Sukses

Sepak Terjang HR Rasuna Said yang Bukan Sekadar Nama Jalan Protokol di Jakarta

HR Rasuna Said muncul sebagai Google Doodle pada hari ini.

Liputan6.com, Jakarta - Hajjah Rangkayo (HR) Rasuna Said tampil sebagai Google Doodle hari ini, Rabu (14/9/2022), dalam peringatan ulang tahunnya. Mengingat figurnya dihormati dengan dijadikan nama salah satu jalan protokol di Jakarta, sepak terjang orator perempuan ini tentu bukan satu yang biasa.

Melansir situs web Kepustakaan Kongres Wanita Indonesia Perpustakaan Nasional, Rasuna Said lahir di Maninjau, Agam, Sumatra Barat pada 14 September 1910, dan meninggal di Jakarta, 2 November 1965 pada usia 55 tahun. Ia seorang pejuang kemerdekaan, sekaligus pahlawan nasional Indonesia.

"Ia merupakan keturunan bangsawan Minang. Ayahnya bernama Muhamad Said, seorang saudagar Minangkabau dan bekas aktivis pergerakan," laman itu menerangkan.

Setelah menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD), Rasuna Said remaja dikirim ayahnya untuk melanjutkan pendidikan di Pesantren Ar-Rasyidiyah. Saat itu, ia merupakan satu-satunya santri perempuan. Rasuna Said dikenal sebagai sosok yang pandai, cerdas, dan pemberani. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Diniyah Putri Padang Panjang.

Rasuna Said disebut sangat memerhatikan kemajuan dan pendidikan kaum wanita. Ia sempat mengajar di Diniyah Putri. Namun pada 1930, ia berhenti mengajar karena memiliki pandangan bahwa kemajuan kaum wanita tidak hanya bisa didapat dengan mendirikan sekolah, tapi harus disertai perjuangan politik.

Ia ingin memasukkan pendidikan politik dalam kurikulum sekolah Diniyah School Putri, tapi ditolak. HR Rasuna Said kemudian mendalami agama dengan berguru pada Dr H Abdul Karim Amrullah yang mengajarkan pentingnya pembaharuan pemikiran Islam dan kebebasan berpikir yang nantinya memengaruhi banyak pandangan Rasuna Said.

2 dari 4 halaman

Perjuangkan Hak-Hak Perempuan

Kontroversi poligami pernah ramai dan jadi polemik di ranah Minang pada era 1930-an. Ini berakibat pada meningkatnya angka kawin cerai. HR Rasuna Said menganggap, kelakuan ini bagian dari pelecehan terhadap kaum wanita.

Awal perjuangan politik Rasuna Said dimulai dengan beraktivitas di Sarekat Rakyat (SR) sebagai sekretaris cabang. Ia kemudian bergabung dengan Soematra Thawalib dan mendirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) di Bukittinggi pada 1930.

Rasuna Said juga ikut mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan PERMI, selain mendirikan Sekolah Thawalib di Padang dan memimpin Kursus Putri dan Normal Kursus di Bukittinggi. Rasuna Said sangat mahir dalam berpidato mengecam pemerintahan Belanda.

Ia juga tercatat sebagai wanita pertama yang terkena hukum Speek Delict, yaitu peraturan kolonial Belanda yang menyatakan bahwa siapa pun dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda. Rasuna Said sempat ditangkap bersama teman seperjuangannya Rasimah Ismail, dan dipenjara pada 1932 di Semarang, Jawa Tengah.

3 dari 4 halaman

Sampai Masa Setelah Kemerdekaan

Setelah keluar dari penjara, HR Rasuna Said meneruskan pendidikannya di Islamic College pimpinan KH Mochtar Jahja dan Dr Kusuma Atmaja. Ia kemudian dikenal dengan tulisan-tulisannya yang tajam.

Pada 1935, Rasuna Said jadi pemimpin redaksi Majalah Raya. Majalah ini dikenal radikal, bahkan tercatat jadi tonggak perlawanan di Sumatra Barat. Namun polisi rahasia Belanda (PID) mempersempit ruang gerak Rasuna Said dan kawan-kawan.

Sedangkan, tokoh-tokoh PERMI yang diharapkan berdiri melawan tindakan kolonial ini, justru tidak bisa berbuat apapun. Rasuna Said sangat kecewa, dan memilih pindah ke Medan, Sumatra Utara. Pada 1937, di Medan, Rasuna Said mendirikan perguruan putri. Demi menyebarluaskan gagasan-gagasannya, ia membuat majalah mingguan bernama Menara Poeteri.

Setelah Kemerdekaan Indonesia, Rasuna Said aktif di Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia. Ia duduk dalam Dewan Perwakilan Sumatra mewakili wilayah Sumatra Barat. Ia diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS).

4 dari 4 halaman

Resmi Jadi Pahlawan Nasional

HR Rasuna Said kemudian jadi anggota Dewan Pertimbangan Agung setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai akhir hayatnya. Ia tercatat menjalani hidup dalam tiga zaman: kolonial Belanda, pendudukan Jepang, dan revolusi kemerdekaan.

Saat memasuki usia 55 tahun, Rasuna Said tidak sadar dirinya mengidap penyakit kanker payudara. Ia meninggal dunia pada Selasa, 2 November 1965, di Jakarta. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Rasuna Said dianugerahi tanda Kehormatan Satyalancana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan dan Satyalancana Perintis Pergerakan Kemerdekaan. Pengusulan gelar pahlawan atas namanya disahkan pada 13 Desember 1974, lapor kanal Regional Liputan6.com.

Sebagai bentuk memperingati hari lahir ke-112 tahun, Google Doodle Rasuna Said ditampilkan dengan mengenakan kerudung di depan sebuah mikrofon. Di laman Google Doodle, Rasuna Said dideskripsikan sebagai "suara berpengaruh pada isu sosial, terutama hak perempuan, seorang guru, dan seorang jurnalis."

Ia adalah pahlawan nasional Indonesia yang berperan memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia pada periode 1926--1965.