Sukses

Tips Nirina Zubir agar Anak-Anak Suka Makan Buah, Salah Satunya Main Tebak-tebakan

Nirina Zubir pernah mendapatkan pengalaman lucu sekaligus sedih saat mengenalkan buah lokal pada anak-anaknya.

Liputan6.com, Jakarta - Presenter dan pemain film Nirina Zubir mengaku pengalaman terkena Covid-19 sekeluarga memberikannya banyak pelajaran hidup. Salah satunya soal pola makan yang sehat.

Selama ini, ia mengira sudah cukup menjaga kesehatan. Tetapi setelah terkena penyakit menular itu, ia sadar bahwa asupan makanan, khususnya buah, masih jauh dari kata cukup. Sejak itu, ia merutinkan kebiasaan makan buah.

"I making it as a lifestyle. Bukan kita haruskan yang bikin mereka jadi tertekan, tapi membuat mereka mau karena tahu benefitnya (makan buah) itu apa," tutur Nirina dalam acara jumpa pers Buavita Ajak Indonesia Lengkapi Kebutuhan Buah Harian Untuk Jaga Daya Tahan Tubuh Melalui Kampanye #AyoMinumBuah, di Jakarta, Senin, 1 Agustus 2022.

Ia meyakini mencontohkan adalah cara mendidik terbaik. Ia menunjukkan kepada anak-anaknya bagaimana menikmati buah. Kesempatan itu sekaligus digunakannya untuk mengenalkan buah yang belum diketahui anak-anak.

"Banyak buah yang mereka enggak tahu. Selama ini tahunya paling pisang, jeruk, pepaya," celoteh Nirina.

Delima, kesemek, jeruk bali, hingga belimbing menjadi pengetahuan baru buat kedua anak Nirina. Karena tak pernah makan, mereka pun kebingungan dengan buah-buahan itu. Hal itu memberi kesan campur aduk bagi perempuan yang akrab disapa Na itu.

"Rasanya lucu dan sedih di waktu bersamaan. Kecapi mereka kan enggak tahu, itu bikin curiosity mereka naik. Delima juga nanya, ini gimana cara makannya? Belum aja dikenalin buah gohok," ujarnya sambil tertawa.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Perkaya Palet

Na mengakui bahwa merutinkan kebiasaan makan buah perlu usaha. Ia sering mengajak anak-anaknya ikut berbelanja buah bersama ke tukang buah di dekat rumah. 

"Aktivitas itu buat kita berjalan. Begitu sampai di tukang buah, kita main tebak-tebakan," ujarnya.

Ia kini juga mengganti stok camilan instan di rumah dengan buah-buahan. Setiap hari minimal mereka menyantap tiga porsi buah. Cara menyantapnya juga divariasikan, kadang dimakan langsung, diolah menjadi smoothies, atau menjadi isian roti panggang.

Ia juga tak sungkan menyediakannya minuman jus, terutama bila sedang terburu-buru. Bahkan, ia sering mengajak anak-anaknya berkreasi dengan rasa jus bila dicampur dengan buah berbeda. Dengan beragam pilihan buah, menurut Na, palet mereka menjadi lebih kaya. Mereka juga bisa memiliki alternatif camilan yang lebih sehat.

"Selama ini rasa asam manis tahunya dari permen. Tapi, ada kok yang lebih natural dan God's given. Sekarang alhamdulillah anak-anak enggak perlu dipaksa lagi. Mereka bisa milih sesuai palet rasa yang mereka suka. Anakku yang perempuan lebih ke manis, sementara anakku yang laki-laki lebih ke asam," ia menerangkan.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Bagaimana Menentukan Porsi?

Spesialis gizi klinik, dr. Diana Felicia Suganda, Sp.GK, mengingatkan bahwa buah berperan seperti pondasi bagi daya tahan tubuh manusia. Pasalnya, buah mengandung banyak sekali mikronutrien yang dibutuhkan sel pertanahanan tubuh, seperti vitamin C, magnesium, dan fosfor. "Tentara tubuh kita dari mana dapat multivitamin? Ya dari buah," ujarnya.

Dengan pola makan gizi seimbang yang dianjurkan pemerintah, setiap individu disarankan untuk mengisi seperenam piringnya dengan buah-buahan. Dalam sehari idealnya diasup 2--5 porsi buah. Tapi menurut Diana, 2--3 porsi sehari juga sudah memadai.

Lalu, bagaimana menentukan porsi? "Jambu, misalnya, satu buah itu satu porsi. Apel, pir, buah yang awal bulan, satu buah satu porsi. Kalau pepaya, melon, semangka cara menentukannya, satu slice seperti yang dipotong tukang rujak, itu yang disebut satu porsi," Diana menerangkan.

Makan buah langsung memiliki kelebihan karena seratnya masih utuh. Serat itu yang diperlukan untuk membantu membuat rasa kenyang lebih lama dan memperlancar pencernaan. Tapi, ia tak anti dengan buah yang dijus atau dijadikan smoothies, sebagai variasi cara untuk menyantap buah.

"Betul (buah) bisa dikombinasikan, bikin smoothies atau sop buah. Semangka diblender hingga cair, lalu ditambah buah-buah lain misalnya," ia menuturkan.

 

 

4 dari 4 halaman

Jadikan Kebiasaan

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menemukan bahwa populasi masyarakat Indonesia yang cukup makan buah dan sayur kurang dari 10 persen. Sementara, survei yang dilakukan IPB di berbagai daerah disimpulkan ada empat hal yang menyebabkan situasi itu. 

Pertama, masyarakat masih menganggap makan itu cukup hanya kenyang, tanpa perhatikan komposisi. Kedua, akses atau daya beli terhadap buah tidak tersedia. Ketiga, proses menyiapkan buah yang tidak gampang karena mayoritas harus dimakan dalam kondisi segar. Terakhi, rasa dan tekstur yang kasar membuat anak-anak enggan memakannya.

Hal itu mendorong Unilever, bekerja sama dengan IPB, mengedukasi para ibu tentang pentingnya rutin makan buah dengan melakukan challenge. Edukasi berlangsung online sehingga bisa diikuti ibu dari mana pun. Total ada 100 ibu di Jabodetabek sebagai peserta awal. Mereka disiapkan modul dengan 10 topik terkait, termasuk mengenali tanda kekurangan buah dan tips agar anak mau mengonsumsi buah.

"Disampaikan dalam 21 hari, jadi penyampaiannya bertahap dengan infografis yang rutin dibagikan via WA Group. Tapi kalau online kan bisa saja enggak diperhatikan. Karena itu kita buat 21 hari challenge. Ibu-ibu diminta mendokumentasikan aktivitasnya, dalam menyiapkan buah misalnya, baik foto maupun video," kata Prof. Dodik Briawan, MCN, Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

"Hasilnya, ada perubahan perilaku yang signifikan setelah 21 hari...Yang lebih surprise, setelah 21 hari, alokasi belanja untuk buah jadi meningkat dari Rp137 ribu menjadi Rp189 ribu," imbuh Dodik.