Sukses

Pupuk Organik Cair SMPN dari Limbah Jamu Bisa Naikkan Hasil Panen Padi

Pupuk organik cair milik Sido Muncul Pupuk Nusantara mampu menaikkan hasil panen padi di Sukoharjo.

Liputan6.com, Jakarta - Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian (Irjen Kementan), Jan Samuel Maringka mengapresiasi hasil nyata pupuk organik cair milik Sido Muncul Pupuk Nusantara (SMPN) yang terbukti mampu menaikkan hasil panen padi dari lahan pertanian di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Menurut Irjen Jan Samuel, dia telah membuktikan hal itu saat melakukan pengawasan on the spot hasil panen padi kabupaten di wilayah Solo Raya ini.  Pengecekan itu, kata Jan, bertujuan memastikan kebenaran hasil ubinan yang berada di atas rata-rata. Pengecekan dilakukan di RT 003/RW 002, Dukuh Bangun Asri Desa Kateguhan, Tawangsari, Sukoharjo pada Senin (12/9/2022).

Hasil ubinan menunjukkan adanya selisih kenaikan 26% untuk tanaman yang menggunakan pupuk organik cair milik SidoMuncul ini. “Kami melihat ada keberhasilan di sini. Kami juga membawa kementerian untuk menguji bahwa ini adalah laporan sebenarnya. Kemudian nanti akan kami kembangkan, kami sampaikan kepada pimpinan,” terang rjen Kementan di lokasi kegiatan.

Ia memastikan ubinan padi yang dilakukan secara bersama atas kolaborasi dari Pemda Sukoharjo, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan Sido Muncul Pupuk Nusantara sesuai dengan yang dilaporkan oleh tim pihak-pihak tersebut.  Dia menjelaskan ubinan adalah salah satu cara memprediksi jumlah produksi padi yang masih ada di lahan melalui penentuan sampel, pengukuran, dan penimbangan.

"Hasil laporan yang saya terima dan saya juga cek ke lapangan menunjukkan hasil panen mampu mencapai 9,5 ton/hektare, 10 ton/hektare hingga 11 ton/hektare. Ini menunjukkan angka di atas rata-rata setelah penggunaan pupuk organik tersebut," bebernya.

“Ternyata hasil diskusi dari petani dan SMPN, pupuk yang diolah ini berasal dari limbah jamu. Kalau untuk manusia daya tahan cukup. Ini karena berasal dari jamu yang tidak menutup kemungkinan limbah itu juga menyehatkan pertanian kita. Kalau memang berhasil di wilayah Sukoharjo, bukan tidak mungkin akan kami kembangkan di berbagai wilayah lain. Kehadiran kami sebatas pengawasan on the spot,” tambah Jan.

Pejabat eselon 1 di Kementan ini berharap kolaborasi itu dapat menghindari krisis pangan ke depan. "Mengingat apa yang dilakukan kita ini adalah upaya menghadapi krisis pangan dunia melalui pengadaan teknologi pertanian.

Kami lihat di Indonesia penghasil beras terbesar di Jawa Tengah dan tingkat efisiensi memang di Sukoharjo adalah nomor satu sebagai penghasil beras di Jawa Tengah. Kami base on practice saja mana yang terbaik itu yang akan kami ikuti. Mudah-mudahan di pertanian lain tidak perlu melakukan penelitian. Apa yang sudah berhasil di sini, bisa kita dukung untuk akselerasi pertanian di tempat lainnnya,” terangnya.

2 dari 3 halaman

Harapan Petani

Sementara itu salah satu petani di Kabupaten Sukoharjo, Sukirno berharap pendampingan dari SMPN tidak berhenti di sini saja. Kirno, panggilan pria paruh baya ini juga berharap aspirasi dan kesulitan petani terkait pengadaan pupuk bisa direspon dan direkomendasikan oleh Irjen Kementan melalui optimalisasi lahan atau program lain.

“Kami selaku petani memang berusaha bagaimana kemandirian petani bisa terwujud agar tidak selalu bergantung pada pupuk-pupuk kimia, termasuk pupuk subsidi. Tentu kami dari kaum petani ke depan bisa mandiri, misalnya dari hasil pertanian yang kita garap per hektare kurang lebih bisa dapat 9 ton,” ungkapnya.

Dengan produk pupuk SMPN berupa pupuk cair organik, kata Kirno, nantinya dapat mengurangi tingkat kerusakan tanaman maupun hama. Selain itu, tanaman juga lebih sehat dengan pupuk organik itu. “Semoga ikhtiar ini bisa dikerjasamakan dengan pihak-pihak yang memberikan satu dukungan kepada para petani seperti kita ini untuk bisa menjaga ketahanan pangan bangsa,” pungkas Kirno.

Sedangkan, Management Representative Sido Muncul Pupuk Nusantara, Rafael Armen, menyebut kenaikan selisih panen berkisar 1,71 ton per hektare usai penggunaan pupuk organik cair.

“Kami laporkan hasil ubinan yang sudah dilakukan oleh rekan-rekan dari Balai Pelatihan Pertanian (BPP), Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan petani, hasil sebesar 8,2 ton per hektare untuk demplot yang menggunakan pupuk organik cair. Sedangkan yang tidak memakai pupuk organik cair bobot ubinnya 6,49 ton/hektare,” terangnya. "Sehingga selisihnya 1,71 ton/hektare. Pencapaian hasil di atas hasil rata-rata pupuk konvensional ini kami dapatkan di setiap musim panen,” ucapnya.

3 dari 3 halaman

Ketahanan Pangan

Dari Singapura, Dirut PT Sido Muncul Pupuk Nusantara (SMPN) David Hidayat menyampaikan sebagai bagian dari industri berkelanjutan yang berfokus kepada bahan-bahan organik maka Sido Muncul Pupuk Nusantara berusaha maksimal berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional yang merupakan program prioritas Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Kontribusi nyata Sido Muncul melalui pembuatan pupuk organik cair dan padat berbahan dasar limbah jamu yang secara nyata mampu meningkatkan hasil panen para petani binaan PT. SMPN.  "Hasil ini sudah dibuktikan saat proses ubinan di Sukoharjo yg didampingi oleh BPS, BPP, PPL dan rekan-rekan petani," tutur bungsu dari 5 bersaudara generasi kedua Sido Muncul ini.

Sebagai bagian anak bangsa, David Hidayat menegaskan pihaknya dalam menghadapi ketahanan pangan yang terpenting adalah waspada, hati-hati dan selalu optimistis.  "Dalam ancaman krisis pangan, saya tetap harus optimis, karena setiap kesulitan pasti ada peluang di situ. Pasti Tuhan bantu kita. Karena itu, sekarang adalah saatnya untuk optimis, bukan pesimis.

Dengan memanfaatkan peluang. Peluangnya apa? Ada krisis pangan berarti peluangnya ada di pangan. Makanya dengan pupuk organik SMPN terbuat dari limbah jamu initerbukti dapat menaikkan hasil panen padi. Pupuk organik cair SMPN menunjukkan adanya selisih kenaikan hasil 26% di lahan pertanian padi di Kabupaten Sukoharjo," ungkap David Hidayat yang juga Dirut Sido Muncul ini.