Sukses

Cerita Akhir Pekan: Pergulatan Para Maestro Batik Hadapi Perkembangan Zaman

Bagi para maetro, proses pembuatan motif merupakan salah satu elemen terpenting dalam pembuatan batik.

Liputan6.com, Jakarta - Batik menjadi warisan wastra Indonesia yang diakui dunia. Keindahan motifnya disertai proses pembuatan yang sarat akan nilai tradisi membuat batik semakin menggema. Tak heran kalau Indonesia punya sejumlah maestro batik yang dikenal lewat karya-karyanya yang memukau.

Tanggal 2 Oktober yang menjadi penanda diperingati sebagai Hari Batik Nasional, membuat kita kembali mengingat, bagaimana kisah sukses batik hingga ke kancah internasional.  Kesuksesan batik tentu berkat banyak pihak yang terlibat. Bahkan patut diakui jika kreativitas para desainer Indonesia juga menjadi tombak keberhasilan batik di panggung dunia.

Salah seorang maestro batik yang sudah dikenal luas dan masih eksis sampai saat ini adalah Dr. Komarudin Kudiya S.IP., M.Ds.atau lebih dikenal dengan nama sanggarnya yaitu Rumah Batik Komar di Bandung, Jawa Barat.  Rumah Batik Komar berfokus pada produksi batik dan juga berupaya dalam melestarikan budaya asli Indonesia, maka dari itu Komarudin berusaha semaksimal mungkin mengembangkan usahanya yang dikombinasikan dengan edu-wisata yang dinamakan dengan wisata batik.

Ia pun tak segan berbagi ilmu dan menceritaka proses pembuatan motif batik yang merupakan salah satu elemen terpenting dalam pembuatan batik. "Lahirnya sebuah motif didasarkan pada sesuatu curahan perasaan dan pemikiran terhadap kekuatan-kekuatan di luar dari kreatornya/pembatiknya. Kadangkala para kreator batik/pembatik menghasilkan rancangan batik melalui proses pengendapan diri, meditasi untuk mendapatkan bisikan-bisikan hati nuraninya," terang Komarudin melalui pesan pada Liputan6.com, 29 September 2022.

"Proses selanjutnya kemudian diibaratkan mendapatkan wahyu sebagai tahap awal perancangannya. Setelah itu dibuatlah gambar motif dengan sentuhan nilai estetik agar terwujud gambar motif yang indah dan memiliki makna," lanjutnya.

Mengenai inspirasi dalam membuat motif batik, menurut Komarudin bisa didapatkan dengan melakukan studi literatur yang jelas atau melakukan observasi di lingkungannya. Bagi seorang yang telah banyak memiliki pengalaman estetis, maka untuk menciptakan sebuah motif bisa dalam hitungan jam, sedangkan bagi pemula bisa jadi berhari-hari.

Pria yang juga menjadi Ketua umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) ini tentunya selalu mengamati perkembangan motif batik dari waktu ke waktu. "Perkembangan motif batik saat ini semakin meluas dengan segala tema atau ide. Kreativitas pembatik saat ini semakin berani dalam menuangkan gagasan dan idenya," terangnya.

Ia mencontohlan, pada bulan September lalu telah lahir Batik Pendulum yang merupakan temuan terakhir atau desain terkini dalam dunia batik. "Untuk dapat disebutkan sebagai karya batik yang penting pada proses perintangan warna harus menggunakan lilin panas. Jika dalam membuat gambar tanpa menggunakan lilin panas maka tidak dapat disebut dengan batik," ungkap Komarudin.

2 dari 5 halaman

Inovasi Desain

Di sisi lain, Komarudin mengakui masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi industri batik di masa sekarang ini. Salah satunya adalah membanjirnya produk Tekstikl Tiruan alias Kain Printing. Faktor lainnya adalah bahan baku yang terus naik bahkan ganti harga.

Lalu, bagaimana Batik Komar beradaptasi dan mengikuti perkembanga zaman hingga bisa bertahan sampai saat ini? Komarudin mengatakan, melakukan inovasi desain dan teknik produksi, inovasi bahan baku serta mengikuti kebutuhan konsumen, termasuk melakukan penguatan pemasaran dan kemitraan, membuat usahanya bisa tetap berkenbang pesat sampai saat ini.

Satu lagi mastro batik yang juga eksis sampai saat ini adalah Batik Trusmi dari Cirebon, Jawa Barat. Adalah pasangan suami istri Sally Giovanny dan Ibnu Riyanto yang berhasil membranding dan memperkenalkan Batik Trusmi hingga berkembang luas dan telah memiliki cabang di berbagai wilayah di Indonesia di bawah naungan Trusmi Group.

Sally dan sang suami memulai bisnis batik pada 2007. Namun saat itu Sally mengaku mengaku belum mengetahui motif seperti apa yang disukai pasar dan terlalu percaya pada pendapat orang. "Waktu batik sudah jadi dan saya keliling Tanah Abang untuk dijual ternyata tidak laku karena motifnya dianggap sudah ketinggalan zaman, harganya pun ngga masuk," kenang Sally pada Liputan6.com saat ditemui di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Jumat, 30 September 2022.

3 dari 5 halaman

Survei Pasar

Kesalahan tersebut tak lantas membuat Sally putus asa, justru dari kesalahan dan kegagalan tersebut wanita kelahiran 1988 ini belajar bahwa dalam menjalankan bisnis tidak bisa asal-asalan. Harus ada perhitungan dan survei pasar untuk mengetahui motif apa yang disukai, dan juga harus membuat target market untuk menentukan harga jual produk.

Dari situ dia kemudian melakukan inovasi dengan membuat batik yang dapat diterima secara luas oleh masyarakat. Artinya, batik yang diproduksi bukan hanya sekadar untuk acara formal saja tetapi juga batik yang fashionable dan menarik dikenakan oleh anak-anak muda, baik untuk acara formal, non forrmal, maupun acara santai.

"Aku bikin inovasi batik agar bisa dipakai anak muda juga, dan ternyata berhasil. Aku bikin Batik Trusmi dengan motif yang simpel perpaduan warna pastel yang waktu itu memang lagi musim," terang Sally.

"Setelah itu aku menggabungkan antara motif tradisional dan modern sehingga menjadi batik kontemporer, lucu, dan kekinian yang ternyata sangat diterima pasar," sambungnya.  Selain dari sisi inovasi produk, Sally juga begitu gencar dalam proses marketing.

Dia berusaha menjemput bola agar bagaimana caranya Batik Trusmi ini bisa dikenal dan memiliki brand yang kuat. Salah satu strategi yang dilakukannya adalah dengan mengejar para artis, pejabat, atau publik figur yang berkunjung ke Cirebon.

4 dari 5 halaman

Ide dari Traveling

Strategi tersebut ternyata sangat ampuh sehingga brand Batik Trusmi kian melekat dan dikenal bahkan telah menjadi salah satu ikon khas Cirebon. Batik Trusmi terus berkembang hingga memiliki Mall Batik Trusmi yang didirikan pada Maret 2011.

Brand nya pun bukan hanya Batik Trusmi saja tetapi ada pula Batik IBR dan Pesona Batik dengan jumlah cabang yang terus berkembang hingga ke beberapa daerah lainnya seperti Jakarta, Bandung, hingga Medan.

Dalam proses pembuatan motif batik, Sally terbiasa berdiskusi dengan para perajin di Batik Trusmi sehingga bisa mendapat berbagai macam masukan. Inspirasi lainnya ternyata juga didapatnya dari traveling.

"Aku dari dulu memang hobi traveling, di dalam negeri maupun luar negeri. Kalau kita pergi ke tempat-tempat yang baru atau jarang kita datangi, biasanya suka dapat ide-ide baru yang fresh, unik dan menarik. Jadi inspirasi sebenarnya bisa datang dari mana saja, yang penting kita mengerjakannya dari hati," tuturnya.

 

5 dari 5 halaman

Pentingnya Kolaborasi

Memgenai perkembangan motif batik saat ini, menurut Sally sebenarnya masih terus lahir motif-motif baru yang menarik dan kekinian. Namun untuk disandingkan atau menyamai motif-motif batik yang klasik tentu tidak mudah karena eranya sudah berbeda.

"Harus selalu mengikuti perkembangan kalau tidak kita akan ketinggalan, dan dilupakan banyak orang. Kolaborasi juga tak kalah penting. Sekarang ini kolaborasi sangat penting agar bisa terus eksis dan diingat banyak orang," ungkap Sally.

Salah satu buktinya, Batik Trusmi baru saja berkolaborasi dengan desainer Ayu Dyah Andari dalam koleksi 'Basundari: Kala di Wedari'. Koleksi batik kombinasi ini merupakan upaya menghidupkan batik mega mendung dengan elemen bunga mawar, bunga teratai, dan batik kawung menjelang Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2022.

Dengan beragam model dari pakaian sehari-hari hingga formal, Sally mengatakan ini adalah upaya dirinya dalam melestarikan batik. Koleksi Basundari: Kala di Wedari ditampilkan dalam ajang fashion show yang digelar di Hotel Intercontinental Pondok Indah, Jakarta Selatan, Jumat, 30 September 2022.