Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran bank sampah sebagai lokasi pengumpulan sampah yang telah dipilah berperan besar dalam mencegah sampah berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kegiatan pengelolaan ini juga perwujudan dari konsep ekonomi sirkular dengan mengubah sampah jadi pundi-pundi rupiah.
Berdasarkan data pada 2021 yang tercatat di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah bank sampah sebanyak 11.556 unit tersebar di 363 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Tak sedikit di antaranya yang telah menorehkan pencapaian manis dan kisah sukses.
Salah satunya adalah Bank Sampah Bersinar yang berlokasi di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bank sampah yang didirikan oleh Fifie Rahardja pada 2014 ini kemudian manajemennya secara penuh diambil alih oleh Fei Febri pada 2019 dengan membangun kewirausahaan sosial.
Advertisement
"Kegiatan edukasi ke masyarakat yang menjadi core kita dan tentu kegiatan sosial ke masyarakat kita mengedukasi agar mereka mau pilah sampah," kata Direktur Bank Sampah Bersinar Fei Febri saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 15 September 2022.
Namun diakui Fei, setelah mengedukasi soal pemilahan sampah, pada kenyataannya masyarakat belum tentu mau memilah sampah. Guna menyiasati hal tersebut, pihaknya membuat program-program yang menarik untuk pilah sampah.
"Misalnya, nabung sampah mereka dapat tabungan emas, atau beli motor bayar pakai sampah, beli sembako bayar pakai sampah. Kita sampai bikin minimarket yang bayarnya pakai sampah. Jadi, pada prinsipnya di Bank Sampah Bersinar itu mengubah sampah menjadi nilai tukar baru, bisa beli apa saja bayar pakai sampah," tambahnya.
Usai mengedukasi dan menciptakan program menarik, Bank Sampah Bersinar turut memfasilitasi masyarakat. "Sampah yang mereka kumpul itu menjadi reward buat mereka, bisa menjadi tabungan uang atau e-wallet, pokoknya kita konversi sampah menjadi uang untuk menarik minat masyarakat," ungkap Fei.
Inovasi
Pihak Bank Sampah Bersinar, disebutkan Fei, juga bekerja sama dengan pabrik-pabrik daur ulang untuk menyalurkan sampah yang telah terkumpul untuk didaur ulang. Seiring berjalannya waktu, ada banyak jenis sampah yang ternyata tak dapat diterima pabrik atau para pelaku daur ulang, seperti baju bekas tak layak pakai hingga popok bayi.
"Dari situ kita mulai membuat inovasi untuk sampah yang tidak dapat diterima oleh pengepul atau pabrik daur ulang, misalnya baju bekas yang sudah tidak layak pakai, kita cari teman-teman yang bisa daur ulang baju tersebut, jadi kita bisa menerima sampah pakaian," tutur Fei.
Sedangkan untuk popok bayi, Bank Sampah Bersinar bahkan melaksanakan riset hingga akhirnya membuat mesin pengelolaan popok bayi. Fei menjelaskan sampah popok bayi itu pihaknya olah menjadi serat yang dapat digunakan untuk kertas daur ulang.
"Dalam pengembangannya, kita tentu bekerja sama dengan lembaga-lembaga riset seperti dengan Balai Besar Selulosa dan BRIN, supaya proses pengolahan sampah popok bayi itu bisa berkelanjutan dan kita masukkan produk yang bermanfaat," terangnya.
Bank Sampah Bersinar juga memiliki banyak program yang berfokus pada edukasi. Pada prinsipnya, dijelaskan Fei, pihaknya mendorong masyarakat mau memilah sampah, diinovasi pengelolaannya, dan proses pengumpulan sampah secara bertanggung jawab.
"Kita membentuk kelompok-kelompok masyarakat, jadi yang diedukasi banyak ibu-ibu rumah tangga, which is kalau saat lockdown bisa pakai Zoom, sekarang mereka mintanya tatap muka jadi kita harus datang. Kita bentuk satu RT ada 50 rumah tangga dan bentuk pengurusnya," jelasnya.
Advertisement
Masifkan Edukasi
Fei menerangkan Bank Sampah Bersinar memiliki modul-modul pelatihan mulai dari modul tentang pengenalan bank sampah, cara memilah sampah, modul pelatihan bank sampah, modul pelatihan keuangan, sampai modul sampah organik. Pihaknya terjun langsung ke lokasi kelompok masyarakat menyampaikan edukasi tersebut.
"Setiap bulan atau dua minggu sekali kita ada penjemputan dan pendampingan ke kelompok masyarakat tersebut. Mendampingi mereka pada proses penyetoran sampahnya dan menjemput sampah, serta memberikan harga terbaik untuk kelompok unit bank sampah yang ada di masyarakat," lanjutnya.
Adapun wilayah cakupan yang dijangkau Bank Sampah Bersinar kini berfokus di Bandung Raya, terdiri dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat. Namun sejak awal 2021, pihaknya juga membina di Kabupaten Toba di kawasan Super Prioritas Danau Toba.
"Kita juga ada sekitar 130 bank sampah unit dan dua bank sampah induk di Kabupaten Toba dan dalam waktu dekat kita juga akan ekspansi ke kabupaten-kabupaten lain di sekitar Danau Toba dan Jawa Barat," terangnya.
Sementara, Bank Sampah Bersinar mengelola sampah non-organik sekitar 100 ton per bulan dan delapan ton per bulan untuk sampah organik yang terkelola. Pemilahan sampah non-organik sendiri terdiri atas plastik (PET. HDPE, LDPE, PP, Flexi, dan lainnya), kertas (karton, HVS, cardboard, UBC, dan lainnya), logam (kaleng, aluminium, seng, dan lainnya), kaca (bening dan berwarna), lainnya sterofoam, hingga jelantah.
"Nasabah unit kita ada sekitar 650 kalau mau dikonversi 650 kali 30 saja sekitar 20 ribu, tapi yang teregister di sistem kami sekitar 16 ribu," tutupnya.
Bank Sampah Induk Surabaya
Salah satu contoh bank sampah sukses lainnya adalah Bank Sampah Induk Surabaya. Berlokasi di Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, Jawa Timur, bank sampah ini awalnya berdiri pada 2010 dengan nama Bank Sampah Bina Mandiri.
Humas Bank Sampah Induk Surabaya Nurul Hasanah menjelaskan, Bank Sampah Induk Surabaya diprakarsai oleh pendirinya Anindita Normaria Samsul yang pada 2010 merupakan salah satu mahasiswa ITS yang tengah menjalankan program pengabdian masyarakat. Program ini bertujuan menyelesaikan permasalahan sampah dengan konsep pengolahan sampah yang lebih bermanfaat untuk mengurangi sampah masuk ke TPA.
"Setelah berjalan, kita fokusnya di Surabaya waktu itu hanya mengedukasi pemilahan sampah pada masyarakat. Setelah edukasi, ternyata banyak masyarakat yang bertanya kalau memilah sampah kemudian sampahnya dibawa ke mana, karena kalau sudah dipilah sama petugas pengangkut sampah itu malah dicampur lagi, akhirnya kita mencoba mencari jalan untuk menyelesaikan permasalahan itu," kata Nurul saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 16 September 2022.
Nurul melanjutkan pihaknya kala itu mencari pelapak dan pengepul yang dapat menerima sampah. Namun, mereka tak mau menjemput sampah di RT/RW sedikit dan banyak variasinya, sedangkan pelapak biasanya hanya fokus pada satu jenis sampah.
"Akhirnya kita membantu mengambil sampah terpilah yang variatif jenisnya itu mulai kertas, kardus, botol plastik, dan sebagainya, nanti kami kumpulkan ke gudang kami, untuk disetor ke pelapak," tambahnya.
Advertisement
Edukasi
Pada 2012, pemerintah Kota Surabaya memiliki program "Merdeka dari Sampah" dan pihaknya berkesempatan untuk menjadi salah satu narasumber di workshop. Materi yang disampaikan adalah edukasi terkait pemilahan sampah melalui bank sampah ke masyarakat.
"Saat itu ternyata sama salah satu BUMN, PLN tepatnya, mereka melihat kegiatan kami salah satu kegiatan yang potensial dikembangkan jadi kami mendapat support CSR dari PLN untuk mengembangkan kegiatan kami sampai sekarang, support kendaraan sampai renovasi gudang," terang Nurul.
Dalam proses pengelolaannya, Bank Sampah Induk Surabaya juga memiliki beragam program. Salah satunya adalah program rutin terkait pendidikan karakter kewirausahaan ke anak-anak, edukasi pemilahan sampah, dan program peduli pahlawan lingkungan yang menyasar para petugas pengangkut sampah, relawan bank sampah, dan juga petugas kebersihan di lingkungan sekitar.
"Edukasi ke masyarakat bekerja sama dengan komunitas terdekat, entah itu RT/RW atau PKK, dan pengajian," tuturnya.
Nurul menambahkan, "Ketika mereka mulai ada salah satu yang ingin membuka bank sampah atau ada keresahan pengolahan sampah di tempat tinggalnya, kita akan datang ke sana, kita edukasi terkait manajemen bank sampah mulai dari pengurus, administrasi, keuangan, termasuk teknis petunjuk pemilahan seperti apa."
Ragam Jenis Sampah
Setelah petunjuk pemilahan sudah diberikan, Bank Sampah Induk Surabaya akan mendampingi ketika penimbangan awal hingga ketiga kalinya. "Karena kadang masyarakat tahu ini jenis sampah yang bisa disetorkan, tapi dicampur-campur," lanjutnya.
Saat ini, wilayah cakupan penerimaan sampah dari seluruh Surabaya. "Kalau masyarakat yang melakukan penyetoran ke sini biasanya satu hari bisa bertransaksi untuk perseorangan satu bulan bisa ada 600--700 transaksi personal, kalau kelompok bank sampah unit itu satu bulan bisa 200 titik yang kita ambil," tutur Nurul.
Bank Sampah Induk Surabaya sendiri menerima beragam jenis sampah, mulai dari logam (tembaga, kuningan, perunggu-diral, plat aluminium, siku aluminium, wajan aluminium, besi tebal, sepeda, dan lainnya). Ada pula jenis sampah kertas yang diterima, meliputi kardus bagus, kardus jelek, koran, majalah, kertas HVS, kertas buram, sak semen, dan lainnya. Sedangkan untuk botol, pihaknya menerima mulai dari botol sirup, botol kecap atau saus besar, botol bensin besar, botol atau beling putih dan warna.
Untuk jenis plastik lembaran, Bank Sampah Induk Surabaya menerima mulai dari plastik putih bening, plastik kresek, plastik sablon tipis, dan lainnya. Berlanjut dengan plastik non-lembaran, terdiri atas bak campuk, tutup campur, plastik keras, bak hitam, PET biru muda bersih, PET biru muda kotor, PET putih bersih, PET putih kotor, paralon, tali pastik, kabel, dan lainnya. Jenis sampah lainnya, seperti gembos, minyak jelantah, nasi kering, sampai karung pun diterima bank sampah ini.
Advertisement