Sukses

Sungai Yangtze di China Surut, Patung-Patung Buddha Berusia 6 Abad Muncul ke Permukaan

Surutnya Sungai Yangtze telah mengungkapkan sebuah pulau terendam di kota Chongqing di barat daya China.

Liputan6.com, Jakarta - Surutnya Sungai Yangtze telah mengungkap sebuah pulau purba di kota Chongqing, barat daya China. Tiga patung Buddha di atasnya yang diyakini berusia 600 tahun pun nampak, media pemerintah Xinhua melaporkan.

Ketiga patung tersebut ditemukan di bagian tertinggi dari pulau karang yang disebut Foyeliang, awalnya diidentifikasi dibangun pada masa Dinasti Ming dan Qing. Salah satu patung menggambarkan seorang biksu duduk di atas alas teratai.

Permukaan air Sungai Yangtze surut dengan cepat karena kekeringan dan gelombang panas di wilayah barat daya China. Curah hujan di lembah Yangtze sekitar 45 persen lebih rendah dari biasanya sejak Juli lalu dan suhu tinggi kemungkinan akan bertahan lama.

"Sebanyak 66 sungai di 34 kabupaten di Chongqing telah mengering, kata seorang penyiar berita stasiun Tv setempat, dikutip dari AsiaOne, Kamis, 31 Agustus 2022. Kekeringan selama berminggu-minggu di seluruh Eropa juga telah mengungkapkan harta karun yang telah lama terendam.

Di Spanyol, para arkeolog senang dengan munculnya lingkaran batu prasejarah yang dijuluki "Spanish Stonehenge". Sungai besar lainnya di Eropa, Danube, surut di satu level terendahnya dalam hampir satu abad, memperlihatkan lebih dari 20 kapal perang Jerman tenggelam selama Perang Dunia II di dekat kota pelabuhan sungai Prahovo di Serbia.

Sebelumnya China telah mengeluarkan peringatan kekeringan nasional pertamanya tahun ini ketika pihak berwenang tengah memerangi kebakaran hutan dan melindungi tanaman dari suhu panas di seluruh lembah sungai Yangtze. Peringatan nasional yang dikeluarkan sejak pertengahan Agustus 2022, setelah wilayah dari Sichuan di barat daya hingga Shanghai di delta Yangtze mengalami panas ekstrem selama berminggu-minggu.

2 dari 4 halaman

45 Derajat

Mengutip kanal Global Liputan6.com, yang dilansir dari BBC, Distrik Beibei sebelah utara pusat kota Chongqing, sempat mengalami suhu mencapai 45 derajat Celcius menurut biro cuaca China. Chongqing menyumbang enam dari 10 lokasi terpanas di negara itu pada Jumat, 26 Agustus 2022 pagi, dengan suhu di distrik Bishan sudah mendekati 39 derajat Celcius. Shanghai sudah mencapai 37 derajat Celcius.

Biro pertanian Chongqing pun telah membentuk tim ahli untuk melindungi tanaman yang rentan. Kementerian sumber daya air telah menginstruksikan daerah pertanian yang dilanda kekeringan untuk menentukan siapa yang dapat mengakses pasokan pada waktu tertentu, guna memastikan mereka tidak kehabisan air. 

Di bagian Sichuan dan provinsi tetangga suhu telah melebihi 40 derajat Celcius. Hal tersebut berakibat dengan kantor-kantor pemerintah di Sichuan diminta untuk menjaga tingkat pendingin ruangan agar tidak lebih rendah dari 26 derajat Celcius, demikian menurut Harian Sichuan. Pekerja juga telah diminta untuk menggunakan tangga daripada lift jika memungkinkan.

3 dari 4 halaman

Picu Curah Hujan

Mengenai kekeringan yang melanda China, pihak berwenang berusaha untuk memicu curah hujan di beberapa bagian China tengah dan barat daya di tengah rekor baru kekeringan parah dan gelombang panas. Mengutip laman Global Liputan6.com, Jumat 19 Agustus, level air Sungai Yangtze sebagai jalur air terpanjang di Asia itu surut hingga mencapai rekor terendah. 

Di beberapa bagian, curah hujan kurang dari setengah dari biasanya. Reservoir tenaga air kini turun sebanyak setengahnya, kata para pejabat setempat. Di saat yang sama, lonjakan permintaan untuk pendingin ruangan telah menempatkan perusahaan listrik di bawah tekanan yang ekstrem. Gelombang panas selama dua bulan yang terjadi Juli--Agustus adalah rekor terpanjang di China, menurut Pusat Iklim Nasional.

Media lokal melaporkan, provinsi di sekitar sungai Yangtze yang dilanda kekeringan sudah beralih ke operasi penyemaian awan untuk memerangi kurangnya hujan, dengan Hubei dan sejumlah provinsi lain meluncurkan roket yang membawa bahan kimia ke langit. Namun kurangnya tutupan awan telah menghentikan upaya di beberapa daerah yang berusaha melakukan hal yang sama.

4 dari 4 halaman

Pengaruhi Pasokan Telur

Suhu ekstrem di China timur telah mendorong harga telur naik karena ayam bertelur lebih sedikit di musim panas, media lokal melaporkan. Cuaca ekstrem menjadi lebih sering terjadi karena perubahan iklim, kata para ilmuwan, dan ini kemungkinan akan lebih intens ketika suhu naik, berdampak pada ekonomi dan masyarakat di seluruh dunia.

Beberapa kota besar di China telah mencatat hari-hari terpanas mereka tahun ini, dan observatorium nasional China sempat mengeluarkan peringatan merah. Gelombang panas tidak hanya menempatkan manusia, tetapi juga hewan di bawah tekanan.

Di Kota Hefei, peternak melaporkan penurunan produksi telur karena cuaca panas, menurut laporan Jianghuai Morning News minggu lalu, beberapa fasilitas peternakan telah memasang sistem pendingin untuk ayam mereka. Pasokan yang menurun di beberapa provinsi menyebabkan harga telur melonjak. Di Hefei, ibu kota Provinsi Anhui, kenaikannya sekitar 30 persen, dan ada lonjakan serupa di kota Hangzhou dan Hai'an, menurut media lokal.