Liputan6.com, Jakarta - Upaya Thailand membebaskan gorila terakhirnya dari kebun binatang pribadi terhenti setelah pemilik primata berusia 33 tahun itu menolak tawaran penjualan. Aktivis hak-hak binatang telah lama menyerukan pembebasan Bua Noi, yang telah menghabiskan lebih dari 30 tahun di kandang di kebun binatang Pata yang terletak di lantai tujuh sebuah mal di ibu kota negara itu.
Melansir SCMP, Rabu (26/10/2022), Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Thailand, pekan lalu, mengatakan bahwa pihaknya berencana membeli gorila betina dari department store Pata Pinklao yang mengelola kebun binatang. Primata itu awalnya akan dibeli senilai 30 juta baht (Rp12,4 miliar).
Advertisement
Baca Juga
Pihaknya menambahkan, kampanye penggalangan dana dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan uang tersebut demi merelokasi Bua Noi ke Jerman, tempat ia dilahirkan. Di sana, primata yang dijuluki "gorila paling malang di dunia" ini diharapkan menghabiskan sisa hidupnya dengan gorila lain di lingkungan yang lebih baik.
Namun, perusahaan pemilik department store menggagalkan upaya kementerian mengakhiri penderitaan Bua Noi, yang dilaporkan terkurung dalam ruang berukuran panjang 20 m dan lebar 10 m di kebun binatang yang dimulai pada 1983. Perusahaan itu mengatakan, mereka menghabiskan 10 ribu baht (Rp4,1 juta) per bulan untuk merawat hewan itu.
"Para eksekutif department store menolak rencana merelokasi gorila seperti yang diminta Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Thailand). Mereka tidak yakin bahwa Bua Noi, yang telah terbiasa dengan ketiadaan patogen alami, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru," kata perusahaan itu dalam sebuah unggahan Facebook, akhir pekan kemarin.
Dirawat dengan Baik?
Menyebut Bua Noi sebagai "hewan yang disayangi," kebun binatang Pata mengatakan bahwa mereka "merawat hewan itu dengan baik." Juga, menyadari bahwa hewan itu bisa mati kapan saja karena usianya yang sudah tua, situs berita Thai Examiner melaporkan.
Menteri Lingkungan Thailand, Varawut Silpa-archa, mengatakan pemerintah akan berkonsultasi dengan ahli konservasi sebelum memutuskan masa depan gorila tersebut. Pada 2020, penyanyi dan aktivis hewan Cher mendorong kebebasan Bua Noi.
Ia bahkan menawarkan mendanai pemindahan gorila itu ke tempat perlindungan di Republik Kongo. Cher mendesak "orang-orang baik di Bangkok" membantunya "menghentikan penyiksaan terhadap hewan yang tidak bersalah."
"Itu adalah dosa. Tolong bantu saya membawa perdamaian untuk hewan-hewan ini dan bebaskan mereka dari kebun binatang Pata ... Pusat perbelanjaan," katanya di Twitter. Kebun Binatang Pata juga menampung hewan lain, termasuk orangutan, beruang hitam, harimau, dan ular piton albino Burma.
New York Post melaporkan, Thanetpol Thanaboonyawat, sekretaris Menteri Sumber Daya Alam Thailand, mengatakan, "Kami telah mengadakan kegiatan di masa lalu untuk mengkampanyekan pembebasan Bua Noi dan mengumpulkan dana."
Advertisement
Mengerikan dan Kejam
Thanaboonyawat menyambung, seperti dikutip dari ViralPress, "Kami mengumpulkan sumbangan dari pendukung Bua Noi. Tapi masalahnya, pemilik menolak menjual Bua Noi. Ketika ia setuju untuk menjualnya, harganya terlalu tinggi."
Ia menjelaskan, Bua Noi dianggap milik pribadi, jadi mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk merelokasinya. Pemiliknya membelinya seharga 3 juta baht dari Jerman ketika ia berusia satu tahun. "Pemiliknya membeli Bua Noi sebelum undang-undang diberlakukan untuk mencegah perdagangan dan kepemilikan satwa langka dan satwa liar," jelasnya.
Kebun binatang itu pernah diperintahkan untuk ditutup pada 2015 oleh pejabat Departemen Taman Nasional, Margasatwa, dan Konservasi Tumbuhan Thailand setelah diketahui tidak memiliki dokumen yang sah. Kebun binatang akhirnya dibuka kembali dan tetap memiliki gorila itu.
Menurut Wakil Presiden Senior PETA Asia, Jason Baker, kondisi tempat tinggal Bua Noi "mengerikan dan kejam," menambahkan bahwa hewan itu menderita "tekanan psikologi yang ekstrem."
"Fasilitas lusuh ini secara internasional dikutuk sebagai salah satu kebun binatang terburuk di dunia," katanya. "Saya mendesak semua orang untuk terus menekan Kebun Binatang Pata dan menuntut agar PETA membantu memensiunkan hewan-hewan ini ke cagar alam terkemuka yang akan memenuhi kebutuhan fisik dan mental mereka."
Â
Kata Kebun Binatang
Seorang juru bicara kebun binatang membantah ada "negosiasi untuk menjual Bua Noi dengan siapa pun atau agensi mana pun." "Gorila yang menua itu telah menghabiskan hidupnya di kebun binatang dan telah terbiasa dengan lingkungan ini dan tempat bebas penyakit selama lebih dari 30 tahun," katanya.
Direktur kebun binatang Kanit Sermsirimongkol menyatakan "tidak ada masalah" dengan hewan-hewan yang tinggal di kebun binatang di atap gedung. Juga, bahwa ekspresi sedih Bua Noi, yang banyak dikaitkan dengan kondisi kehidupannya, hanyalah "ekspresi wajah alaminya."
"Sebelum pembukaan, kami berkonsultasi dengan ahli zoologi dan dokter hewan dan hanya memilih hewan yang cocok untuk kebun binatang. Mereka pun diperlakukan dengan baik," katanya.
"Kritik itu bukan urusan saya karena kami yang tahu kondisi hewan tersebut. Orang-orang itu melihat fotonya di internet dan menganggap ia depresi. Tapi, begitulah ia terlihat seperti manusia, beberapa memiliki wajah sedih dan beberapa memiliki wajah bahagia," tegasnya.
"Kami telah merawat Bua Noi seperti anak kami sendiri," lanjutnya. "Saya tahu bahwa suatu hari kami harus mencarikannya rumah baru yang cocok, tapi bukan ide yang baik untuk segera melepaskannya kembali ke alam liar tanpa mengajarinya cara bertahan hidup sendiri."
Advertisement