Liputan6.com, Jakarta - Indonesia kaya akan keragaman fauna, termasuk lusinan spesies burung yang di antaranya tergolong hewan endemik. Istilah endemik, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merujuk pada spesies organisme yang terbatas pada wilayah geografis tertentu.
Karena itu, burung-burung endemik ini hanya bisa ditemui di beberapa bahkan satu wilayah di Indonesia. Berikut beberapa di antaranya, yang salah satunya dinamai Iriana Jokowi, seperti dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (10/8/2022).
Advertisement
Baca Juga
Burung Pelanduk Kalimantan
Burung bernama latin Malacocincla perspicillata yang diduga mengalami kepunahan pada 1848 atau 172 tahun lalu ini kembali ditemukan. Burung ini tercatat dijumpai tahun lalu di Provinsi Kalimantan Selatan, melansir situs web Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Burung pelanduk kalimantan tersebar di daerah hutan tropis dataran rendah di wilayah Kalimantan. Burung penyanyi yang tergolong dalam keluarga Pellorneidae ini sebelumnya diklasifikasikan "rentan" oleh Uni Internasional untuk Pelestarian Alam (IUCN). Pada 2008, status burung ini berubah jadi "kurang data" berdasarkan penelitian yang menunjukkan kurangnya informasi kredibel tentang hewan tersebut.
Awal mula burung ini ditemukan kembali merupakan buah ketidaksengajaan dua orang penduduk lokal di salah satu wilayah di Kalimantan Selatan. Salah satu dari mereka merupakan anggota dari sebuah grup media sosial bernama Galeatus, komunitas pecinta burung.
Setelah berdiskusi dan ditelaah tim admin grup, mereka kemudian menghubungi ahli burung dari Birdpacker untuk mencari informasi lebih lanjut terkait temuan tersebut. Akhirnya, burung endemik itu berhasil diidentifikasi.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Burung Kacamata Makassar
Burung Kacamata Makassar adalah salah satu burung endemik yang hanya bisa dijumpai di Sulawesi Selatan. Mengutip situs web Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, Sulawesi secara keseluruhan diyakini memiliki setidaknya 9–-10 jenis burung kacamata atau Zosterops spp.
Burung kacamata makassar ditemukan hidup berkelompok di semak-semak daerah perbukitan, hutan sekunder, dan tepi hutan sampai ketinggian 1.370 meter di atas permukaan laut, seperti di Taman Nasional (TN) Bantimrung Bulusaraung. "Burung kacamata makassar ini sering saya jumpai di Hutan Karaenta," tutur Hendra, pemandu lokal yang sering mendampingi tamu birder dari agen perjalanan.
Ia menyambung, "Biasanya pagi-pagi burung cui-cui (sebutan lain burung kacamata makassar) ini keluar dari sarangnya untuk mencari makan." Waktu terbaik untuk mengamati burung secara umum antara pukul 06.00 sampai 10.00 Wita.
3. Myzomela Irianawidodoae
Pada 2018, KLHK mencatat spesies burung endemik baru di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Jenis baru yang ditemukan Pusat Penelitian Biologi LIPI ini diberi nama Myzomela irianawidodoae, di ambil dari nama Ibu Negara, Iriana Widodo. Burung Myzomela irianawidodoae adalah satwa endemik Pulau Rote dalam famili Meliphagidae dengan status dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya.
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
4. Merbah Cerukcuk
Merbah cerukcuk merupakan burung endemik Indonesia yang bisa di temukan di sejumlah wilayah di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Ciri fisik burung ini, melansir situs web Kehati Pemprov Yogyakarta, yakni berwarna coklat dan putih, mahkota berwarna cokat gelap, dan alis putih.
Tubuh bagian atasnya berwarna cokelat. Sementara tenggorokan, dada, dan perutnya berwarna putih dengan coretan cokelat pucat pada sisi lambung. Iris coklat, paruh hitam, dan kaki abu-abu merah jambu juga jadi ciri fisik lainnya.
5. Julang Sumba
Ini merupakan salah satu jenis burung endemik yang hidup di Pulau Sumba, NTT. Di kawasan Taman Nasional Matalawa, jumlahnya tercatat kurang lebih sebanyak 103 ekor, berdasarkan data monitoring populasi yang dilakukan pada 2020, melansir laman KLHK.
Mei tahun lalu dilaporkan bahwa seekor burung bernama latin Rhyticeros everitti ini diserahkan ke Kantor Balai Taman Nasional Matalawa oleh Kepala Resort Wudipandak dan tim Burung itu sebelumnya diserahkan warga Desa Watubokul atas nama Agus Katauhi Melip ke kantor Resort Wudipandak.
Berdasarkan pengakuan penemunya, burung ini didapati dalam kondisi terjatuh di tanah dan tidak mampu terbang. Karena itu, balai Taman Nasional Matalawa yang dibantu tim berupaya memulihkan kondisi kesehatan burung tersebut, sehingga dapat dilepasliarkan kembali.
6. Celepuk Rinjani
Burung endemik selanjutnya datang dari Lombok, NTB. Ia adalah burung hantu Celepuk Rinjani alias Otus jolandae. Saat ini, mengutip laman Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, burung hantu dari genus Otus mewakili 51 spesies yang diakui.
Celepuk Rinjani ditemukan George Sangster. Ia melakukan analisa komparasi morfologi burung hantu dengan spesimen di Indonesia yang sudah teridentifikasi. Celepuk Rinjani mendiami habitat hutan di sekitar kaki Gunung Rinjani, tepatnya pada ketinggian sekitar 25 hingga 1.350 meter di atas permukaan laut di area seluas 413 kilometer persegi.
Selain, burung ini juga terlihat di wilayah hutan-hutan sekunder yang mengalami degradasi di sekitar wilayah Senggigi, Sapit, dan Sesaot. Menurut IUCN 2016, Celepuk Rinjani termasuk dalam kategori "hampir terancam."
Salah satu faktor ancaman utama berasal dari degradasi hutan yang berimbas ke populasinya. Celepuk Rinjani yang ditemukan di Taman Wisata Alam Kerandangan, Desa Senggigi, Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat berada di hutan primer dan sekunder yang berbatasan dengan daerah terbuka seperti, kebun kelapa, padang rumput, dan pepohonan.
Advertisement