Liputan6.com, Jakarta - Rambut beruban terjadi karena folikel yang gagal memproduksi melanin alias zat warna. Selain bagian proses penuaan alami, tumbuhnya uban juga bisa disebabkan oleh stres.
Tidak semua orang menerima dirinya beruban. Beberapa mencoba mengatasinya dengan mencabutnya. Tapi, kebiasaan itu nyatanya berbahaya.Â
"Mencabutnya bisa membuat folikel rambut trauma dan Anda bisa merusaknya sampai tidak ada lagi rambut yang tumbuh," ujar Trey Gillen, penata rambut dan direktur kreatif pendidikan di Sachajuan, dikutip dari Daily Mail, Kamis, 11 Agustus 2022. Selain itu, dia mengatakan bahwa kebiasaan mencabut uban dapat menyebabkan infeksi, pembentukan bekas luka, dan bercak botak.
Advertisement
Baca Juga
Penelitian pada 2020 membuktikan pepatah bijak soal rambut yang bertahan selama beberapa dekade. Sejumlah ilmuwan menyatakan stres bisa menyebabkan rambut beruban. Sebaliknya, para peneliti dari Universitas Columbia juga menemukan bahwa perubahan warna pada rambut itu bisa dibalikkan. Caranya dengan mengurangi stres.
Para peneliti juga menemukan bahwa seluruh rambut di tubuh manusia yang berubah juga bisa dibalikkan ke kondisi semula. Fakta itu berlaku juga pada janggut dan rambut kemaluan yang mendapatkan kembali warna semula setelah mulai beruban. Berdasarkan temuan itu, para peneliti meyakini bahwa akar masalah tersebut berasal dari perubahan jalur metabolisme yang membentuk protein tubuh.
Jalur metabolisme itu sangat dipengaruhi oleh hormon yang diproduksi saat seseorang tertekan. Karena itu, menghilangkan stres bisa membatalkan proses yang terjadi.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Proses Terjadinya Uban
Â
Sejumlah riset yang dipublikasikan dalam sebuah jurnal mengungkapkan bagaima rambut berubah jadi putih atau keperakan. Para peneliti menganalisisnya lewat rambut dari para sukarelawan.
Mereka lalu membuat teknik pemetaan baru yang bisa mendeteksi pigmen sepanjang rambut, dari akar hingga ke ujung. Metode analisis ini serupa dengan studi cincin pohon, yang berarti setiap bagian terkait pada periode waktu tertentu, jelas peneliti.
Pada pohon, setiap satu cincin pertumbuhan berkorelasi dengan umur pohon setahun. Sementara pada rambut, tiap sentimeter tumbuh setiap bulan.Â
Dengan menggunakan metodologi itu, panjang rambut berarti merefleksikan waktu dan batang rambut dipandang sebagai skala waktu fisik. Para peneliti kemudian menilai kandungan melanin dan protein yang ada di berbagai bagian rambut. Mereka berasumsi bahwa rambut beruban berasal di pangkal karena rambut tumbuh dari kulit kepala, bukan dari ujung.
Namun ketika mereka meneliti hampir 400 helai rambut dari 14 orang, mereka menemukan fakta sebaliknya. Ada tiga jenis rambut yang ditemukan, yakni rambut yang kepadatan melanin konsisten dan 'gelap', memiliki kekurangan melanin dan 'putih, atau awal rambut gelap dan kemudian beruban selama siklus pertumbuhan folikel rambut yang disebut sebagai rambut 'transisi'.
Â
Â
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Pengaruh Stres
Beberapa rambut berwarna abu-abu di ujungnya, tetapi tetap berwarna di pangkalnya. Temuan ini, kata para peneliti, menandakan rambut yang telah berubah kemudian berhenti beruban dan kembali ke warna normal. Penelitian pun dilanjutkan untuk menentukan penyebabnya.
Dengan menggunakan tingkat pertumbuhan rambut yang diketahui, para peneliti dapat secara khusus melacak periode seseorang mulai beruban. Mereka menemukan periode abu-abu cocok dengan peningkatan tingkat stres dan transisi dari abu-abu ke berwarna terjadi ketika tingkat stres berkurang. Misalnya, satu peserta dalam penelitian ini pergi berlibur dan ini berkorelasi dengan peralihan dari rambut putih kembali ke rambut berwarna.
Studi itu tidak dapat membuktikan bahwa menghilangkan stres bisa membalikkan keadaan. Meski begitu, para ilmuwan meyakini itu sebagai penjelasan yang paling masuk akal.
Dalam publikasi studi mereka tertulis, "Data kami sangat mendukung gagasan bahwa penuaan manusia bukanlah proses biologis linier dan tidak dapat diubah, mungkin, setidaknya sebagian, dihentikan atau bahkan dibalikkan."
Â
Jeda Singkat
Mereka juga menuliskan bahwa protein yang ditemukan di rambut secara langsung berimplikasi pada jalur metabolisme. Mereka mengatakan jalur itu 'bersifat reversibel dan sensitif terhadap faktor neuroendokrin yang terkait dengan stres'.
"Hasil ini memberikan dasar biologis yang masuk akal untuk reversibilitas uban dan hubungannya dengan faktor psikologis, dan juga mendukung kemungkinan bahwa proses ini dapat ditargetkan secara farmakologis," mereka menambahkan.
Meski begitu, para peneliti menerangkan kemungkinan besar proses beruban bisa dibalik untuk rambut yang baru saja beruban, paling lama tiga hari. Itu pun dengan catatan proses pemutihan bisa dibalikkan bila berhubungan dengan stres. Tetapi, bila uban disebabkan masalah genetika atau kebiasaan merokok, hal itu tidak akan berlaku.
Uban bisa muncul bahkan pada usia 20 tahunan. Hal tersebut pun dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah gen.Â
"Rambut bisa berubah warna menjadi abu-abu ketika sel penghasil warna berhenti memproduksi pigmen," ujar dokter kulit di Kaiser Permanente San Diego, Jeffrey Benabio dilansir WebMD, dikutip dari kanal Health Liputan6.com.
Â
Advertisement