Sukses

Cerita Akhir Pekan: Tren Pernikahan Intim Pascapandemi COVID-19

Terdapat beberapa agenda dalam pernikahan intim yang diprediksi akan tetap dilakukan setelah pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Tidak terhindarkan lagi bahwa pandemi COVID-19 telah mengubah banyak kebiasaan masyarakat global, termasuk dalam menyelenggarakan pesta pernikahan. Selama masa krisis kesehatan global, pernikahan intim telah dilirik lebih banyak pasang mata.

Lalu, bagaimana nasibnya nanti setelah status pandemi COVID-19 dicabut, mengingat sekarang pun sudah banyak aturan pembatasan yang dilonggarkan? Wedding planner berbasis di Bali, Josephine Milka Sumampow, mengatakan bahwa sekarang, pernikahan intim di Pulau Dewata tetap jadi pilihan, baik untuk pasar domestik maupun internasional.

"Pandemi tentunya sangat berperan penting dalam perubahan ini," ia mengatakan melalui pesan pada Liputan6.com, Jumat, 14 Oktober 2022. "Biasanya pasar domestik lebih mempertimbangkan menyelenggarakan pesta pernikahan dengan undangan lebih dari 300 orang."

Ia melanjutkan, "Adanya perjalanan dan kapasitas lokasi pernikahan yang dibatasi selama pandemi, (itu) menurunkan jumlah undangan domestik jadi maksimal 50--100 orang."

Tren pernikahan intim selama pandemi ini, kata Milka, masih terasa hingga sekarang, dengan jumlah undangan pasar domestik naik sedikit: 100--150 orang. "Untuk pasar internasional tentunya jumlah undangan lebih sedikit lagi," imbuhnya.

Milka berkata, "Normalnya pasar internasional untuk pernikahan intim jumlah tamunya berkisar antara 10 hingga 70 orang. Saat ini, sudah mulai bergerak ke 10--30 orang. Saat pandemi, hampir tidak ada pernikahan internasional karena kesulitan dalam melakukan perjalanan."

"Tapi, beberapa pasangan yang sudah tinggal di Bali menyelenggarakan pernikahan hanya berdua atau biasa disebut elopement wedding," sambungnya.

 

 

2 dari 4 halaman

Tren Pernikahan Intim Pascapandemi

Soal tren pernikahan intim pascapandemi, Milka berpendapat, justru akan kembali bergeliat, karena "Bali mempunyai aura cinta yang kuat untuk para calon pengantin." "Selain itu, segala sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menyelenggarakan pernikahan sudah terbangun dengan baik di Bali," ia menuturkan.

"Undangan tidak hanya menghadiri pernikahan, tapi bisa mengunjungi kawasan wisata di seantero Bali. Setelah perjalanan wisata dan pemberian visa dipermudah pemerintah, Chroma Wedding sudah menyelenggarakan beberapa pernikahan, baik dari pasangan domestik maupun internasional di beberapa venue di Bali," ujarnya.

Milka melanjutkan, "Walau belum setara dengan jumlah pernikahan pada 2019, kebijakan pemerintah, terutama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang membuka kembali perjalanan wisata dari mancanegara dan mempermudah perjalanan domestik, sangat membantu bertumbuhnya kembali minat para pasangan calon pengantin untuk menyelenggarakan pernikahan di Bali."

Pascapandemi, katanya, format pernikahan intim untuk klien domestik akan menyesuaikan gaya klien mancanegara. "Sebelum pandemi, jarang klien domestik kami yang membuat acara yang biasa dilakukan klien mancanegara, seperti welcome dinner sehari sebelum pernikahan untuk semua keluarga dan recharge party, acara sarapan atau brunch bersama di hari setelah pernikahan sebelum mereka pulang," tuturnya.

 

3 dari 4 halaman

Mengadopsi Agenda Pasangan Mancanegara

Tren welcome dinner, Milka menjelaskan, sebenarnya adaptasi dari klien mancanegara yang kebanyakan dua belah pihak keluarga belum pernah bertemu, sehingga ini jadi ajang perkenalan. Sedangkan recharge party umumnya merupakan acara perpisahan bagi para sahabat dan keluarga yang kebanyakan tinggal di negara yang berbeda.

"Ke depan, Chroma Wedding membuat motto 'Expand More and More Personalized.' Maksudnya akan membuat acara-acara yang lebih menarik dan personal. Tidak hanya pada hari pernikahan, tapi bisa sebelum maupun sesudahnya," ia mengatakan.

Ia menyambung, "Selain itu, karena banyaknya permintaan pasangan domestik yang tinggal di luar negeri untuk membuat hari pernikahan yang unik dan simpel dengan menggabungkan acara adat masing-masing budaya, Chroma mencoba mempelajari dan berkonsultasi dengan klien sampai bisa merealisasikan pernikahan bergaya adat fusion."

Di samping itu, pandemi juga melahirkan tren dekorasi baru, mengingat sempat adanya keterbatasan bunga-bunga impor. "Tren dekorasi sekarang akhirnya banyak menggunakan bunga lokal dan bunga kering, tentunya dengan beragam pilihan dari seluruh Indonesia," Milka mengatakan.

4 dari 4 halaman

Yang Harus Dipertimbangkan

Menurut Milka, yang paling harus dipertimbangkan dari setiap pasangan yang ingin menikah di Bali adalah alokasi dana. "Sepertinya klise, tapi ini adalah yang menentukan apakah pernikahan impian Anda bisa terwujud atau diperlukan penyesuaian," tuturnya.

"Jika budget sudah ditentukan dengan batas atas dan batas bawah, cari wedding planner lokal yang bisa dipercaya. Mereka bisa mengalokasikan budget dengan lebih bijaksana dan mencarikan vendor-vendor terbaik dengan harga yang reasonable," ia menyambung.

"Wedding planner yang pintar akan sebisa mungkin mewujudkan pernikahan impian Anda, walau dengan budget yang terbatas," katanya. "Istilahnya subsidi silang. Misalnya ingin venue mahal, tapi budget terbatas, mungkin bisa mengurangi biaya transportasi."

"Jika budget tidak terbatas, buy out luxury villa atau hotel bintang lima juga bisa jadi pilihan terbaik. Klien akan dilayani secara personal," ucapnya.

Lebih lanjut Mika memberi tips memilih perencana pernikahan yang terpercaya. "Mereka biasanya mempunyai track record yang baik dengan testimonial klien. Kemudian, mempunyai perusahaan, bukan perseorangan. Tergabung dalam asosiasi. Misalnya, yang di Bali itu Bali Wedding Association," tutupnya.

Jadi, apakah Anda salah satu yang akan melanggengkan tren pernikahan intim pascapandemi?