Liputan6.com, Jakarta - Setelah tiba dari Vietnam pada Selasa, 20 September 2022, ratu kecantikan Myanmar, Han Lay, ditolak masuk di Bandara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand. Petugas imigrasi dilaporkan mengambil tindakan tersebut karena ia tidak memiliki paspor.
Melansir Thai BPS World, Sabtu (24/9/2022), Mayor Jenderal Pol Archayon Kraithong, juru bicara biro imigrasi, mengatakan bahwa Han tidak memiliki paspor atau dokumen resmi apapun yang setara dengan paspor. Karena itu, Miss Grand Myanmar 2020Â tersebut tidak diizinkan memasuki Thailand.
Advertisement
Ia menambahkan, bagaimanapun, Han tidak ditangkap, tapi harus segera dideportasi. Semula beredar kabar bahwa Han ditolak masuk ke Thailand karena diduga jadi buronan Interpol. Tapi, terungkap kemudian bahwa junta di Myanmar telah mencabut paspornya, lapor Bangkok Post.
Itu diyakini sebagai pembalasan atas pidato kontroversi Han selama kontes Miss Grand International 2020 yang diadakan di Bangkok, Maret tahun lalu. Sebagaimana diketahui, Han telah menyerukan bantuan mendesak bagi rakyat Myanmar dalam sebuah pidato menyentuh yang menarik perhatian publik internasional.
Saat itu, organisasi Miss Grand International mengatur agar Han tinggal di Thailand selama tiga bulan untuk memastikan keselamatannya daripada kembali ke Myanmar. Terkait kondisi terkini Han tertahan di bandara, organisasi kontes kecantikan itu dan para aktivis telah mendesak pihak berwenang Thailand untuk tidak mendeportasi perempuan berusia 23 tahun tersebut kembali ke negaranya.Â
Han Lay ditolak masuk Biro Imigrasi Thailand, meski ia telah berlindung di negara itu selama setahun terakhir.
Takut Dijemput Polisi Myanmar
Dalam sebuah unggahan di halaman Facebook-nya, Jumat, 23 September 2022, pemilik nama asli Thaw Nandar Aung itu mengatakan, ia takut polisi Myanmar akan datang dan menjemputnya di bandara. "Saya meminta otoritas Thailand, tolong bantu saya," tulisnya dalam bahasa Inggris, menambahkan bahwa ia telah menghubungi badan pengungsi PBB.
Seorang pejabat Thailand mengatakan pada AFP bahwa polisi Myanmar belum berbicara dengan pihaknya dan mengatakan terserah pada mereka untuk memutuskan ke mana Han Lay harus terbang dari Bangkok. Tim manajemen kontes kecantikan yang bekerja sama dengan Han mengatakan, mereka berharap ia bisa masuk kembali ke Thailand.
"Satu-satunya yang kami inginkan adalah ia tidak kembali ke Myanmar karena jika ia kembali, kami tidak tahu apa yang akan terjadi padanya," kata seorang perwakilan, yang menolak disebutkan namanya karena ia tidak berwenang berbicara pada media.
Ditanya tentang kasus Han Lay, juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Tanee Sangrat, mengatakan bahwa pihak berwenang "tidak melakukan penangkapan dan tidak memiliki rencana mengirimnya ke mana pun pada tahap ini."
Advertisement
Menolak Berkomentar
Han Lay dan manajernya mengatakan bahwa ia adalah subjek dari pemberitahuan merah Interpol, tingkat kewaspadaan tertinggi bagi seorang individu. Polisi Thailand dan Biro Imigrasi negara itu telah menolak berkomentar terkait hal tersebut.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan bahwa kebijakannya tidak untuk mengonfirmasi kasus individu. Phil Robertson dari Human Rights Watch mengatakan di Twitter bahwa pemerintah Thailand dipimpin Aung San Suu Kyi.
"Saya ingin mengatakan dari sini pada dunia: tolong dukung rakyat Myanmar," katanya kepada outlet berita lokal. "Begitu banyak orang meninggal di Myanmar oleh senjata militer. Tolong selamatkan kami."
Myanmar telah berada dalam kekacauan sejak kudeta tahun lalu, dengan junta berjuang memadamkan perlawanan terhadap kekuasaannya. Sebuah tindakan keras militer terhadap perbedaan pendapat telah menyebabkan lebih dari 2.300 warga sipil tewas, menurut kelompok pemantau lokal. Junta menyebutkan jumlah korban sipil hampir 3.900 orang.
Sementara, panggung Miss Miss Grand International bukan tempat pertama Han berusaha meningkatkan kesadaran tentang kekerasan di Myanmar. Dalam unggahan di akun Instagram-nya, ia juga sempat membagikan insiasi penggalangan dana untuk Gerakan Pembangkangan Sipil Myanmar, Civil Disobedience Movement (CDM), yang memimpin protes tanpa kekerasan terhadap pemerintahan militer.
Menyerukan Bantuan
Han Lay juga berbagi penghormatan pada mereka yang meninggal dunia, dan mengunggah informasi tentang penangkapan demonstran, termasuk beberapa rekan mahasiswa satu almamater di Universitas Yangon. Menurut laporan Thai PBS World, Han Lay adalah seorang mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Yangon di Myanmar.
Ia juga dikenal sebagai model profesional dan atlet basket, serta menguasai Bahasa Inggris dan Mandarin. Selama mengikuti Miss Grand International 2020, Han kerap berbicara untuk orang-orang Myanmar melalui media sosial dan menyerukan bantuan pada komunitas internasional.
Dalam kompetisi itu, Han mengenakan kostum nasional Myanmar bertajuk "Goddess of Peace" atau Dewi Perdamaian. Lewat busana itu, ia berharap Dewi Perdamaian dapat membantu negara itu mengakhiri krisis.
Dalam unggahan di Instagram pada 29 Maret 2021, Han memperlihatkan potretnya bersama Presiden Miss Grand International, Nawat Itsaragrisil, dan mengucapkan terima kasih atas keramahannya. Wanita asal Myanmar itu merujuk pada kesempatan untuk mengemukakan situasi di negaranya di ajang tersebut.
Advertisement