Liputan6.com, Jakarta - Dukungan terhadap Gerakan Kebaya Goes to UNESCO terus mengalir dari berbagai komunitas. Terbaru adalah rencana gelaran Kebaya Berdansa pada 27 Agustus 2022 yang diinisiasi oleh Forum Bhineka Indonesia (Forbhin) berkolabasi dengan Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) & Asosiasi Komunitas Musisi Indie Kreatif (ASKOMIK), Universal Line Dance (ULD), dan Central Park.
Kebaya Berdansa akan dibagi dalam dua kategori, yakni menari berpasangan (couple dance), dan menari bersama (sosial dance/line dance). Sepanjang kegiatan, peserta diminta untuk berkebaya.
Advertisement
Baca Juga
"Kegiatan Kebaya Berdansa ini kita lakukan sebagai bagian dari kampanye kebaya agar bisa benar-benar terdaftar di UNESCO," kata Ketua Umum Forbhin Karlina Puspa, dalam keterangan tertulis kepada Liputan6.com, Senin (8/8/2022).
Karlina menyebut sekitar 400 orang akan terlibat dalam acara yang digelar di Tribeca Park, Central Park. Kegiatan itu rencananya akan dihadiri oleh sederet tokoh perempuan nasional, seperti Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Mensos Tri Risma Harini, Menteri PPPA I Gusti Ayu Bintang, Ketua DPR Puan Mahari, dan Yenny Wahid.
"Kami mengampanyekan kebaya supaya dunia bisa mengetahui kebaya adalah milik Indonesia dan identitas perempuan Indonesia, bukan milik negara lain," ucap Karlina.
Ketua Pelaksana Acara Kebaya Berdansa, Vicky Hidayat mengatakan bahwa kebaya adalah busana sehari-hari, sehingga penggunaan kebaya untuk kegiatan itu bukanlah hal yang baru dilakukan. "Kita ingin menunjukan kepada semua orang bahwa berdansa dengan memakai Kebaya adalah suatu hal yang bisa dilakukan," ujar Vicky.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
3 Negara
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Perlindungan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Irini Dewi Wanti, mengatakan bahwa pengajuan usulan kebaya sebagai warisan budaya dunia kepada UNESCO tak hanya diajukan Indonesia saja. Saat ini pemerintah Indonesia, melalui Kemendikbud, sudah bertemu secara daring dengan pihak Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam terkait pendaftaran kebaya ke UNESCO.
"Keempat negara ini sepakat mendaftarkan kebaya secara bersama-sama ke dalam daftar ICH UNESCO. Nominasi bersama seperti ini dikenal dengan istilah joint nomination atau multi-national nomination," katanya melalui pesan tertulis kepada Liputan6.com, Jumat, 5 Agustus 2022.
Irini menyambung, pihaknya telah bertemu dengan berbagai komunitas pelestari kebaya untuk menyamakan persepsi mengenai joint nomination tersebut. Ia berkata, "Kami pun meminta masukan dari para perwakilan komunitas mengenai jenis kebaya yang akan diusulkan, wilayah sebaran kebaya, dan daftar komunitas pewaris kebaya."
Itu dibenarkan Rahmi Hidayati, pendiri komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI). "Karena yang mendaftarkan (kebaya ke UNESCO) itu pemerintah, komunitas support dengan kegiatan," ia mengucapkan melalui sambungan telepon, Kamis, 4 Agustus 2022.
"(Bentuk) dukungan kita (yang lain juga) membuktikan pelestarian (kebaya) itu ada," tutur Rahmi. "Karena warisan, yang mana kebaya setidaknya harus diturunkan dari nenek, ke ibu, lalu ke anak, negara harus membuktikan bahwa kebaya sudah ada setidaknya selama 25 tahun, dan secara historis, Indonesia memenuhi kriteria itu."
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Kumpulkan Data
Rahmi menerangkan kini tengah membantu pemerintah mengumpulkan data soal jenis-jenis kebaya dan daerah sebarannya di Indonesia. "Walau banyak jenisnya, kebaya dalam hakikatnya punya bukaan di tengah, sementara kanan-kirinya simetris, membentuk lekuk tubuh, tapi tidak selalu ketat, dan berlengan," ia mengatakan.
Mereka pun menggandeng para akademisi untuk membuat kajian soal kebaya. Rahmi menuturkan, "Karena pendaftaran (kebaya ke UNESCO ditargetkan) bulan Oktober (2022), jadi dokumen (kajian kebaya) sudah harus terkumpul setidaknya pada akhir September."
Secara sistematis, Irini menjelaskan bahwa tahap pendaftaran kebaya sebagai warisan budaya takbenda UNESCO dimulai dengan pembentukan tim teknis penyusun nominasi kebaya. Tim ini akan menjembatani pemerintah Indonesia dan pihak-pihak lain, baik di dalam maupun luar negeri, untuk secara bersama menyusun naskah nominasi.
"Tim ini akan terdiri atas perwakilan pemerintah, komunitas, dan akademisi," tuturnya.
Selanjutnya, rancangan naskah nominasi akan dikonsultasikan dengan komunitas pewaris kebaya melalui diskusi kelompok terpimpin untuk meminta persetujuan atas isi naskah nominasi. Setelah tahapan-tahapan ini selesai, rancangan naskah nominasi akan dikirimkan ke Sekretariat ICH UNESCO di Paris.
Identitas Perempuan Indonesia
Sementara itu, aktris Hannah Al Rashid juga masuk dalam barisan pendukung pelestarian kebaya. Ia menyukai kebaya karena identik dengan perempuan Indonesia walau di tubuhnya juga mengalir darah Inggris.
"Di saat saya pakai kebaya, identitas kultural saya terlihat jelas. Sebagai seorang anak bercampur darah Indonesia, memakai kebaya adalah salah satu cara membanggakan dan melestarikan heritage saya," terang Hannah pada Liputan6.com, Jumat, 5 Agustus 2022.
Ia mengaku punya koleksi kebaya untuk momen yang berbeda. Ada kebaya yang lebih formal untuk acara yang lebih formal seperti kawinan, ada juga kebaya kasual untuk dipakai sehari-hari.
"Saya senang mix and match dengan celana untuk look yang stylish tapi kasual. Pairing kebaya dengan celana jeans justru menjadi outfit favorit," ucap Hannah Al Rashid.
Perempuan kelahiran London, 36 tahun lalu ini paling suka memakai kebaya encim. Alasannya, selain motif dan bordirannya yang lucu dan berwarna, potongannya dianggap cocok untuk dikombinasikan dengan styling yang lebih kasual. Jika tanpa peniti, kebaya encim bisa dipakai sebagai outer yang keren.
Advertisement