Sukses

Efek Netflix Dorong Wanita Eropa dan Amerika Mencari Cinta di Korea Selatan

Para wanita dari Eropa dan Amerika berharap menemukan cinta dan bertemu pria seperti di drama-drama Korea.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, K-drama atau drama Korea (drakor) telah menjadi sorotan di industri hiburan. Saat ini, platform streaming seperti Netflix dan Disney+ tidak hanya menawarkan sekumpulan drakor untuk pelanggan mereka, mereka juga memproduksi K-drama sendiri, seperti "Squid Game" dan "The King's Affection".

Popularitas drakor di seluruh dunia terjadi bersamaan dengan popularitas produk budaya Korea Selatan lainnya, termasuk K-pop, kosmetik, dan makanan. Fenomena ini dikenal sebagai "Hallyu," atau "Korean Wave".

Demam Korea bukan hanya melanda Asia saja, tapi belakangan sudah merambah ke negara-negara di Eropa dan Amerika. Bahkan terjadi fenomena para wanita dari negara-negara barat (Eropa dan Amerika) banyak yang bepergian ke Korea Selatan dengan satu tujuan tertentu, yaitu berharap menemukan cinta yang sesuai dengan apa yang mereka lihat di film atau televisi.

Hal itu menarik perhatian Min Joo Lee, seorang peneliti masalah ras dan gender dari Korea yang sedang mengambil gelar doktor di Indiana University Bloomington, Indiana, AS. Dia kembali ke negaranya untuk meneliti dampak popularitas budaya Korea yang sudah dikenal secara internasional terhadap bidang pariwisata.

Setelah mengunjungi delapan hostel dan mewawancarai 123 wanita yang sebagian besar dari Eropa dan Amerika Utara, Lee berkesimpulan bahwa banyak wanita datang ke negaranya karena dampak yang disebutnya sebagai 'the Netflix effect' (efek Netflix). Drama hits seperti "Crash Landing on You" dan "Goblin," tak hanya sukses mendapatkan rating tinggu dan membuat para aktornya seperti Hyun Bin dan Gong Yoo jadi idola baru.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Karakter Pria Korea

Para wanita barat tersebut seperti menemukan sisi lain dari karakter pria Korea yaitu romantis dan penyabar. Karakter itu dianggap berseberangan dengan karakter umum pria di negara mereka yang berkencan dengan wanita hanya agar bisa berhubungan intim.

Para wanita yang diwawancara Lee mengaku sangat terkesan dengan karakter pria Korea yang digambarkan di berbagai drakor yang dinilai bisa menyentuh hati dan menghargai sisi feminin mereka. Mereka menilai pria Korea sangat romantis dan berbudaya, berbeda jauh dengan kebanyakan pria di negara mereka yang kurang peduli dengan penampilan mereka dan berpikiran sempit.

Salah satu yang ditemui Lee adalah Grace Thorton, wanita berusia 25 tahun asal Inggris yang merupakan seorang tukang kebun. Ia memutuskan pergi ke Korea pada tahun lalu usai menyaksikan drama "Crash Landing on You" di Netflix.

Grace mengaku sangat terkesan dengan sikap pria Korea yang tidak meneriaki atau bahkan melecehkan wanita di jalanan, seperti yang sering terjadi di negaranya. Menurut Grace, pria Korea itu sopan, berkarisma, romantis, sopan dan menghormati wanita.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Kunjungan Wisman Meningkat

Ia menambahkan, kebanyakan pria Korea berpakaian rapi dan terkesan bisa merawat penampilannya dengan baik. "Pria Inggris umumnya sering dalam keadaan setengah mabuk sambil memegang gelas bir," terang Grace yang mengacu pada foto profil para pria Inggris di aplikasi mencari kencan.

Meski begitu, ketertarikan para Korea bukan hanya soal pria. "Di Inggris semua terlihat dan terdengar sama. Di Korea, saya merasa berbeda dan banyak menemui hal menarik. Orang-orang memerhatikan diriku, aku merasa spesial," kata Grace. Popularitas drama dan program televisi Korea yang makin mendunia membuat turis asing wanita yang berkunjung ke Korea Selatan semakin meningkat

Pada 2015, 2,3 juta wisman (wisatawan mancanegara) mengunjungi Korea, sedangkan wisman pria mencapai 2,9 juta orang. Empat tahun kemudian, sebelum pandemi melanda, jumlah wisman wanita mencapai hampir 10 juta (empat kali lebih banyak dibandingkan pada 2004). Sedangkan wisman pria hanya sekitar 6,7 juta orang. 

Di waktu yang sama, lonjakan juga terjadi di media sosial yang belakangan banyak menampilkan video pasangan pria Korea dengan wanita dari Eropa atau Amerika. Di YouTube, tagar Gukjecouple (pasangan internasional) jadi yang terpopuler dengan meliputi 2.500 kanal dan 34.000 video. Video-video tersebut umumnya menampilkan kehidupan sehari-hari para pasangan tersebut terutama tentang perbedaan budaya mereka.

4 dari 4 halaman

Konten Kreator

Salah seorang konten kreator yang dikenal luas adalah Heo Jin Woo. Pria asal Seoul ini awalnya memiliki kanal yang menampilkan dirinya seolah-olah sebagai pacar para penonton wanita. Dalam tiap unggahannya, Heo Jin Woo biasanya berakting menelepon kekasihnya, mengajaknya berbincang dan pergi ke restoran untuk makan malam.

Ia berbicara dengan nada pelan dan lembut dengan aksen Korea yang khas. Menurut Heo, kanal tersebut mampu menarik lebih dari 14 ribu pengikut yang sebagian besar berasal dari Eropa dan Amerika, berusia 20an dan tertarik dengan budaya Korea. Namun Heo menutup kanal tersebut di 2020 lalu setelah bertemu dengan Harriet, wanita asal Inggris yang kemudian menjadi kekasihnya.

Mereka kemudian membuat kanal sendiri yaitu 'Jin and Hattie' yang juga menjadi hits. Sebagian besar video mereka memperlihatkan keduanya saling membuat prank yang berlatar perbedaan budaya di antara mereka.

Sejak diluncurkan pada Februari 2020, kanal tersebut sudah meraih 70 ribu pelanggan tiap bulannya, dan sekarang sudah mempunyai lebih dari 1,7 juta pelanggan. Seiring dengan kesuksesan dan popularitas mereka, hubungan pasangan ini semakin dekat dan bahkan sudah bertunangan.

Meski pasangan beda benua ini mengaku tidak pernah berharap kanal mereka bisa sukses, kanal keduanya di media sosial lainnya jika digabung sudah punya lebih dari 3,5 juta pelanggan. Salah seorang kreator dari konten para pasangan internasional tersebut adalah Hugh Gown, seorang konsultan khusus manajemen kanal YouTube. 

Menurut Gown, para kreator kanal pasangan internasional bisa mendapatkan penghasilan antara 30--50 juta won (sekitar Rp333 juta sampai Rp551 juta ) untuk tiap iklan di video yang mereka buat.  Selain mendapatkan penghasilan yang sangat besar, mereka juga bisa menjembatani perbedaan budaya dari para pasangan berbeda negara ini.