Sukses

Mayoritas Hotel di Thailand Kekurangan Pekerja, Gaji yang Ditawarkan Jadi Sandungan

Banyak pencari kerja muda di Thailand melirik bidang administrasi daripada sektor pariwisata, termasuk hotel.

Liputan6.com, Jakarta - Mayoritas hotel di Thailand mengakui bahwa mereka kekurangan pekerja, berdasarkan survei terbaru yang dilakukan Asosiasi Perhotelan Thailand. Sekitar 68 persen dari 118 hotel yang disurvei menyatakan mereka kekurangan pegawai.

Bidang kerja yang dimaksud meliputi pelayan, resepsionis, petugas kebersihan, tukang masak, pelayan restoran, dan teknisi. Survei itu dilakukan pada 17--25 Juli 2022.

Dikutip dari The Thaiger, Senin (8/8/2022), alasan kekurangan pekerja di sektor perhotelan disinyalir akibat gaji yang ditawarkan. Survei itu menemukan hanya 33 persen hotel yang menaikkan tawaran gaji untuk menarik lebih banyak pencari kerja.

Presiden asosiasi, Marisa Nunbhakdi, mengatakan tingkat keterisian hotel saat ini telah pulih sejak aturan Thailand Pass tidak diberlakukan lagi pada 1 Juli 2022. Meski, ia mencatat angkanya masih lebih rendah dibanding sebelum pandemi Covid-19. Hasil survei menunjukkan rata-rata tingkat okupansi hotel pada Juni hanya 38 persen, tapi menaik hingga 45 persen pada Juli 2022.

Marisa menyatakan hotel-hotel membutuhkan pekerja dengan keterampilan layanan dan bahasa asing. "Mayoritas tamu hotel adalah orang Thailand, tapi jumlah tamu asing juga meningkat, kebanyakan dari Asia dan Timur Tengah, disusul Eropa barat," ia menerangkan.

Sektor perhotelan Thailand masih menggantungkan hidup pada kunjungan wisatawan domestik, menurut Pusat Intelijen Ekonomi Bank Komersial Siam. Kabar ini muncul setelah laporan lain menemukan bahwa pencari kerja muda Thailand lebih tertarik bekerja di sektor administrasi dibandingkan bidang pariwisata.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Demografi Pencari Kerja

Dari sekitar 490 ribu hingga 510 ribu pelamar kerja muda di JobThai.com, 29,7 persennya melamar untuk bidang administrasi. Hanya 3,63 persen yang tertarik mengisi posisi di sektor pariwisata. 

Pekerjaan di pabrik menjadi sektor pekerjaan populer kedua dengan jenis pekerjaan yang diminati meliputi akunting, teknisi, logistik, dan engineering. Sekitar 75 persen pencari kerja berusia antara 20--30 tahun yang memiliki gelar minimal sarjana. Tapi, banyak juga pencari kerja yang tak memiliki keterampilan, meski lowongan yang tersedia lebih banyak mencari pekerja terampil.

Situasi mirip juga dialami sektor perhotelan di Spanyol. Pandemi Covid-19 yang menimbulkan disrupsi, membuat banyak hotel kekurangan pegawai. Diperkirakan sektor perhotelan Spanyol kekurangan sekitar 200 ribu pegawai.

Hal itu menyebabkan masalah besar bagi para pelaku usaha yang berjuang menjaga layanan tetap beroperasi di destinasi-destinasi liburan populer di sekitar Spanol. Alhasil, dikutip dari Mirror, banyak tempat mempekerjakan staf tanpa pengalaman, tanpa CV, dan "sangat sedikit pelatihan."

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Penyebab Kekurangan

Ribuan pekerja meninggalkan industri perhotelan di Spanyol ketika perjalanan internasional ditutup selama pandemi COVID-19. Banyak yang belum kembali, sehingga meninggalkan bisnis menghadapi kekurangan tenaga "secara menyedihkan."

Dampak dari kekurangan pegawai tersebut masih dirasakan ketika sejumlah besar pengunjung tiba saat liburan sekolah pada akhir Juli dan Agustus 2022. Calon pegawai hotel yang potensial telah ditawari gaji lebih besar, akomodasi gratis, serta tambahan, seperti bonus tunai dan asuransi kesehatan dalam upaya untuk mengisi kekosongan yang belum terselesaikan.

Gabriel Escarrer, kepala eksekutif jaringan hotel Melia yang berbasis di Majorca, mengatakan, "Banyak karyawan telah memutuskan pindah ke sektor lain, jadi kami memulai industri dari awal dan kami harus berjuang mendapatkan talenta baru." Bisnis baru-baru ini menyediakan akomodasi, terkadang di kamar hotel, karena kurangnya pilihan sewa di dekat resor.

Selain hotel, restoran dan bar juga menghadapi krisis pegawai. Dua sektor tersebut telah meningkatkan upah pekerja hampir 60 persen pada kuartal pertama 2022 dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data resmi.

4 dari 4 halaman

Tawaran Bertato

Atas krisis pegawai yang dialami, Hotel Ruby di Jerman mencoba menarik talenta terbaik dengan tawaran menanggung biaya tato, tindik, sampai potong rambut baru senilai 500 euro atau sekitar Rp7,6 juta. Tawaran itu berlaku untuk pekerja baru yang bisa bertahan minimal enam bulan kerja.

Dikutip dari CNN, kurang dari sebulan sejak skema dimulai pada Juni 2022, lamaran untuk bekerja dengan brand hotel ini telah naik 25 persen. Momen tersebut adalah periode liburan musim panas di Eropa.

"Mengingat kekurangan staf di industri hotel di seluruh Eropa, ini adalah hasil yang sangat memuaskan," demikian jelas Uta Scheurer, wakil presiden sumber daya manusia Ruby.

Scheurer menyampaikan bahwa kampanye tersebut sebagian menarik perhatian. Namun, ada hal yang lebih penting, yakni kampanye ini untuk menarik jenis karyawan yang mereka inginkan di hotel mereka. "Tim yang menghargai karakter, jiwa, dan individualitas," tulis perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.