Liputan6.com, Jakarta - Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang penguntit baru-baru ini terhadap seorang karyawati di Stasiun Sindang, Seoul, Korea Selatan, masih menjadi sorotan masyarakat Negeri Ginseng. Kasus ini turut memusatkan atensi pada masalah perempuan yang terus menjadi sasaran dan bahkan dibunuh oleh penguntit.
Dikutip dari The Korea Times, Selasa, 27 September 2022, hal tersebut dikarenakan tindakan perlindungan yang ada oleh polisi terbukti tidak efektif dalam banyak kasus. Wali Kota Seoul Oh Se-hoon pada Senin, 26 September 2022 mengunjungi kantor 1366 Seoul Center.
Itu adalah pusat panggilan hotline untuk perempuan yang menderita berbagai bentuk kekerasan dan penguntitan. Oh Se-hoon mendengarkan suara karyawan di sana mengenai pelanggaran dan bagaimana korban diperlakukan.
Advertisement
Baca Juga
Divisi Kebijakan Kesetaraan Gender di bawah Kantor Kebijakan Perempuan dan Keluarga pemerintah kota Seoul pada Senin mengumumkan inisiatifnya untuk mencegah insiden penguntitan lebih lanjut. Pertama, pihak berwenang akan memperkenalkan tiga tempat penampungan baru bulan depan untuk korban penguntit di Seoul.
Dua penampungan di antaranya disediakan untuk sebanyak 10 perempuan dan satu untuk empat pria. Penampungan ini tidak hanya memberikan perlindungan dan terapi psikologis kepada para korban, tetapi juga memungkinkan mereka untuk mempertahankan kehidupan sehari-hari mereka.
Saat ini, fasilitas yang dirancang untuk melindungi korban penguntit membatasi mereka untuk melanjutkan rutinitas sehari-hari. Hal tersebut dilakukan guna meminimalkan risiko mengungkap keberadaan mereka kepada penguntit.
Layanan
Mulai 2023, Seoul juga akan meluncurkan layanan satu atap untuk para korban, memberikan terapi psikologis, dukungan hukum, perawatan medis, dan perlindungan. Kini, para korban harus mengajukan permohonan untuk setiap layanan secara terpisah.
Layanan satu atap akan disediakan mulai 2024 oleh pusat dukungan komprehensif independen baru di kota yang didedikasikan untuk para korban penguntit. Mulai tahun ini, pemerintah kota dan Badan Kepolisian Metropolitan Seoul juga berencana untuk menyediakan tiga peralatan keamanan rumah, yakni bel pintu pintar, kamera keamanan rumah, dan sensor pembuka pintu kepada 500 korban penguntit yang saat ini berada di bawah pengawasan polisi.
Untuk meningkatkan kesadaran publik tentang kejahatan penguntit, pemerintah kota berencana untuk menerbitkan buku panduan. Buku ini berisi penjelasan tentang tindakan yang harus diambil untuk menghindari penguntit, memperluas program pendidikan, dan memperkenalkan ruang obrolan online untuk konsultasi dan berbagi informasi bagi korban penguntit.
Otoritas kota meyakini bahwa langkah-langkah online akan sangat efektif mengingat sebagian besar korban penguntit berusia 20-an dan awal 30-an yang akrab dengan metode komunikasi online.
Advertisement
Upaya Pemerintah
Pemerintah kota menambahkan bahwa mereka akan mulai secara teratur menyurvei masyarakat setiap tiga tahun mulai 2023 untuk menilai bagaimana kejahatan itu memengaruhi masyarakat. "Dari pusat dukungan masa depan hingga tempat penampungan, gerakan anti-penguntit terbaru kami adalah tentang membentuk jaringan kerja sama dan memperkuat jaring yang melibatkan pemerintah kota dan kepolisian," kata Kim Seon-soon, kepala Divisi Kebijakan Kesetaraan Gender Seoul.
Pihaknya juga akan memberdayakan sistem dukungan kota untuk para korban dengan secara teratur memantau calon korban. Langkah lainnya juga memperkenalkan fasilitas manajemen dan perawatan bagi para korban setelah insiden.
Pemerintah kota telah menawarkan konsultasi korban penguntitan, layanan medis dan hukum dengan lembaga yang ada; serta tempat penampungan untuk menangani korban kekerasan dalam rumah tangga dan seksual. Langkah ini dilakukan setelah undang-undang baru diluncurkan pada April tahun lalu untuk menghukum kejahatan penguntit dan memperkenalkan peraturan tindak lanjut oleh Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga. Namun, pusat dukungan khusus untuk korban penguntitan yang tidak tersedia membuktikan bahwa ada kebutuhan sistemik yang pasti bagi mereka yang menderita pelecehan dan penguntitan terus-menerus.
Alat Bela Diri
Sebelumnya, pembunuhan terjadi di Stasiun Sindang, Korea Selatan di jalur 2 dan 6. Seorang karyawan Seoul Metro membuntuti dan menikam mantan rekan perempuannya yang berusia 20-an hingga tewas di kamar mandi stasiun.
Dikutip dari The Korean Times, Senin, 26 September 2022, seorang pekerja kantor yang berbasis di Provinsi Gyeonggi berusia awal 30-an, mengaku membeli perangkat alarm dan semprotan merica untuk melindungi diri. Perempuan yang tidak ingin diketahui identitas aslinya itu mengatakan membeli perangkat alarm dan semprotan merica untuk perlindungannya setelah pemberitaan tentang pembunuhan di stasiun kereta bawah tanah.
"Saya pikir siapa pun bisa menjadi korban insiden seperti itu kapan saja, jadi saya memutuskan untuk membawa senjata untuk perlindungan diri," kata Kim. "Jika insiden mengerikan seperti itu bisa terjadi di lingkungan yang sibuk seperti itu, saya harus menjadi orang yang bisa menjaga keselamatan saya sendiri."
Pekerja kantor lain yang berbasis di Gyeonggi, dengan nama belakangnya Kwon, mengatakan kepada The Korea Times bahwa dia juga mulai membawa semprotan merica dan pistol setrum portabel dalam perjalanannya ke tempat kerja setiap pagi. Ia mendengar tentang kejahatan dan pelecehan seksual yang menargetkan perempuan di media setiap hari dan mengatakan "merasa tidak aman tanpa alat pertahanan diri sejak insiden pembunuhan Stasiun Sindang."
Advertisement