Liputan6.com, Jakarta - Totalitas Marissa Anita untuk dunia akting tak main-main. Demi perannya sebagai Sarinah, ia tak segan menjalani riset mendalam. Ia merasa tertantang untuk memainkan sosok pengasuh yang namanya tenar tetapi tak banyak informasi tersedia soal Sarinah.
"Sejarah Mbok Sarinah enggak banyak. Waktu saya mendapatkan semacam pinangan, kira-kira mau enggak ikut project ini. Kita tahu Sarinah itu pengasuh Bung Karno, tapi kita tidak tahu sosoknya seperti apa. Itu yang buat saya tertarik," kata Marissa dalam jumpa pers Nonton Bareng Film Mbok dan Bung di Djakarta Theatre, Jumat malam, 22 Juli 2022.
Advertisement
Baca Juga
Sejumlah literatur dibacanya, termasuk buku biografi Bung Karno yang menceritakan sosok Sarinah. Riset awal yang dilakukannya kemudian didiskusikan ulang dengan tim produksi, khususnya Ninndi Raras yang bertindak sebagai sutradara dan penulis naskah di film berdurasi 15 menit itu.
"Kita semua duduk bersama. Kita bicarakan seperti apa zaman dulu," ucapnya.
Detail menjadi penting agar sosok Sarinah bisa digambarkan dengan baik, terutama relasinya dengan Kusno, nama kecil Bung Karno. Ia bahkan menyusun timeline agar tidak terlalu meleset dari fakta sejarah.
Semakin didalami, semakin ia mengagumi Sarinah sebagai perempuan yang kuat, punya kecerdasan emosional, dan welas asih. Sarinah bisa mengajari Kusno nilai-nilai kehidupan, terutama ajaran cinta kasih yang membekas pada diri Sukarno hingga dewasa. Padahal, ia diberitahu bahwa tokoh itu adalah seorang buta huruf.Â
"Dia enggak berpendidikan tapi punya cara untuk mengasihi. Mencontohkan dengan perilakunya," ia menyebut.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Proses Produksi
Film Mbok dan Bung berlatar di Mojokerto pada 1907. Diceritakan Kusno dititipkan ayahnya kepada Mbok Sarinah untuk menjaga ibunya yang harus dirawat di rumah sakit. Kusno diperankan aktor cilik Kenichi Virendra yang berusia 8 tahun.
Marissa yang memerankan Sarinah menyesuaikan gaya busananya dalam kurun waktu tersebut. Hampir sepanjang film ia hanya mengenakan kemben dan kain, tanpa alas kaki. Settingnya berkisar di rumah dan halaman, tak jauh dari hutan.
Ninndi, sutradara film itu menjelaskan proses riset dan penulisan naskah berlangsung selama sekitar dua bulan. Proses dilanjutkan dengan syuting yang berlokasi di Gunungkidul, Yogyakarta. Total produksi memakan waktu sekitar empat bulan.
Dalam menyusun cerita, Ninndi dan tim juga berkonsultasi dengan Guruh Soekarno Putra. Ia pula yang menggambarkan seperti apa sosok Mbok Sarinah berkaca pada pengalaman masa kecilnya sendiri.
"alau anak presiden, urusan mengasuh anak Bung Karno enggak pernah nyari babby sitter. Semua pengasuh adalah mbok-mbok yang buta huruf dari desa. Yang asuh saya waktu itu Mbok Suminah, tapi kami memanggilnya Nek Joyo karena suaminya Sosorwijoyo. Waktu kenal Mbok Suminah, dari bayi hingga udah gede. Saya rasa Bung Karno juga demikian," tuturnya.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Tercantum di Buku
Guruh menyebut sosok Sarinah berjasa dalam hidup Bung Karno. Sarinah yang orang desa dan bersahaja itu memperkenalkan Bung Karno dengan kehidupan di dunia ini, terutama dalam memahami situasi yang masih di masa penjajahan.
"Bung Karno selalu berkontemplasi dari masukan-masukan Mbok Sarinah itu. Nama Mbok Sarinah dimunculkan di Departement Store itu yang kedua. Yang pertama dijadikan judul buku tentang wanita dan perjuangan wanita Indonesia. Buku itu tajuknya Sarinah," ucap dia.
Ninndi menilai pengabadian nama Sarinah sebagai pusat perbelanjaan modern pertama di Indonesia menunjukkan bahwa perempuan itu adalah sosok yang kuat. Ia berharap pesan-pesan yang disampaikan Sarinah lewat film tersebut juga bisa sampai dan diterima oleh para penonton.
Film pendek itu bisa ditonton lewat saluran Youtube Sarinah. Fetty Kwartati, Direktur Utama Sarinah, menerangkan bahwa film itu sebagai rangkaian peresmian Sarinah yang sudah bertransformasi. Digarap secara serius meski hanya film pendek merupakan jawaban dari arahan Menteri BUMN Erick Thohir agar Sarinah tidak tanggung-tanggung dalam bekerja.
"Ajarannya yang menjunjung tinggi cinta kasih, kerja sama, tidak meremehkan orang lain akan kami teruskan di Sarinah dengan menumbuhkembangkan UMKM nasional," kata Fetty.
Â
Jingle Sarinah
Sebelum itu, pihak pengelola mal pertama di Indonesia ini memperdengarkan jingle terbaru Sarinah. Jingle tersebut merupakan lagu O Sarinah ciptaan Ismail Marzuki yang didendangkan Waljinah. Slank kemudian mengaransemennya jadi lebih kekinian dan bernada ceria.
"Akan dikumandangkan di toko Sarinah untuk mengingatkan kita agar terus mencintai dan mengembangkan warisan tradisi nusantara," kata Direktur Utama Sarinah, Fetty Kwartati, dalam sambutan di acara Senja di Sarinah.
Jingle itu akan jadi musik latar flashmob pada pegawai. Tujuannya untuk meningkatkan semangat mewujudkan Sarinah sebagai Panggung Karya Indonesia. "Sarinah tidak hanya sebuah nama, tapi sejarahnya juga berharga. Mau kami lestarikan ke mana-mana,"ucap dia.
Sementara, Menteri BUMN mengklaim sejak dibuka kembali pada Maret 2022, rata-rata Sarinah dikunjungi 40 ribu setiap hari, dan bahkan lebih banyak di akhir pekan. Saat ini, sekitar 500 UMKM sudah bergabung di Sarinah, dari berbagai kategori, seperti fesyen, kriya, dan kuliner.
Erick pun berencana membuat Sarinah mini di bandara sebagai jendela produk lokal Indonesia. Dia mengatakan kehadiran Sarinah mini di bandara merupakan wujud komitmen BUMN untuk lebih banyak memfasilitasi para pelaku UMKM tampil dalam usahanya untuk naik kelas. Dengan kurasi yang ketat, ia ingin membuktikan bahwa produk lokal mempunyai kualitas yang mampu bersaing di pasar domestik maupun internasional.
"Saya yakin UMKM kita ke depan dapat go global tapi harus menguasai pasar lokal dulu, baru keluar negeri. Oleh karena itu, mohon bapak presiden berkenan agar Sarinah dijadikan destinasi untuk para tamu negara bisa berkunjung ke sini," ucap Erick.
Advertisement