Liputan6.com, Jakarta - Usia bukan halangan untuk tetap aktif bekerja. Begitu juga dengas seorang nenek di Semarang, Jawa Tengah. Ia sudah bertahun-tahun berjualan makanan dan dagangannya hampir selalu laris.
Makanan yang laris manis selama bertahun-tahun bisa dibilang tak perlu lagi diragukan soal rasanya. Hal itu juga menarik rasa penasaran pemilik akun Instagram @doyanmakan_jkt. Dalam unggahan itu, wanita pemilik akun ini menghampiri salah satu penjual pecel legendaris di Semarang.
Advertisement
Baca Juga
Lapaknya sederhana, hanya di pinggir jalan. Lokasinya di Jalan MT Haryono, Semarang. Warga mengenal usaha yang dijalani nenek berusia 64 tahun sebagai Nasi Pecel Yu Saji.
Setiap hari warung nasi pecel ini buka mulai pukul 06.00 sampai dengan 12.00 WIB. Sajian pecel di tempat itu menjadi favorit bagi banyak orang Semarang. Menu yang disajikan di sana bisa dibilang sangat lengkap.
Ada peyek, aneka satai, tahu, telur, dan lainnya ada di sini. Wanita ini lantas memilih bakwan jagung, martabak telur, tahu goreng, perkedel, dua keping peyek, dan telur rebus untuk topping nasi pecelnya.
Porsi makanannya pun mengenyangkan sehingga pelanggan puas saat bersantap di sini. Bumbu kacang yang kental dan harum juga sukses menambah selera makan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ramah dan Akrab
Bumbu kacang di Nasi Pecel Yu Saji memiliki tekstur cukup halus. Rasanya tak terlalu manis dengan sentuhan kacang yang gurih, "Ini gue akuin salah satu nasi pecel terenak yang gue makan. Rasanya enak, bumbunya nggak lebay," ujar wanita ini dalam unggahannya.
Nasi pecel lengkap dengan aneka topping yang dipesan wanita ini total harganya Rp24 ribu. Bukan itu saja, penjual nasi pecel ini juga sangat ramah. Pelayanan yang diberikan pun membuat pelanggan merasa nyaman dan akrab. Bisa jadi itu juga salah satu faktor dagangannya selalu ramai pembeli.
Bukan hanya di Semarang, di Kalimantan Barat juga ada wanita lansia yang masih gigih berjualan makanan. Salah satunya adalah Arsiah yang sepertinya tidak pernah lelah. Meski usianya senja, 72 tahun, wanita asal Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, tiap hari berjalan kaki untuk jualan pisang.
Pandemi Covid-19 membuatnya mandiri. "Anak 6. Cucu 14. Saya sudah divaksin dua kali," ucap Arsiah ditemui Liputan6.com Minggu (19/12/2021) di ruas Jalan Siam, Kota Pontianak.
Advertisement
Memilih Pisang
Dia berkata, usianya yang tidak lagi muda bukan berarti berdiam diri menggantungkan hidup ke anak dan cucunya. Dia ingin belajar hidup mandiri sebagai contoh untuk semua orang.
"Kadang ada orang mau kasih uang, tanpa membeli pisang, saya kembalikan," ucapnya saat ada perempuan muda memberikan lembaran uang berwarna merah 10 lembar. "Jualan pisang ini bukan untuk belas kasihan. Tapi, untuk belajar memaknai kehidupan," tuturnya, dilansir dari kanal Regional Liputan6.com.
Pisang itu dia dapatkan membeli dari pasar tradisional di Kota Pontianak. Ia hapal betul, mana pisang masak di pohon dan dikarbit. "Saya pilah. Jangan sampai pisang busuk," katanya terlihat cekatan memilah dan memilih jenis pisang di ruas Jalan Siam.
Beda lagi dengan Matelda Lemba, nenek berusia 57 asal Desa Bombong Lambe, Mamasa, Sulawesi Barat. Ia tak dapat menahan rasa haru dan air matanya saat mendapat hadiah gerobak jualan dari Satlantas Polres Mamasa. Sehari-hari Nenek Matelda berjualan menggunakan gerobak bangunan yang sudah usang.
Jualan dengan Gerobak
Nenek Matelda beberapa tahun terkahir, menjajakan makanan kepada calon pembeli dengan mendorong gerobak pasir sejauh puluhan kilometer. Pekerjaan itu ia lakoni sejak suaminya meninggal dunia dan harus menjadi tulang punggung keluarga. "Saya sangat bersyukur karena mendapat bantuan (gerobak) ini," kata Nenek Metelda dengan mata yang berkaca-kaca, Selasa (22/09/2020).
Nenek Matelda sama sekali tidak menyangka dirinya akan mendapatkan gerobak jualan baru dari polisi. Saat sedang berjualan, dia dipanggil masuk ke halaman kantor Samsat Mamasa oleh para polisi. Dia mengira, para petugas itu hanya ingin membeli makanan yang ia jajakan. "Terima kasih banyak Pak. Dengan gerobak baru ini akan menambah semangat saya berjualan," ujar nenek Matelda.
Kasatlantas Polres Mamasa AKP Ferrix Shandy Anggara mengatakan pemberian gerobak jualan dalam rangka bakti sosial Hari Lalu Lintas ke-65 Bhayangkara. Niat mereka untuk membantu muncul ketika mendengarkan cerita Nenek Matelda yang sudah empat tahun lamanya berjualan makanan menggunakan gerobak bangunan.
Saat itu, mereka memanggilnya untuk membeli jualannya sembari bertanya mengenai kisah hidupnya. "Dari situ, kita pun menyiapkan kejutan untuk Nenek Matelda. Tanpa ada pemberitahuan, kita memutuskan membuat gerobak khusus jualan bagi Nenek Matelda," kata Ferrix.
Advertisement