Liputan6.com, Jakarta - Industri skin care Tanah Air kian berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Tak hanya dari banyaknya produk lokal yang membanjiri pasar, tetapi juga penerapan teknologi dalam produk perawatan kulit. Salah satu faktor pendorongnya adalah konsumen yang makin teredukasi.
Walau serbuan kosmetik dan skin care asing tidak mereda, produk dalam negeri nyatanya tak kalah canggih. Produsen kosmetik makin menyadari pentingnya keberadaan tim riset dan pengembangan (R&D).
Advertisement
Baca Juga
Salah satunya adalah PT Paragon Technology & Innovation yang menaungi berbagai brand seperti Wardah, Make Over, Emina dan Kahf. Mereka baru-baru ini turut diundang dalam forum kosmetik internasional, 32nd IFSCC Congress London 2022.
Berfokus pada riset dan inovasi, Paragon menjadi perusahaan skin care lokal Indonesia pertama yang menghadiri forum yang diikuti oleh 16 ribu brand dan lebih dari 80 negara di seluruh dunia. "Tim R&D kami kini telah berkolaborasi dengan expert nasional dan global," ujar Vice President Research & Development Paragon, dr. Sari Chairunnisa, Sp.KK saat ditemui Liputan6.com, Kamis 6 Oktober 2022.Â
Riset kini menjadi kata kunci dalam menaklukkan persaingan industri kecantikan, khususnya skin care dan kosmetik, di pasar lokal. Hasil riset membantu produsen memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin tersegmentasi, baik dari kategori usia, maupun jenis permasalahan kulit.
"Skin care menariknya mulai didominasi pemain lokal. Data dari penjualan e-commerce dan persentase BPOM untuk notifikasi produk baru kenaikannya mencapai 300 persen,"Â kata Sari.
Pasar Skin Care Tersegmentasi
Contohnya saat Paragon meluncurkan merek Labore, kosmetik yang diformulasikan khusus untuk orang dengan kulit sensitif. Berbasis data yang dimiliki, Anita Fajrin, Senior Scientist Divisi Skincare Paragon menyimpulkan bahwa pengertian kulit sensitif orang Indonesia berbeda dengan definisi umum di luar negeri.Â
"Untuk kulit sensitif sendiri definisi agak menarik karena definisi awalnya sensitif adalah kulit kemerahan yang dermatitis.Namun di Indonesia, konsumen menandainya dengan kondisi seperti mudah berjerawat dengan istilah sensitive acne prone," ia menjelaskan.Â
Berangkat dari temuan itu, pihaknya mulai merancang produk yang sesuai dengan kondisi kulit orang Indonesia. Karena beriklim tropis, orang Indonesia secara spesifik memerlukan produk yang bisa menjaga kelembapan agar kulit tidak gampang kering. Bersama tim, mereka juga menambahkan kandungan yang secara sensori membantu meredakan kondisi sensitif.Â
"Produk luar belum tentu cocok dengan kondisi kulit orang Indonesia karena riset mereka tidak fokus pada orang Indonesia. Itu salah satu kunci skin care lokal bisa memenangkan persaingan," kata Anita.
Advertisement
Skin Care yang Berkelanjutan
Kekuatan riset juga jadi basis pengembangan merek kosmetik dan skincare Nusantics yang baru berdiri pada 2019. Brand ini mengkhususkan pada pengembangan dan penerapan riset genomika dan mikrobioma untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup yang sehat dan berkelanjutan.
"Microbiome merupakan kunci untuk mencapai tubuh sehat dan imunitas tubuh yang kuat, karena setengah dari tubuh kita adalah milik Microbiome yang merupakan kumpulan makhluk tak kasat mata seperti jamur, bakteri, virus, dan arkea," ungkap Brand Manager Nusantics Skin, Ilma Nakya Farradina melalui keterangan tertulis kepada Liputan6.com, Jumat, 7 Oktober 2022.Â
Pihaknya memformulasi produk berdasarkan data profil mikrobiom orang Indonesia. Lantaran berbasis riset, pihaknya tak bisa meluncurkan produk secara instan. Nusantics harus menguji produk mereka dalam waktu paling cepat enam bulan.Â
"Penelitian ini kami lakukan menggunakan in vivo test yang merupakan gold standard dalam uji klinis, dan menggunakan parameter Microbiome langsung pada kulit orang Indonesia," kata Ilma.
Setelah produk yang diklaim aman digunakan untuk mereka yang berusia 18 tahun ke atas diluncurkan, pihaknya juga masih harus mengedukasi konsumen secara aktif. Pasalnya, menurut dia, masih banyak konsumen yang belum mengetahui peran penting mikrobiom pada tubuh.
Tren Kecantikan Terkini
Menurut riset Mintel dan Nielsen, tren kecantikan di Indonesia masih seputar keinginan akan memiliki kulit yang cerah, sebab persepsi lama tentang cantik identik dengan putih masih melekat kuat di benak kebanyakan orang Indonesia. Meski begitu, persepsi itu perlahan bergeser ke arah bahwa kulit juga harus sehat, lembab, dan bercahaya.
Menurut Ilma, trend kecantikan saat ini juga banyak membicarakan tentang pentingnya pertahanan kulit atau skin barrier, sehingga formulasi produk yang beredar dirancang agar bisa memenuhi kebutuhan tersebut. "Bahkan banyak juga yang sudah memulai untuk menerapkan ritual skinimalism atau pemakaian produk yang tidak berlebihan sehingga ritual skin care-nya pun simpel, tidak berlebihan untuk kulit sehingga pertahanan kulit tetap kuat," jelasnya.
Untuk itu, Nusantics mengedukasi tentang pentingnya merawat microbiome dimulai dari hal sederhana. "Sesederhana bijak memakai produk skin care yang alami yang hanya dibutuhkan oleh kulit dan juga microbiome-friendly," katanya.
Nusantics pun ingin memajukan industri kecantikan lokal dengan meluncurkan produk yang sudah diuji melalui teknologi genomika terdepan. Hal ini, kata Ilma, sangat relevan dengan tren saat ini yang banyak mengambil pendekatan clean beauty dan berkelanjutan.
Advertisement