Liputan6.com, Jakarta - Sudah lama sejak pasar barang bekas bagi pria adalah tentang mengoleksi sneaker yang unik. Minat atas barang tersebut memang masih tetap ada, tapi ternyata pencarian tas pria langka tercatat semakin meningkat.
Ada suatu masa ketika tas tangan dipandang sebagai aksesori khusus wanita. Namun, karena industri mode dan konsumennya mulai menganut pendekatan desain genderless, rok, sepatu hak, dan tas jadi lebih merupakan barang unisex. Di Rebag, situs penjualan kembali tas desainer populer, melansir Vogue, Jumat, 5 Agustus 2022, pria saat ini mencapai sepertiga hingga setengah dari basis pelanggan.
Advertisement
Baca Juga
"Bermacam-macam tas mewah kami yang diperluas dengan label, seperti Christian Dior, Louis Vuitton, Hermes, Prada, dan Chanel, terutama tas selempang, tas kurir, gaya selempang, dan ransel, populer di kalangan konsumen pria," kata Charles Gorra, CEO dan pendiri Rebag.
Di Amerika Serikat, basis pelanggan tas tangan di StockX, pasar barang bekas online lainnya, sekarang juga terbagi rata antara pria dan wanita. Rachel Makar, direktur aksesori StockX, mengatakan meningkatnya minat pada tas bekas tidak berbeda dengan bagaimana pria terobsesi dengan sneaker di masa lalu.
"Banyak faktor yang memengaruhi budaya sneaker dan membuat sneaker edisi terbatas begitu dicari, begitu pula dengan dorongan permintaan tas dan aksesori pria," katanya, menambahkan bahwa penjualan tas eksklusif atau kolaborasi desainer yang unik telah membuat barang tersebut jadi jauh lebih didambakan.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Meningkat
Di StockX, misalnya, tas Louis Vuitton X Supreme terus jadi barang terlaris dan penjualan aksesori merek tersebut secara umum. Permintaannya telah meningkat hampir 90 persen dalam tiga tahun terakhir.
Bukan kebetulan bahwa baik landasan pacu dan karpet merah telah dipenuhi dengan tas pria yang chic akhir-akhir ini. Karena jumlah pilihan tas untuk pria telah berkembang, pasar barang bekas telah meningkat sebagai efek riak, meski tidak berarti pria tidak membeli tas wanita.
Baru musim semi 2022 ini saja, ada banyak tas pria untuk dilihat. Jil Sander merilis tas hobo kulit cokelat besar di runway-nya, sementara Herms menunjukkan tas jinjing Birkin klasiknya dan Dior menawarkan tampilan baru pada tas bahu Saddle khasnya.
Gayanya masih tetap, meski kurang tradisional dibandingkan tas kerja atau ransel. Sementara itu, pada step-and-repeats, selebritas A-list, seperti Jaden Smith, Harry Styles, dan Lil Nas X semuanya telah melangkah keluar dan membuktikan tas sebagai barang universal.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Masih Kuat
Di sisi lain, kegemaran akan sneaker juga masih kuat. Menurut pembeli pakaian pria terkemuka untuk Saks Fifth Avenue dan Bergdorf Goodman, pasar sneaker desainer masih panas dan kuat seperti sebelumnya, salah satunya merujuk pada minat akan sepatu kets Gucci X Adidas.
Minat baru dalam mengumpulkan tas lebih pas disebut dibonceng daripada menyalip sepenuhnya. "Tas bekas pria tidak begitu banyak mengambil alih pasar sepatu kets bekas seperti yang dibangun di atasnya," kata Makar.
Ia menyambung, "Ada pergeseran di antara penggemar sepatu kets pria. Bukannya sepatu kets jadi kategori pembelanjaan yang dominan, aksesori kini bersaing dengan sepatu kets untuk berbagi 'dompet.'"
Dari segi harga, pria menyadari bahwa mengoleksi tas adalah pembelian jangka panjang yang jauh lebih cerdas, kata Gorra. "Tas semakin jadi barang koleksi uniseks karena sering kali tahan resesi, seperti dalam kasus tas Chanel mendapatkan nilai karena kenaikan harga label," katanya.
Fesyen dan Investasi
Di Rebag, mereka telah melihat peningkatan pada pria yang melirik tas Birkin "untuk fesyen dan investasi." Menurut Baghunter, membeli Birkin adalah investasi yang lebih baik daripada emas dan memiliki pengembalian yang lebih tinggi.
Naik daunnya tas desainer di pasar barang bekas disebut-sebut sebagai hasil tren landasan pacu, selebritas yang merangkul mereka, dan pasar yang semakin tanpa gender secara keseluruhan. "Pria menyadari bahwa tas mewah bukan hanya untuk fesyen," kata Gorra. "Mereka juga bisa jadi investasi berharga dari waktu ke waktu."
Tahun lalu, SCMP melaporkan bahwa potensi penjualan sneaker mewah di pasar barang bekas lebih besar dari waktu sebelumnya. Pihaknya saat itu memperkirakan nilainya mencapai 60 juta dolar AS (sekitar Rp859 miliar).
Sneakerheads yang ingin memboyong sepasang sepatu langka dan eksklusif beralih ke platform, seperti StockX yang berfungsi sebagai panduan untuk harga asli, nilai jual kembali, dan volatilitas harga. Itu juga sekaligus perantara penjual dan pelanggan, serta perusahaan mengautentikasi semua sneaker sebelum menjualnya.
Advertisement