Liputan6.com, Jakarta - Bertajuk "Adi Manungsa," desainer Era Soekamto merilis koleksi kain batik karyanya yang teranyar. Tidak hanya dalam bentuk fisik, lembaran kain wastra sarat filosofi itu juga diperkenalkan melalui non-fungible token alias NFT, hasil bekerja sama dengan Purpose NFT.
Okki Soebagjo dari Purpose NFT menyebut, ini merupakan salah satu langkah memanfaatkan teknologi untuk kebaikan. "100 persen semangatnya 'Adi Manungsa' itu dikembangkan jadi 111.111 NFT unik," katanya dalam jumpa pers hybrid, Jumat, 22 Juli 2022.
Advertisement
Baca Juga
"Adi Manungsa" dalam bentuk fisik terdiri dari 60 desain yang dikembangkan jadi 120 karya batik tulis. "Prosesnya ngebut. Cuma kurang lebih sebulan," Okki menyambung.
Ia juga mengatakan bahwa "siapa pun bisa jadi filantropi melalui media ini." Pasalnya, koleksi NFT ini dijual dengan harga beragam, mulai dari 10 dolar AS (sekitar Rp150 ribu) untuk 100 ribu NFT Prasadhana Digital Collection (dekorasi). Kemudian, 10 ribu NFTÂ Vastra Digital Collection (kain) dihargai senilai 100 dolar AS (sekitar Rp1,5 juta)
Disusul seribu NFT Purwarupa Digital Collection (prototipe), yakni sketsa kain dan kolase dengan lanskap candi, seharga seribu dolar AS (setara Rp15 juta). Tidak ketinggalan 100 NFT Rekhacitra Digital Collection (sketsa) senilai 10 ribu dolar AS (sekitar Rp150 juta).
Juga, 10 NFT batik Tunggal Trimatra Digital Collection (3D) yang dipasarkan senilai 100 ribu dolar AS (setara Rp1,5 miliar). Terakhir, dan yang paling mahal, adalah satu NFT Trimanunggal Trimatra Digital Collection (3D) seharga 1 juta dolar (setara Rp15 miliar).
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Didonasikan untuk Anak-Anak dan Keluarga Rentan
Merealisasikan ucapannya untuk memanfaatkan teknologi demi kebaikan, Okki menyebut, 50 persen hasil penjualan NFT akan didonasikan untuk mendukung program SOS Children's Village yang secara khusus membantu anak-anak dan keluarga rentan di Indonesia.
National Director SOS Children’s Villages, Gregor Hadi Nitihardjo, berkata, "Dari teknologi dibukakan ke nilai-nilai paling luhur. Ini juga yang kami lakukan selama 50 tahun. Anak-anak yang kami bantu sempat mengalami titik nadir. Mereka kehilangan atau dibuang orangtua mereka. Meyakini bahwa setiap manusia adalah Adi Manungsa, rasa percaya diri dan merasa disayangi itulah yang kami kembalikan."
NFT batik, yang diklaim sebagai pertama kali, tersebut telah dipasarkan sejak Jumat, 22 Juli 2022, di situs web Purpose, purpose.art, dan secondary market di Open Sea, pasar NFT terbesar di dunia.
Terkait "Adi Manungsa," Era memaknainya sebagai representasi kegelisahan tentang banyak sekali pertajaman perbedaan di luar yang membuat manusia lupa bahwa "kita adalah satu."Â
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Lebih Feminin
"Unity in Diversity" yang hakikat, Era melanjutkan, merupakan elemen yang dicantumkan ke dalam kain-kain batik karyanya. "Selama hidup, saya tentu mau bermanfaat untuk orang lain. Saya sudah belajar dari sang maestro Iwan Tirta, dan ilmu yang saya dapatkan itu bisa disalurkan untuk kepentingan banyak orang," tuturnya.
"Ada 60 pembatik yang sekarang saya asuh. Banyak anak-anak muda juga. Salah satu inspirasi (yang didapatkan selama) mengerjakan sesuatu itu harus berkolaborasi. Dibuat dengan cipta, rasa, dan karsa," ia menambahkan.
Ketika menghadapi hasilnya, Era mengaku kaget. Pasalnya, dalam koleksi kain batik kali ini, nuansanya dinilainya lebih feminin dan detail. Ia menuturkan, "DNAÂ (karya kain batik)Â maestro (Iwan Tirta) ini gagah. Tapi, ini karya yang jujur, dibuat dari hati, bermanifestasi dengan DNA batik berbeda."
Di kesempatan itu, Era juga meluncurkan jenama batiknya, Era Soekamto, serta memperkenalkan galeri batik pertamanya. Berkolaborasi dengan Apurva Kempinski Bali, perempuan kelahiran Mataram ini juga menggelar 2022 Batik & Fashion Presentation bertajuk "Adi Manungsa," pekan lalu.
Unity in Diversity
Era mengatakan, "'Adi Manungsa' jadi sebuah gambaran representasi karya batik untuk menunjukkan perjalanan manusia dalam mencari jati dirinya. Presentasi batik ini merupakan sebuah kolaborasi dengan beberapa nama yang sudah tidak asing lagi, yaitu Rama Soeprapto sebagai show director, dan Ivan Handoyo sebagai film director, dan koreografi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Bali."
Adi Manungsa dalam Bahasa Jawa memiliki makna ciptaan Tuhan yang sempurna. Ini merupakan gambaran manusia yang sadar bahwa dirinya harmoni antara fisik dan ruhani, yang dikenal dengan istilah "papat sedulur limo pancer." Karya batik pun dihadirkan sebagai pencerahan bagi siapa pun yang tersentuh untuk mengetahui betapa berdaya dirinya karena jadi perpanjangan tangan Tuhan di dunia ini.Â
"Adi Manungsa" pun jadi bagian perayaan keindahan kebudayaan Indonesia yang jadi tema kampanye The Apurva Kempinski Bali sepanjang 2022: "Unity in Diversity." Ini merupakan program yang menampilkan kekayaan, serta keragaman keindahan tujuh daerah di Indonesia, yaitu Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Maluku melalui pengalaman unik bagi para tamu.
"Kami bangga dan bersyukur. Terlebih, (presentasi kain batik karya Era) sesuai tujuan dari 'Unity in Diversity' yang mengupas lebih dalam tentang Indonesia. Kita semua tahu bahwa 'Unity in Diversity' tidak hanya berbicara dari luar, namun juga dalam diri," Director of Marketing and Communications Apurva kempinski, Danti Yuliandri, mengatakan.
Advertisement