Liputan6.com, Jakarta - Film Mencuri Raden Saleh karya sutradara Angga Dwimas Sasongko telah menarik perhatian publik Indonesia. Secara luas memunculkan rasa penasaran akan sosok Raden Saleh yang terkenal dengan karya lukisan berjudul "Penangkapan Pangeran Diponegoro".
Mengutip dari situs Kemendikbud, Selasa (13/9/2022), lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro kini berada di Yogyakarta, tepatnya di Istana Kepresidenan. Mulanya memang lukisan tersebut aset milik Belanda, namun sudah diserahkan kepada Indonesia oleh pihak Kerajaan Belanda pada 1969.
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro juga telah direstorasi bagian pernisnya pada 2013 oleh Sisanne Erhards, seorang ahli restorasi asal Jerman yang mendapat dukungan dari Yayasan Arsari Djojohadikusumo dan Goethe Institure Indonesia. Mulanya lukisan yang merupakan karya pertama Raden Saleh disimpan di Istana Merdeka, namun telah lama dipindahkan di Istana Kepresidenan Yogyakarta pada Desember 2014.
Advertisement
Baca Juga
Petunjuk sejarah pertama mengenai lukisan karya Raden Saleh ini tertulis dalam surat Raden Saleh ditujukan kepada Adipati Ernst II dari Sachsen-Coburg dan Gotha pada 12 Maret 1857. Dalam surat tertulis, telah menyelesaikan sebuah lukisan historis, menggambarkan tentang penangkapan Kepala Suku Jawa, Dipanegara, yang ia lukiskan untuk Paduka Yang Mulia Belanda.
Surat ini juga mengungkapkan keberanian Raden Saleh menawarkan lukisan kepada Raja Belanda yang menjajah tanah Jawa. Mulanya Raden Saleh menemukan ilham komposisi lukisan historis Penangkapan Pangeran Diponegoro dari lukisan Pengunduran Diri Charles V karya Gallait yang menggambarkan bangkitnya kekuatan nasional dan sangat mendesak diperlukan banyak orang selama bertahun-tahun setelah invasi pasukan Jerman.
Membangkitkan Rasa Nasionalisme
Selain itu, inspirasi Raden Saleh saat membuat lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro adalah mengikuti komposisi lukisan Gallait yang ingin mengobarkan semangat kebangkitan nasional. Hal ini digambarkan Raden Saleh sebagai bentuk kemarahan terhadap pengkhianatan Belanda.
Lukisan ini merupakan respons dari lukisan Nicolaas Pieneman (1809-1860) yang ditugaskan untuk mendokumentasikan momen penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Pemerintah Belanda. Ketika peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro (28 Maret 1830), Raden Saleh sedang berada di Eropa.
Diduga Raden Saleh melihat lukisan Pieneman tersebut saat ia tinggal di Eropa. Perbedaan lukisan antara Raden Saleh dengan Pieneman ini dipandang sebagai rasa nasionalisme pada diri Raden Saleh.
Beberapa perbedaan penting antara lukisan Raden Saleh dan Pieneman sangat kontras. Pieneman menggambarkan Diponegoro dengan wajah lesu dan pasrah, sementara Raden Saleh menggambarkan Diponegoro dengan raut tegas dan menahan amarah.
Pieneman juga memberi judul lukisannya "Penyerahan Diri Diponegoro", sementara Raden Saleh memberi judul Penangkapan Diponegoro. Di samping itu lukisan bendera Belanda yang dibuat oleh Pieneman tidak ditampilkan pada lukisan karya Raden Saleh.
Advertisement
Cagar Budaya Nasional
Lukisan dari pelukis kelahiran 1814 ini juga menandai berakhirnya perlawanan Diponegoro pada 1830. Ketika itu sang Pangeran dibujuk untuk hadir di Magelang membicarakan kemungkinan gencatan senjata, namun kenyataannya Pangeran Diponegoro dan pengikutnya ditangkap lalu diasingkan.
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro dibuat di atas permukaan kanvas menggunakan cat minyak dan memenuhi seluruh kanvas, serta dibingkai dengan kayu berukir. Lukisan yang ditetapkan sebagai cagar budaya nasional sejak 2018 ini juga dibuat dengan gaya Romantisisme.
Menariknya, lukisan ini merupakan lukisan sejarah pertama di Asia Tenggara di antara sejarah lukisan aliran Eropa. Penggambaran yang dilukis Raden Saleh menjadi salah satu momen sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda.Â
Pria bernama lengkap Raden Saleh Sjarif Boestaman ini dikenal sebagai pelukis Indonesia beretnis Arab-Jawa yang menjadi pionir seni modern Indonesia. Karya lukisannya mengambil perpaduan Romantisisme yang sedang populer di Eropa ketika itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang Jawa si pelukis.Â
2 Juta Penonton Lebih
Di sisi lain, Lukisan Penangkapan Pangeran Diponogoro yang menjadi inspirasi film Mencuri Raden Saleh menuai banyak pujian. Kini sejak penayangannya, film yang menampilkan aktor Angga Yunanda dan Iqbaal Ramadhan tekah mencuri perhatian dua juta penonton lebih.
Film Mencuri Raden Saleh bahkan memborong lima nominasi di Festival Film Bandung (FFB) yakni Film, Sutradara, Penata Kamera, Pemeran Pembantu Pria, dan Penata Editing Terpuji Film Bioskop. FFB merupakan festival film yang digagas komunitas Forum Film Bandung untuk mengapresiasi dan memberi penghargaan atas karya sekaligus pencapaian insan layar lebar maupun televisi sejak 1987.
Pencapaian di FFB dikabarkan akun Twitter terverifikasi dan Instagram rumah produksi Visinema pada 9 September 2022 seraya mengunggah infografis kategori yang didapat Mencuri Raden Saleh. Angka dua juta penonton yang ditorehkan Mencuri Raden Saleh memantik perubahan signifikan di tangga box office Indonesia.
Kini, film yang dibintangi aktor Angga Yunanda itu berada di posisi ke-7 membayangi Kukira Kau Rumah. Tiga film laris yang dilangkahi Mencuri Raden Saleh antara lain Kuntilanak 3, The Doll 3, dan Miracle In Cell No. 7 yang pekan ini membuka 10 besar bersama dengan pencapaian 1,1 juta penonton lebih.
Advertisement