Liputan6.com, Jakarta - Foel La Ode, peserta MasterChef Indonesia Season 8 ini gemar membagikan aktivitasnya memasak di alam. Melalui akun Instagramnya, pria 26 tahun itu membagikan video membuat makanan dari berbagai daerah di alam terbuka.
"Mulainya dari sebelum ikut kompetisi MasterChef, tepatnya pas masa-masa lockdown. Saya sering nonton YouTube, dan mulai kepikiran kenapa saya hanya jadi penonton saja? Akhirnya saya memutuskan untuk jadi pemain juga, bukan sekadar menonton," kata La Ode mengungkap awal memulai konten memasak di alam melalui pesan tertulis kepada Liputan6.com, Sabtu, 27 Agustus 2022.
Advertisement
Baca Juga
La Ode mengatakan, kebanyakan video yang ditontonnya itu berasal dari luar negeri dan belum ada dari Indonesia. Saat itulah dirinya ingin memulai lebih dulu, memasak di alam dengan tema masakan Indonesia.
Sebelum pergi ke tempat tujuan, La Ode sudah mempersiapkan konsep video yang akan dia ambil. Kemudian, dia membawa peralatan dari bahan kayu dan memastikan baterai alat perekamnya penuh dan memasukkan semua barang itu ke dalam satu tas.
La Ode mengatakan, semua peralatan memasak yang dibawanya itu penting. Menurutnya, memasak di alam sama halnya ketika memasak di dapur biasa.
"Mulai dari pisau, talenan, piring, dan gelas karena walaupun masak di alam, saya tidak menghilangkan unsur-unsur kerapian dan teratur dalam memasak," ujar La Ode.
"Karena kontennya lebih ke masaknya bukan bushcraft ya, jadi masih menggunakan korek api biasa. Walaupun bisa-bisa saja pakai pemantik besi, tetapi itu butuh waktu lebih lama lagi,” kata La Ode ketika ditanya alat yang ia gunakan untuk menyalakan api.
Lebih Dekat dengan Alam
La Ode menuturkan, memasak di alam memiliki tingkat lelah sampai tiga kali lipat dari memasak biasa di dapur. Hal itu karena dia harus menempuh perjalanan terlebih dahulu sambil membawa peralatan memasak.
Kejadian tidak terduga pun pernah dialami oleh La Ode. Dia lupa membawa salah satu barang yang amat penting dalam pembuatan kontennya itu.
"Sempat lupa bawa kompor portable, saya mau bikin konten di sekitar air terjun di atas bukit yang lembap. Hampir dua jam menyalakan api, tetapi tidak mau menyala juga. Alhasil pulang tanpa konten, hanya menikmati keindahan alamnya saja," ujar La Ode.
"Pernah juga lupa bawa baterai cadangan. Akan tetapi, dari situ bisa bikin saya jadi lebih teliti lagi sebelum berangkat," sambungnya.
Selain itu, cuaca juga menjadi tantangan baginya. Saat hujan akan susah karena bahan bakarnya memakai kayu. Lalu, ketika di pantai angin yang terlalu kencang dapat mengganggu.
Meskipun tingkat kesulitan memasak di alam itu lebih tinggi daripada memasak biasa di dapur, La Ode tetap semangat untuk membuat kontennya. Para pengikutnya di Instagram memberi komentar-komentar positif di video unggahannya yang membuat semangatnya naik kembali.
Menurut La Ode, hal menarik ketika kegiatan memasak di alam, yakni merasa lebih dekat dengan alam. Makanan yang dia santap jauh lebih nikmat walaupun sederhana.
Advertisement
Menunjukkan Budaya Masak di Indonesia
Makanan yang dibuat La Ode mengangkat tema masakan asal daerah di Indonesia. Dia menuturkan pernah membuat masakan khas Sulawesi seperti ayam nasu wolio yang videonya menembus satu juta lebih views di Instagram. Selain itu, dia pernah membuat barobbo, bubur khas Sulawesi yang juga pernah dia buat saat di galeri MasterChef.
La Ode juga menyesuaikan bahan-bahan yang dimasaknya dengan tumbuhan yang dia temui. Dia menjelaskan saat di kampungnya sedang musim kecapi, dia kemudian mengolahnya. Lalu, konten dari jagung yang pernah dia buat itu juga karena sedang musim jagung.
Dengan dibuatnya konten memasak di alam membuat masakan khas daerah, La Ode ingin menunjukkan budaya masak Indonesia yang tradisional. Kemudian, dia ingin memperlihatkan keindahan alam yang ada di Indonesia.
"Lagipula itu juga salah satu bentuk menjaga tradisi atau budaya orang Indonesia kalau memasak menggunakan alat atau metode yang masih tradisional, apalagi itu makanan daerah yang tidak semua bisa dimasak menggunakan teknik modern," ujar La Ode.
La Ode menuturkan, pulau yang paling berkesan hingga saat ini baginya adalah Pulau Tomia di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. "Bawah lautnya sangat bagus dan hasilnya juga melimpah, pertama kali coba anggur laut ada di sana," kata La Ode.
Saat berkunjung ke sana, pria asal Pulau Muna, Sulawesi Tenggara itu mengedukasi masyarakat sekitar bagaimana mengolah ikan yang baik dan benar. Dia mengajarkan teknik memotong ikan untuk ikan bakar.
Awal Karir Memasak
Perjalanan La Ode di bidang memasak awalnya karena ketidaksengajaan. Dia mengatakan, ada yang menawarinya bekerja menjadi tukang cuci piring di salah satu restoran di Yogyakarta.
Mulai dari sana dirinya melihat dunia dapur. Setelah merasa tertarik, akhirnya dia mempelajarinya. Namun, karena mahalnya sekolah masak, La Ode berinisiatif untuk bekerja sebagai office boy di salah satu lembaga perhotelan.
Tidak disangka, saat mendaftar dia diberi beasiswa satu tahun gratis belajar. Sambil belajar, La Ode membantu belanja bahan di pasar setiap pagi untuk praktek.
"Waktu interview dengan pemilik lembaga, dia tanya usia saya berapa, saya jawab 18 tahun. Terus dia tanya lagi sudah berapa lama di Jogja, saya jawab baru beberapa bulan. Pertanyaan terakhir dia katanya pernah naik lift? Saya jawab belum pernah. Di situ mungkin awal mulanya, daripada tidak diterima kerja mending dikasih beasiswa satu tahun sambil bantu-bantu di lembaganya," ungkap La Ode.
Pria yang pernah menjadi asisten koki ini menuturkan, saat dia menjadi asisten koki itu salah satu pencapaian yang luar biasa. Proses untuk sampai ke sana ada banyak sekali yang harus dilalui. Pengalaman-pengalaman sebelumnya yang membuat dia dipercaya untuk mengemban tugas tersebut.
Menurutnya, konten yang dia buat ditonton oleh banyak orang juga merupakan pencapaian yang luar biasa. Dia berhasil memperkenalkan makanan yang belum banyak orang ketahui, seperti makanan khas daerahnya.
La Ode berharap ke depannya dia dapat bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengenalkan budaya makanan yang ada di Indonesia Timur. Dari Dinas Pariwisata atau para followers, dia berharap dapat memberinya info tentang keunikan makanan dari daerah mereka.
Advertisement