Sukses

Healing Jadi Konsep Bepergian Populer Usai Kasus Covid-19 di Indonesia Melandai

Tren healing sebagai alasan bepergian turut mendongkrak pencarian desa-desa wisata di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Industri pariwisata domestik kembali bangkit setelah pandemi Covid-19 menghantam dunia sejak 2020 lalu. Ketika kasus Covid-19 melandai di 2022, salah satu yang mencuri atensi adalah kata healing yang kerap disebut-sebut sebagai "pengganti" dari traveling atau bepergian.

"Tren travel lumayan unik untuk Indonesia karena di negara lain mungkin tidak ada, kita lihat ini terjadi di Indonesia. Satu tema yang kami lihat dari data Google search itu ada "healing" konsep traveling yang baru ada di Indonesia," kata Travel Industry Analyst Google Indonesia Vania Anindiar dalam bincang virtual "Press Briefing: World Tourism Day 2022", Senin (26/9/2022).

Vania menjelaskan data tersebut diterima dari pengguna pencarian Google di Indonesia. Ia juga mengungkapkan fakta menarik lain dari penyebutan healing yang kian masif, terutama di media sosial.

"Orang-orang Indonesia sebut traveling itu healing, kata travelnya saja enggak disebut, kalau kita lihat di sosmed banyak ngomongnya tulisnya healing di Bali, bahkan healing menggantikan kata travel dalam pembicaran baik virtual ataupun verbal," terangnya.

Fenomena ini turut Vania sampaikan kepada rekan-rekannya yang juga pengamat travel di luar negeri. Tak sedikit dari mereka yang merasa ini adalah momen yang menarik.

"Ini adalah interpretasi kami, setelah pandemi berasa banget traveling itu sesuatu yang lebih penting dari cuma mau jalan-jalan lihat tempat baru atau jalan-jalan main, tapi ada meaning ke hidup lebih mendalam, sesuatu yang dianggap waktu untuk meditasi, memperbaiki kesehatan jiwa, traveling juga maknanya lebih dalam," tambah Vania.

2 dari 4 halaman

Pencarian Healing Meningkat 500 Persen

Vania mengungkapkan berdasarkan penelusuran kata healing pada 2022 telah naik 500 persen dibanding 2021. Kendati demikian, sebenarnya kata healing sudah lama dicari di pencarian Google.

"Menariknya, kalimat orang cari yang mengandung kata healing kelihatan banget bedanya di 2021, healing dicari yang umum, seperti self healing, healing artinya, trauma healing, tapi di 2022 waktu kita lihat top search yang mengandung kata healing, ini jelas banget healingnya maksudnya traveling, seperti tempat healing, healing di Bandung, liburan healing, healing di Bogor, healing Jogja, healing ke pantai," terangnya.

Berkaitan dengan tema healing tersebut, pihaknya menyelami lebih dalam kata healing yang berdampak ke destinasi atau tujuan wisata yang dicari. Efeknya terutama minat yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mencari tempat liburan yang lebih sepi, santai, damai, hingga tak terlalu banyak atraksi.

"Yang dicari justru yang mungkin agak terpencil bisa untuk yoga atau meditasi. Ini jelas banget terefleksikan di peningkatan pencarian untuk kata yang mengandung desa wisata ada peningkatan 68 persen di 2022 dibanding 2021," terangnya.

3 dari 4 halaman

Pertumbuhan Wisata

Vania mengatakan minat masyarakat menanjak berkaitan dengan jenis-jenis tujuan wisata yang cocok untuk healing, terutama yang luar ruangan, seperti pantai, taman, danau, dan gunung. Hal tersebut masih ada kaitannya dengan efek pandemi yang membuat wisata meningkat di 2022.

"Kalau mau spesifik tujuan wisata tertentu, sekarang dicari orang banget seperti Kintamani, Lombok, Danau Toba, Ijen, meningkat tinggi sekali di atas 20 persen dibanding tahun lalu, efek dari tren healing ke tujuan wisata yang populer," tambahnya.

Vania juga menjelaskan minat wisata yang naik periode Juni--Agustus 2022 dibanding 2019 berdasarkan alat baru Google, Google Destination Insights. Menurut data, terdapat tren positif dan peningkatan wisata dari saat sebelum pandemi, yakni 17 persen.

"Dari semua 17 persen pertumbuhan itu pertumbuhannya jelas akomodasi lebih tinggi dibanding 2019, 21 persen lebih tinggi sedangkan tiket pesawat 11 persen sudah lebih tinggi," terangnya.

"Terakhir, pelancong global yang mau mencari travel ke Indonesia lebih tinggi dari kita 36 persen lebih tinggi dibanding 2019," lanjutnya. Adapun pencari dari internasional tertinggi ada dari Australia, India, Amerika Serikat, Singapura, Inggris, dan Prancis.

4 dari 4 halaman

Hotel Free Booking Links

Google juga memperkenalkan alat lain, yakni Hotel Free Booking Links. Vania menjelaskan ini dihadirkan guna membantu industri perhotelan.

"Hotel Free Booking Links, suatu cara baru dan gratis yang bisa digunakan oleh pelaku industri hotel untuk mencoba meraih para pencari online," terang Vania.

Ketika pengguna mencari hotel di pencarian Google, hasil pencarian Hotel Free Booking Links ada di sebelah kanan dengan ditunjukkan sekaligus dengan link hotel, peta, foto hotel, hingga beberapa penawaran dari pelaku industri untuk kamar lengkap dengan harga.

"Itu berbayar, lalu di bawah list ini sekarang Google menambahkan Free Booking Links, pelaku lain bisa juga mencoba menawarkan kamar dengan harga yang mereka punya secara langsung," katanya.

Manfaat dari fitur ini adalah untuk menambah visibilitas. Data tidak hanya keluar di Google search secara teks atau link website, tetapi juga langsung diperlihatkan harga hotel hingga ketersediaan kamar.

"Tujuan utama adalah membantu pencari mendapatkan informasi lebih mudah langsung bisa mengakses untuk booking. Kedua, untuk pelaku hotel terutama hotel individual kalau berminat mencoba menarik pengguna untuk bisa direct booking ini bisa dilakukan melalui Free Booking Links juga," tutupnya.