Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana menaikkan harga BBM. Dikutip dari News Liputan6.com, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sempat memberikan sinyal pemerintah akan benar-benar membuat kebijakan harga BBM naik dalam waktu dekat.
Rencana kenaikan harga BBM ini kemudian diantisipasi masyarakat, salah satunya bagi para pedagang warung tegal alias warteg. Ketua Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara), Mukroni, mengatakan bahwa pihaknya membutuhkan kepastian kapan pemerintah akan menaikan harga BBM.
"Jangan maju mundur, sementara harga sudah pada naik karena isu BBM akan naik," ujar Mukroni saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (31/8/2022).
Advertisement
Baca Juga
Jika BBM naik, keuntungan warteg berkurang, sehingga berimbas pada kesulitan membayar sewa tempat usaha tahun depan. "Sebenarnya biaya yang besar itu ada di sewa atau kontrakan tempat itu yang kadang kala warteg bisa tutup karena tidak mampu bayar sewa," tukas Mukroni.
Ia menambahkan, jika BBM naik, pemerintah harus memberi solusi agar rakyat bawah tidak terbebani. "Kami prihatin atas kenaikan harga BBM karena dengan kenaikan harga BBMÂ ini akan mengerek atau menaikkan harga pangan, sementara kondisi daya beli rakyat, seperti rakyat bawah, belum pulih sepenuhnya (dari pandemi)," sebutnya.
Kowantara, lanjut Mukroni, menunggu seberapa besar kenaikan BBM. Jika lebih dari 20 persen, pihaknya merasa berat untuk bertahan dan otomatis akan menaikkan harga. "Tentang pembeli ini yang membuat anggota Kowantara pusing karena daya beli rakyat belum sepenuhnya pulih," tuturnya.
Kata Pengamat
Mengutip dari kanal Bisnis Liputan6.com, Ekonom Center of Economics Law and Studies (Celios), Bhima Yudhistira, meminta pemerintah mencermati dampak yang akan terjadi jika harga Pertalite naik. Terlebih pada Juli 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bahan pangan mencapai 11 persen.
"Kenaikan harga BBM jenis subsidi terutama Pertalite tolong benar-benar dicermati baik-baik oleh pemerintah. Apa kondisi masyarakat miskin saat ini siap hadapi kenaikan harga BBM?" kata Bhima.
Ia menuturkan, kenaikan harga Pertalite tidak hanya mengancam masyarakat miskin di Indonesia, tapi juga kalangan menengah. Masyarakat kelas ini sebelumnya memang mengonsumsi BBMÂ jenis Pertamax, namun karena harganya naik jadi Rp12.500 per liter, mereka pun beralih menggunakan Pertalite.
"Yang tadinya bisa belanja baju, mau beli rumah lewat KPR, hingga sisihkan uang memulai usaha baru, akhirnya tergerus untuk beli bensin," sambungnya.
Advertisement
Mendaftar MyPertamina
Menyusul isu kenaikan harga BBM yang sudah santer sejak sebulan belakangan, Pertamina mencatat total kendaraan yang telah didaftarkan di platform MyPertamina mencapai lebih dari 1 juta unit. Terbanyak pendaftar berasal dari Provinsi Jawa Barat.
Kendaraan terdaftar, baik di booth pendaftaran di SPBU/lokasi yang ditentukan, situs web subsiditepat.mypertamina.id, maupun melalui aplikasi MyPertamina.
Hal tersebut memperlihatkan minat masyarakat mengikuti Program Subsidi Tepat Sasaran cukup tinggi. Irto melanjutkan, pendaftaran program Subsidi Tepat Sasaran melalui MyPertamina tetap berlaku meski harga BBM subsidi jenis Pertalite maupun Solar mengalami penyesuaian harga.
Ini juga berlaku jika kebijakan pembatasan mulai berjalan. "Kita tetap membuka pendaftarannya. Kan bisa saja ada kendaraan baru, perubahan nomor mobil, dan lainnya," katanya lagi. Untuk memudahkan masyarakat mendaftarkan kendaraannya, Pertamina Patra Niaga juga terus memastikan kesiapan di lapangan dalam bentuk booth pendaftaran langsung.
Tak Perlu Panik
Di sisi lain, Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero), mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembelian secara berlebihandi tengah wacana kenaikan harga BBM subsidi jenis Pertalite maupun Solar. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, juga meminta masyarakat melakukan pembelian BBM subsidi sesuai kebutuhan.
Hal ini agar menghemat kuota BBM subsidi yang telah ditetapkan pemerintah. Terkait waktu penerapan kenaikan harga BBM subsidi, Irto belum bisa berkomentar lebih jauh. Saat ini, Pertamina masih menunggu keputusan regulator terkait penyesuaian harga.Â
Sebelumnya, Badan Pengendalian Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) kembali mengingatkan bahwa kuota BBM bersubsidi jenis Pertalite maupun Solar untuk tahun 2022 berpotensi habis antara Oktober dan November mendatang. Rasio penyaluran Pertalite dan Solar sudah mencapai 50 persen lebih dari kuota yang ditetapkan pemerintah di 2022.
Advertisement