Sukses

Kebaya Goes To Campus, Upaya Kenalkan Berkebaya dan Berkain pada Generasi Muda

Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) menggelar "Kebaya Goes To Campus" untuk mengenalkan berkebaya dan berkain ke generasi muda.

Liputan6.com, Jakarta - Perempuan Berkebaya Indonesia atau PBI bercita-cita melestarikan kebaya sebagai budaya yang dimiliki Indonesia. Kali ini, PBI menggelar acara perdana Kebaya Goes To Campus di salah satu universitas di Indonesia.

"Jangan sampai kita punya budaya berbusana yang bagus, tetapi karena tidak ada yang kenal, tidak ada yang pakai, akhirnya hilang begitu saja," ujar Rahmi Hidayati selaku Ketua Umum PBI saat acara Kebaya Goes To Campus di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), Depok pada Jumat, 30 September 2022.

PBI diresmikan pada 2019, namun, Rahmi sudah mulai bergerak pada 2014. Dulu, nama yang dipakai adalah Perempuan Berkebaya. Membuat berbagai macam acara, ketika pada akhirnya membuat acara formal, maka didaftarkan ke notaris sebagai Perempuan Berkebaya Indonesia.

"Dari tahun 2017, kita sudah memakai nama Perempuan Berkebaya Indonesia," lanjutnya.

Pernah berprofesi sebagai wartawan, Rahmi menuturkan, dulu para wartawan yang meliput pada 1998 suka berkumpul. Mereka sering mengabadikan momen, dan pada suatu saat mereka berkumpul mengenakan kebaya.

"Ternyata fotonya lebih bagus saat mengenakan kebaya, itu membuat kita penasaran," ungkap Rahmi.

Rahmi dan yang lainnya mencari informasi mengenai kebaya. Lalu, dia menyadari kebaya saat itu yang memakainya sudah semakin sedikit. Apalagi anak muda, yang mengenakannya saat ada acara tertentu saja.

"Akhirnya kita bergeraklah dengan nama perempuan berkebaya itu," imbuh Rahmi. Pada awalnya PBI hanya mencakup wilayah Jakarta saja.

"Kita ajak teman-teman yang lain, kita membuat acara-acara, sampai akhirnya tahun 2021 kemarin, kita membuat kongres berkebaya nasional," tambahnya.

Acara ini didukung pemerintah, seperti Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan sebagainya. Rahmi juga mengatakan, usulan mengajukan kebaya ke UNESCO itu pertama kali muncul pada 2017. "Waktu itu kita membuat acara seribu perempuan berkebaya," ujar Rahmi.

Dalam acara itu, Rahmi sebagai ketua belum menyampaikan usulan kebaya ada hari penetapan berkebaya nasional dan pendaftaran kebaya ke UNESCO secara formal. Namun, ketika mereka membuat acara kongres berkebaya pada 2021, di situlah disampaikan secara formal usulan tersebut yang merupakan hasil dari kongres.

"Jadi memang, usulan ke UNESCO dan penetapan hari berkebaya nasional itu dari PBI," imbuh Rahmi.

2 dari 4 halaman

Mengajak Generasi Muda Melestarikan Budaya

Rahmi menyebut orang-orang yang memakai kebaya sudah memudar. Dia dan pihaknya berkeinginan anak muda dapat berkebaya. "Karena yang namanya budaya harus diwariskan," tutur Rahmi.

"Kampus ini, mahasiswa ini adalah salah satu yang mungkin lebih mudah kita ajak berkebaya, daripada misalnya anak SD, SMP, SMA, makanya kita mulai bergerak ke generasi muda lewat kampus," sambungnya.

Menurut penjelasan Rahmi, ide Kebaya Goes To Campus juga muncul dari teman-teman PBI. PBI memiliki cabang seperti di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bali, Yogyakarta, Bandung, Tangerang Raya, dan Bogor. Rahmi menginginkan ke depannya di semua cabang itu bergerak ke kampus-kampus lain.

Rahmi mengatakan, saat ini gerakan itu sudah mulai dipersiapkan. Acara Kebaya Goes To Campus yang diselenggarakan di FISIP UI ini merupakan launching dan akan ada acara seperti ini lagi di daerah-daerah lain.

"Nanti kita akan di Tangerang Raya, kalau tidak salah di Universitas Pamulang (UNPAM)," ungkap Rahmi.

Rahmi menjelaskan acara peluncuran ini masih dalam lingkup kecil karena hanya berada di lingkungan sekitar UI saja dan dihadiri oleh PBI Jakarta dan PBI Bogor. Untuk selanjutnya, Rahmi merencanakan untuk membuat acara yang lebih besar.

3 dari 4 halaman

Kebaya Itu Tidak Ribet

"Orang-orang berpikir memakai kebaya itu jalannya susah, pakainya itu bisa ribet, melilitnya (kain) ribet, padahal tidak," imbuh Rahmi.

Saat Rahmi memperagakan cara berkain saja, waktu untuk memasangnya kurang dari satu menit. Ketua PBI itu mengatakan, kebaya itu tidak ribet, dirinya bahkan dapat menjelajahi gunung dengan mengenakan kebaya. Saat bersepeda pun Rahmi tetap dapat mengenakan kebayanya.

"Itu tidak ribet, itu tidak susah, jadi sebetulnya bagaimana cara memakai kainnya, itu yang penting. Kalau kita tahu cara memakainya, itu gampang," ungkapnya. "Cita-cita kami itu menggaungkan ke generasi muda, ini kita baru bergerak."

Rahmi berharap, dengan bergerak ke kampus-kampus, akan semakin banyak anak muda yang mau ikut berkebaya. Itu menjadi fokusnya dan juga PBI.

Ia juga sempat terkejut saat mengetahui beberapa mahasiswa dari FISIP UI sering mengenakan kain dan kebaya sehari-hari saat ke kampus. Meski tak menyangka, tetapi dia berharap akan semakin banyak anak-anak muda yang berkain dan juga berkebaya.

4 dari 4 halaman

Kolaborasi PBI dengan Mahasiswa

Acara Kebaya Goes To Campus kali ini merupakan bagian dari gelaran acara Departemen Seni Budaya BEM FISIP UI 2022, yakni Baur Seni. Ini adalah wadah mahasiswa FISIP UI untuk mengekspresikan diri melalui karya seni.

Kegiatan yang ada di acara kolaborasi ini antara lain fashion show, flashmob, pembacaan puisi, tutorial berkain, pembagian doorprize, serta free jamming. Ketua Pelaksana acara Baur Seni Ahmad Fadhillah mengatakan, acara kolaborasi ini dapat dibilang mendadak.

"Untuk kolaborasi ini agak mendadak, jadi H-2 minggu dari acara Baur Seni ini ada ajakan dari Alumni FISIP UI yakni Bu Rahmi. Setelah didiskusikan, acara ini (Kebaya Goes To Campus) masuk ke konsep Baur Seni," ujar Ahmad.

"Sehari-hari itu di FISIP tidak asing mengenakan batik, kebaya, atau berkain itu sudah tidak asing karena setiap hari bakal ada aja. Notice-nya itu waktu mulai offline, semester baru ini," jelasnya.