Sukses

Pria Indonesia Makan di Restoran ala Warteg di Taiwan, Kaget Begitu Tahu Harganya

Seperti di warteg, restoran di Taiwan itu menyajikan aneka makanannya di sebuah etalase kaca.

Liputan6.com, Jakarta - Warung Tegal alias warteg kerap jadi andalan mereka yang butuh mengisi perut. Itu karena warteg umumnya menyajikan makanan khas rumahan, rasanya enak, dengan harga murah meriah.

Pernahkah Anda membayangkan makan dengan sistem ala warteg ada di luar negeri? Seorang pria berbagi pengalaman ketika membeli makanan di restoran Taiwan dengan sistem mirip warteg di Indonesia.

Momen tersebut ia bagikan melalui akun TikTok @fxeedo. Sama seperti di warteg, rumah makan di Taiwan itu menyajikan aneka makanannya di sebuah etalase kaca. 

Pelanggan yang datang hanya perlu menunjuk lauk apa yang mereka inginkan dan pegawai akan mengambilkannya. "Pokoknya ini adalah makanan paling merakyat bagi kita mahasiswa atau pekerja di Taiwan," terang pria tersebut.

Rumah makan dengan sistem penyajian ala warteg ini disebut sebagai bian dang di Taiwan. Konsep yang dipakai di rumah makan ini adalah menu perpaduan satu nasi, satu lauk, dan empat sayur.

Makanan yang disajikan pun cukup lengkap dan beragam. Makanan yang ia beli untuk dibawa pulang dikemas di sebuah wadah kotak yang terbuat dari kertas tebal.

Pria ini kemudian menunjukkan menu apa saja yang ia beli di rumah makan tersebut. Pertama ia membeli ayam goreng Taiwan berukuran yang cukup besar. Ada pula kentang goreng, dan sayuran yang melengkapi makanannya saat itu. Makanan tersebut dibanderol dengan harga berkisar antara NTD65 hingga NTD80 (sekitar Rp32 ribu hingga Rp40 ribu).

Pria itu mengaku kaget karena harga ini termasuk murah bagi orang Indonesia di Taiwan yang menurut pemilik akun biasanya membeli makanan minimal seharga Rp50 ribu. Itu pun rasanya belum tentu cocok dengan lidah orang Indonesia.

2 dari 4 halaman

Penyelamat Mahasiswa

Kalau ingin membeli makanan khas Indonesia, bisa dijumpai di beberapa restoran tapi harganya bisa lebih mahal lagi.  Video ini lantas menarik perhatian warganet. Beragam komentar memenuhi unggahan ini.

"Wah, mahalan makan nasi campur di Batam," komentar seorang warganet. "Makanan saya tiap hari pas dulu kuliah di sana hehehe," komentar warganet lainnya. "Wah murah sih ini buat ukuran Taiwan. Beneran penyelamat buat mahasiswa hahaha," tulis warganet lainnya.

Taiwan bukanlah negara dengan mayoritas penduduk muslim. Tapi siapa sangka lingkungan yang cukup nyaman, bersih, dan keramahan penduduk Taiwan berhasil menggaet para traveler muslim.

Merujuk survei Global Muslim Traveler Index (GMTI) yang dirilis Crescent Rating Mastercard pada 2019, Taiwan merupakan destinasi favorit ketiga wisatawan muslim dunia setelah Inggris dan Jepang. Karena itu, pemerintahnya terus berupaya memberikan kenyamanan bagi pelancong muslim.

Di Taiwan ada 46 unit hotel properti ramah muslim, dengan 28 di antaranya telah mendapatkan sertifikasi. Jumlah tersebut belum termasuk enam destinasi wisata di sekitar Taipei, ibu kota Taiwan, yang juga mendapatkan sertifikat ramah Muslim.Dengan adanya sertifikat ramah muslim menyatakan destinasi tersebut mampu memenuhi berbagai standar internasional terkait.

3 dari 4 halaman

Street Food

Salah satu destinasi wisata favorit wisatawan muslim adalah Pasar malam Fengjia atau Feng Chia. Pasar malam terpopuler di kota Taichung, ini hanya satu kilometer dari Universitas Feng Chia.

Di pasar malam terbesar di Taiwan ini, Anda dapat menemukan banyak makanan lezat, toko pakaian, sepatu, aksesori, dan ponsel. Soal harga, Anda tidak perlu khawatir karena harga barang-barang di Pasar Malam Fengji dikenal murah.

Pasar ini banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Kebanyakan dari mereka adalah anak muda. Jika membawa kendaraan ke sini, ada tempat parkir yang memadai dan cukup mudah dijangkau.

Pasar malam ini dikenal dengan kedai makanan jalanan (street food), seperti aneka satai, cumi, udang, gurita, mochi panggang, jagung bakar, pancake rumput laut, dan aneka dimsum. Ada pula beberapa kedai makanan berlabel halal.

Untuk menarik lebih banyak wisman, Taiwan akan mengakhiri karantina wajib COVID-19 untuk kedatangan turis mulai 13 Oktober 2022 dan bersiap menyambut wisatawan kembali. Pemerintah setempat pun sedang bersiap-siap membuka diri dari dunia luar. 

4 dari 4 halaman

Menghapus Karantina

Taiwan telah mempertahankan beberapa aturan masuk dan karantinanya saat sebagian besar wilayah Asia lainnya sudah melonggarkan atau mencabutnya sepenuhnya. Pada bulan Juni lalu, Taiwan sempat memangkas jumlah hari yang diperlukan dalam isolasi untuk kedatangan menjadi tiga hari dari sebelumnya tujuh hari.

Taiwan telah melaporkan 6,3 juta kasus positif Covid-19 sejak awal tahun, didorong oleh varian Omicron yang lebih menular. Dengan lebih dari 99 persen yang tidak menunjukkan atau hanya mengalami gejala ringan, pemerintah telah melonggarkan pembatasan dalam "model Taiwan baru".

Dikutip dari Japan Today, Sabtu 1 Oktober 2022, juru bicara kabinet Lo Ping-cheng mengatakan kepada wartawan bahwa dengan populasi yang divaksinasi baik dan pandemi terkendali di dalam negeri, waktunya telah tiba untuk membuka kembali perbatasan. Pendatang masih perlu dipantau kesehatannya selama tujuh hari dan mengikuti tes cepat, tetapi wisatawan akan diizinkan untuk kembali.

Serangkaian aturan lain juga mulai berlaku pada Kamis, 29 September 2022, termasuk mengakhiri tes PCR untuk kedatangan dan melanjutkan masuk bebas visa untuk warga negara dari semua negara yang sebelumnya memiliki status itu. Selama pandemi, warga Taiwan dan warga asing tidak dilarang keluar dan masuk kembali, tetapi harus melakukan karantina di rumah atau di hotel hingga dua minggu.