," katanya dalam acara virtual "Hari Anak Nasional 2022, Tokopedia Gandeng Dokter Anak Bagi Tips Tingkatkan Kualitas Pola Asuh," Jumat, 22 Juli 2022.

Kedua, neglect. Ini, dr. Citra menjelaskan, merupakan kebalikan dari otoriter, yang mana orangtua mengikuti semua mau anak. Ia berkata, "Ini biasanya diterapkan orangtua yang merasa bersalah pada anak. Misalnya, bekerja seharian, merasa bersalah karena tidak menemani dan memberikan yang terbaik untuk anak."

Terakhir, ini merupakan pola asuh terbaik menurut dr. Citra: responsive parenting. "Karena sudah banyak keluarga kecil yang keluar rumah (tidak tinggal bersama orangtua atau mertua), setiap orangtua sekarang punya cara masing-masing dalam mengasuh anak mereka," ia mengatakan.

"Responsive parenting adalah pola asuh terbaik, karena orangtua responsif terhadap apa yang anak butuhkan, bukan apa yang mereka mau. Dalam prosesnya, anak akan diajak berdiskusi," tuturnya. "Mengasuh tanpa berdiskusi akan membuat anak berkembang tidak sesuai kompetensi mereka."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Meningkatkan Kualitas Pola Asuh Anak

Selain menerapkan pola asuh responsif, dr. Citra juga berbagi tips meningkatkan kualitas pengasuhan anak. Pertama, terlibat di kegiatan anak.

"Periode emas anak dimulai pada seribu hari pertama. Terhitung sejak anak berada dalam kandungan sampai usia dua tahun. Disebut periode emas karena pada masa ini tumbuh kembang anak berlangsung sangat pesat, sehingga akan jadi fondasi dasar saat anak beranjak dewasa," katanya.

Kemudian, dampingi anak saat ia menghadapi masalah. "Dampingi anak ketika stres menghadapi masalah sambil membimbing mereka dengan brainstorming berbagai ide untuk memecahkan masalahnya.Pengalaman berharga ini dapat membangun kepercayaan diri dan kemampuan problem solving sesuai usia sejak dini," saran dr. Citra.

Selanjutnya, ajarkan disiplin pada anak sejak sini. "Anak butuh rutinitas yang teratur karena hal ini penting dalam membentuk kebiasaan baik, sehingga menimbulkan perasaan aman dan nyaman bagi anak. Orangtua dapat menerapkan jadwal yang teratur dan konsisten untuk tidur, makan, hingga bermain sesuai kebutuhan anak yang berbeda tiap usia," ia memaparkan. 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Asupan Seimbang untuk Anak

Terakhir, pastikan asupan anak berimbang. "Pola asah, asih, dan asuh juga meliputi asupan nutrisi yang baik sejak lahir. Berikan ASI dan MPASI yang bergizi dan adekuat untuk menunjang tumbuh kembang anak. Pastikan orangtua memberi berbagai variasi makanan bergizi lengkap yang terdiri dari protein, karbohidrat, serat, dan lemak dalam jumlah dan proporsi yang disesuaikan dengan usia," kata dr. Citra.

Menunjang poin ini, hadir pula Steven Hadi Gunawan, pemilik Resep Roemah, bisnis kuliner yang menjual makanan sehat untuk anak-anak. Usaha ini terinisiasi karena pihaknya prihatin melihat kondisi yang sangat mencemaskan saat awal pandemi COVID-19 pada 2020, terutama saat orangtua didiagnosa positif virus corona.

"Pasti kalau sudah begitu, yang pertama dipikirkan adalah anak. Orangtua tidak lagi bisa masak karena isoman. Padahal saat itu, mereka juga sedang ekstra hatai-hati memilih makanan sehat yang bisa menunjang imunitas tubuh anak. Karena itu, kami hadir untuk mempermudah orangtua membeli makanan sehat untuk anak dari rumah, dan bisa langsung diantar ke rumah," tutur Steven.

Ia melanjutkan, "Saat diterima, (makanan) tinggal direbus, dikukus, atau digoreng." Pilihannya pun beragam mulai dari lauk; ragam sajian sup, yang merupakan menu terlaris; camilan; bahkan bumbu instan. "Makanan kami tanpa MSG dan pengawet. Bahan-bahannya segar dan sudah berkonsultasi lebih dulu dengan ahli gizi untuk memastikan nutrisi yang dibutuhkan anak terpenuhi," katanya.

 

4 dari 4 halaman

Disesuaikan Kebutuhan Anak

Steven mengatakan, semua menu dibuat menyesuaikan kebutuhan anak usia 1--10 tahun. "Selain itu, bahan-bahan yang kami gunakan juga sudah bersertifikat halal," katanya.

Total ada 80 menu yang ditawarkan pihaknya sekarang. "Kebanyakan masih dari Jabodetabek karena kami menyarankan pakai kurir instan atau same day. Surabaya juga karena kami buka (cabang) di sana," Steven menuturkan. "Di luar kota-kota itu sebenarnya bisa, tapi ongkirnya akan jauh lebih mahal dan berisiko (tidak segar saat sampai) karena kami benar-benar tidak pakai pengawet."

Ia menyebut, 60 persen penjualannya terjadi di Tokopedia. Pihaknya pun mencatat tiga kali kenaikan pada semester I 2022 dibandingkan semeter II 2021. "Event Ramadan kemarin itu yang banyak (pesanan)," tuturnya.

Melanjutkan semangat untuk meningkatkan pola asuh anak, Tokopedia juga memiliki komunitas Tokopedia Parents. "Kami telah mengundang konsumen loyal ke WhatsApp group yang sekarang anggotanya sudah lebih dari lima ribu pengguna." Head of Category Development Tokopedia, Ramadhan Niendraputra, mengatakan.

Ia pun berkata, "Selama semester I 2022, Ibu dan Anak masih jadi salah satu kategori paling populer di Tokopedia. Sejumlah produk, seperti tas ransel, kaos, ASI booster, susu untuk ibu hamil dan mainan montessori jadi beberapa produk paling laris."

Sementara, beberapa daerah dengan peningkatan jumlah transaksi paling tinggi di kategori Ibu dan Anak selama semester I 2022, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Demak, dan Jayawijaya. "Tren ini dianggap positif karena akhirnya penjualan tinggi tidak hanya terjadi di Jawa," imbuhnya.