Sukses

Hanae Mori, Desainer Perancang Busana Permaisuri Jepang Meninggal di Usia 96 Tahun

Hanae Mori disebut sebagai desainer Asia pertama yang mendobrak dunia rancangan adibusana yang eksklusif.

Liputan6.com, Jakarta- Kabar duka kembali datang dari dunia fesyen Jepang. Hanae Mori, desainer Asia pertama yang mendobrak dunia adibusana (haute couture) yang eksklusif, meninggal dunia di usia 96 tahun.

Desainer Jepang yang terkenal dengan kreasinya yang elegan itu meninggal pada Kamis, 18 Agustus 2022. Mengutip CNN, Jumat (19/8/2022), tidak dijelaskan penyebab kematian desainer yang mendandani banyak sosok penting dunia, mulai dari mantan ibu negara AS Hillary Clinton hingga Permaisuri Masako itu.

Pihak perusahaan menyebut bahwa upacara pemakaman Hanae Mori telah dilaksanakan dan dihadiri oleh kerabat dekat. Ia lahir di Prefektur Shimane, Jepang, pada 1926.

Mori membuka studio pertamanya, Hiyoshiya, di Tokyo, pada 1951, dan studi keduanya tiga tahun setelahnya. Awal kariernya lebih banyak didedikasikan untuk membuat kostum untuk industri film selama periode yang disebut sebagai era keemasan sinema Jepang.

Akan tetapi, ambisi Mori adalah menembus level global, walau saat itu nama-nama desainer Asia sangat jarang yang tercatat di kota mode Barat. Kunjungannya ke New York dan Paris pada 1960-an terbukti konstruktif, seperti saat menemui Coco Chanel yang memberinya saran untuk mencoba setelan oranye terang.

"Itu membuatku tersadar," kata Mori mengenang masa lalu, menurut laporan profil yang dimuat di Washington Post pada 1990. 

"Konsep keindahan Jepang secara keseluruhan didasarkan pada penyembunyian ... Saya tiba-tiba menyadari bahwa saya harus mengubah pendekatan saya dan membuat gaun saya membantu seorang wanita menonjol," ia melanjutkan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Madame Butterfly

Pengalaman yang membekas itu mengubahnya. Ia sering mencampurkan siluet Barat dengan motif bergaya Asia, seperti kupu-kupu. Motif itu yang membuatnya dipanggil Madame Butterfly.

Mori berhasil membuat pertunjukan di luar negeri pertamanya pada 1965. Show-nya yang bertema East Meets West itu digelar di New York. Langkahnya mampu membukakan jalan bagi sejumlah desainer Jepang ternama lainnya, seperti Rei Kawakubo, yang mengikutinya beberapa dekade kemudian.

Bersama sang suami sekaligus partner bisnisnya, Ken, Mori membuat label sendiri di masa berkembangnya ekonomi Jepang. Ia membuka showroom di Seventh Avenue New York pada 1973, dan empat tahun kemudian, ia membuka sebuah rumah mode di kawasan bergengsi di Paris, Avenue Montaigne, bertetangga dengan banyak raksasa fesyen Eropa.

Ia menjadi desainer Asia pertama yang diterima sebagai anggota Chambre Syndicale de la Couture Parisienne. Kesempatan itu menjadikannya salah satu dari kelompok terpilih yang diizinkan menggunakan istilah haute couture untuk mendeskripsikan pakaian hasil kerajinan tangannya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Deretan Karya

Beberapa tahun kemudian, rancangan Mori bisa dilihat di berbagai panggung fesyen besar dan dipakai sejumlah bintang, termasuk Grace Kelly dari Monako. Ia juga membuat kostum untuk produksi teater besar, termasuk Cinderella di Paris Opera House, dan Madame Butterfly di La Scala Milan.

Meski disibukkan dengan beragam pekerjaan internasional, Mori tidak melupakan tanah kelahirannya. Ia bertanggung jawab mendesain seragam awak kabin Japan Airlines yang paling menonjol, yakni gaun rajut poliester dengan rok pendek yang dikenakan sekitar era 1970-an.

Mori juga mendandani para atlet peserta Olimpiade Barcelona pada 1992. Pada tahun berikutnya, Permaisuri Jepang yang saat itu masih bergelar putri mahkota, Masako, juga mengenakan gaun putih rancangan Mori untuk hari pernikahannya.

Namun, kesuksesan usaha Mori berbalik arah. Perusahaannya menghadapi kesulitan keuangan yang besar pada 1990 walau sukses merilis perusahaan parfum.

Pada 2002, di tahun namanya diangkat sebagai anggota Legiun Kehormatan Prancis, dia harus menjual sebagian bisnisnya dan mengajukan perlindungan kebangkrutan, menurut New York Times. Dia lalu menutup maison Paris-nya dua tahun kemudian, menandai masa pensiunnya. Namun, dia tetap aktif beberapa tahun terakhirnya dengan merancang kostum untuk opera dan berkolaborasi di berbagai pameran untuk menghormati kariernya selama beberapa dekade.

4 dari 4 halaman

Issey Miyake

Berita kematian Hanae Mori hanya berselang beberapa hari dari waktu desainer Jepang Issey Miyake meninggal dunia di usia 84 tahun. Miyake dikenal sebagai salah seorang perancang yang membangun salah satu merek fesyen terbesar di Negeri Sakura.

Dikutip dari AP, Selasa, 9 Agustus 2022, Issey Miyake mengembuskan napas terakhir pada Jumat, 5 Agustus 2022, setelah berjuang melawan kanker hati, demikian pernyataan Kantor Desain Miyake pada hari ini, Selasa (9/8/2022). Miyake menerjemahkan era dalam sejarah modern Jepang.

Ia mencapai ketenaran pada 1970-an di antara generasi desainer dan seniman yang mencapai popularitas global dengan mendefinisikan visi Jepang yang unik dari Barat. Aksen lipatan seperti origami Miyake mengubah poliester yang biasanya kasar menjadi chic.

Miyake juga menggunakan teknologi komputer dalam menenun untuk membuat pakaian jadi. Busana karyanya yang sederhana dimaksudkan untuk merayakan tubuh manusia tanpa memandang ras, bentuk tubuh, ukuran atau usia.

Miyake bahkan benci disebut perancang busana, memilih untuk tidak mengidentifikasi diri dengan apa yang dilihatnya sebagai konsumsi yang sembrono, menonton tren, dan mencolok. Ia kembali ke konsep dasarnya yang dimulai dengan selembar kain, baik itu disampirkan, dilipat, dipotong atau dibungkus.