Liputan6.com, Jakarta - Ketika pernikahan kembali lagi setelah pandemi COVID-19 bersama tekanan ekonomi, para calon pengantin pun menyesuaikan berbagai aspek. Mereka bahkan tidak segan berkompensasi dalam sesuatu yang semula dianggap penting: cincin pertunangan.
Sebelum pandemi, banyak wanita mengarahkan pandangan mereka pada ide cincin yang sempurna, biasanya berupa batu besar dengan label harga mahal, melansir New York Post, Selasa, 9 Agustus 2022. Namun, ketika pasangan ingin melanggar norma sosial dan mengendalikan pengeluaran, mereka mencari alternatif.
Advertisement
Baca Juga
Tren cincin palsu muncul kembali tidak hanya untuk tujuan fesyen, tapi untuk melambangkan ikatan lebih serius. Perusahaan perhiasan Sterling Forever mengunggah reel di Instagram, menjelaskan mengapa lebih banyak pria dan wanita sekarang melamar dengan cincin palsu.
Video tersebut menguraikan bagaimana lebih banyak pasangan yang mengikuti tren untuk menghindari kesalahan seperti masalah ukuran dan penerima tidak menyukai cincin. Pasalnya, mengembalikan atau menukar cincin bisa mahal dan sulit.
Reel itu diakhiri dengan gagasan bahwa setelah bertunangan, pasangan dapat pergi bersama membeli cincin yang sempurna. Meski mungkin tampak kontroversial, terutama untuk beberapa penerima yang tidak puas dilamar dengan cincin tunangan palsu, ada banyak dukungan untuk praktik tersebut.
"Saya pikir (ide) ini jauh lebih baik, tapi sejujurnya cincin palsu itu bisa seperti cincin pop, bahkan cincin kertas dengan catatan cinta yang tersembunyi di dalamnya, jauh lebih murah dan sangat imut," kata seorang warganet, sementara yang lain menulis, "Saya lebih suka memiliki (cincin) 'palsu' dan kemudian kita dapat menyimpan uang untuk sesuatu yang lebih penting."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mengapa Lebih Memilih Cincin Palsu?
Yang lain datang dengan saran pribadi tentang mengapa wanita mungkin lebih memilih cincin palsu daripada yang asli. Ini termasuk untuk kepraktisan, tidak kehilangan cincin mahal, dan menghindari perasaan bersalah setelah "kecelakaan" lamaran.
"Saya merasa orang-orang juga melakukannya jika mereka menghilangkannya di tempat lamaran. Banyak (lamaran berlokasi) di pantai atau tempat hiking," tulis salah satu warganet.
Beberapa komentator juga mengatakan bahwa orangtua mereka menggunakan pendekatan serupa di masa lalu untuk alasan pribadi. "Ayah saya memberikan cincin garnet pada ibu saya. Itu favoritnya dan batu kelahirannya, dengan 'maukah kamu menikah denganku' dan tanggalnya terukir. Mereka pergi berbelanja cincin bersama dan menurut saya itu indah. Saya selalu ingin mewarisinya,” komentar seorang pengguna.
Sementara yang lain menimpali, "Ayah saya melamar ibu saya dengan cincin minnie mouse agar tidak merasa tertekan dan menurut saya itu hal yang paling lucu."
Tidak semua orang melihat cincin palsu sebagai tren yang positif, dengan beberapa mengatakan itu bertentangan dengan tujuan cincin pertunangan sebagai simbol komitmen abadi.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Bisa Buatan Sendiri
"Jika ia tidak menyukai cincin itu, ia bukan orangnya," kata seorang komentator, sementara yang lain menulis, "Bodoh sekali, pria sejati harus tahu apa yang disukai istrinya dan perhiasan seperti apa yang dikenakannya."
"Tidak ada yang namanya cincin pertunangan palsu, yang ada hanya batu palsu," kata yang lain. Tapi, cincin pertunangan palsu tidak selalu merupakan tanda komitmen yang lebih rendah.
Beberapa pengusul membeli cincin atau alternatif lebih murah, dengan tujuan membeli lebih baik yang memenuhi keinginan pasangan mereka di kemudian hari. Cincin palsu lainnya adalah buatan sendiri.
Apa pun pilihan cincinnya, pasangan yang telah terjun dalam tren membeli cincin bersama mengatakan bahwa pengalaman tersebut adalah salah satu yang sangat mereka rekomendasikan. "Memilih cincin pertunangan bersama adalah pengalaman yang luar biasa dan menunjukkan tingkat kompromi yang sangat tinggi, itulah yang saya dan tunangan saya lakukan," kata seorang pengguna.
Yang lain berkata, "Tunangan saya dan saya berbelanja cincin kami bersama dan itu adalah hal terbaik yang pernah ada. Kami jatuh cinta dengan cincin itu bersama-sama.”
Desain Cincin Kawin
Di sisi lain, cincin kawin umumnya berbentuk sederhana. Menurut COO PT Central Mega Kencana, Petronella Soan, desain cincin kawin sengaja dibuat sederhana karena akan dipakai jangka panjang. Desain sederhana membuatnya lebih abadi, walau masih dimungkinkan sedikit modifikasi.
"Karena dipakai selamanya, (desainnya) enggak bisa neko-neko," kata Nella dalam jumpa pers peluncuran virtual, 9 Oktober 2020.
Ia juga menyarankan agar cincin kawin dipersiapkan sejak awal bersama persiapan gedung dan dekorasi. "Setelah pesta, salaman, besok pagi sudah punya suami di sebelah, istri di sebelah, yang tersisa kan melingkar cincin kawin di jari manis," katanya.
Nella menyambung, "Di sebelah kanan untuk orang Asia, dan sebelah kiri kalau western. Harusnya jadi prioritas dalam pernikahan. Itu menemani selama up and down pernikahan."
Tiga desain cincin kawin yang paling populer, yakni pertama, cincin soliter dengan single stone. Berlian masih jadi mata cincin kawin yang difavoritkan karena sering dilambangkan abadi. Kedua, cincin berdesain trilogi yang melambangkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Terakhir, cincin dengan mata yang bisa bertumpuk.
"Jadi, pilih yang disukai ya karena kan dipakai selamanya," sahutnya lagi.
Advertisement