Sukses

Usaha Daur Ulang Sampah Plastik Kemasan Kosmetik Jadi Perabot Fungsional

Plastik kemasan kosmetik menjadi salah satu biang masalah lingkungan bila tidak dikelola dengan baik.

Liputan6.com, Jakarta - Sampah plastik kemasan masih jadi momok untuk kesehatan lingkungan. Salah satu upaya yang digencarkan adalah mendaurulangnya menjadi barang baru yang fungsional.

Itulah yang melatari Trashsmith membuka bisnis daur ulang plastik untuk menjadi beragam perabot sekitar 2020. Usaha yang berbasis di Bandung, Jawa Barat itu saat ini digawangi empat orang, ditambah pekerja tambahan untuk proses produksi.

"Ketahanan plastik sangat bagus karena enggak lapuk kena air, enggak dimakan rayap, enggak berkarat juga. Memang punya kelemahan, yaitu kalau kena suhu yang sangat tinggi, misal kena api dalam waktu lama," kata Bintang Alief Gantyna, pendiri TrashSmith, pada Liputan6.com, Rabu, 26 Oktober 2022.

Bahan baku plastik didapat dari beragam sumber. Ada yang dikumpulkan dari tempat penjualan air isi ulang, sumbangan dari masyarakat, serta hasil pengumpulan perusahaan. Salah satu yang bermitra adalah Emina. Mereka menyerahkan kemasan kosmetik kosong alias empties untuk diolah menjadi beragam perabot.

"Akhirnya kita ngeiyain karena Emina dan Paragon tindakannya riil gitu. Sampah dari empties beneran. Sampah itu yang kita olah. Kita enggak hanya fokus ke hasilnya, prosesnya juga dipikirkan," ujarnya.

Ia menyebut semua kemasan kosmetik pada prinsipnya bisa diolah, tapi ia fokus pada jenis PP dan ABS. Bersama tim, mereka menentukan jenis perabot yang akan dihasilkan.

"Tim desain dari kami dan Paragon bareng-bareng brainstorming soal produk yang relevan untuk dibikin. Tentu nyesuain dengan kita punya material, kemampuan produksi, dan lain-lain," ucap Bintang dalam jumpa pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.

2 dari 4 halaman

Daya Tahan

Setelah berdiskusi, mereka sepakat membuat rak buku dan bangku, ditambah cermin dan makeup tray sebagai hadiah untuk konsumen. Sementara, rak buku dan bangku diserahkan ke taman baca yang ada di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Clarissa A. Gunawan, Teens & Emerging Brand Group Head Emina, menjelaskan pihaknya berhasil mengumpulkan sekitar satu ton sampah kemasan hasil pengumpulan gabungan dari Emina dan Paragon. Tiga kilogram sampah plastik bisa menghasilkan satu bangku, sedangkan butuh 35 kilogram sampah untuk membuat satu rak buku. 

"Untuk kursinya, data empirik uji coba kami bisa menahan beban lebih dari 75 kilogram (orang berdiri di atas dan sedikit lompat-lompat)," kata Bintang. "Kalau untuk rak buku juga cukup kuat. Tiap kompartemen di rak buku bisa menahan kira-kira 10kg lebih."

Sejauh ini, mereka sudah memproduksi delapan bangku dan tiga rak buku. "Butuh sekitar kurang dari satu bulan untuk (menghasilkan) sebanyak itu," imbuh dia. 

 

3 dari 4 halaman

Perawatan

Bintang menyebut, perabotan itu tak perlu perawatan khusus karena sifat plastik yang tahan lama. Hanya untuk menjaga tampilannya tetap kinclong, rak bisa dilap dengan lilin.

Ia mengaku, proses pembuatannya juga relatif mudah. Sampah yang sudah dikumpulkan lalu dibersihkan dan dicacah menjadi serpihan. Tujuannya mengurangi volume dan udara sehingga hasilnya nanti padat.

Kemudian, plastik dicetak menggunakan cetakan logam menjadi papan. Mereka menggunakan oven, dibakar dalam suhu tinggi. Butuh oven berukuran besar agar bisa menghasilkan papan itu. Belum lagi harus memikirkan kombinasi warna agar terlihat artistik. 

Setelah papan tercetak, saatnya mengamplas agar permukaan halus dan aman digunakan, terutama oleh anak-anak. Pihaknya sengaja membuat perabot yang bisa dibongkar pasang agar memudahkan dalam proses pendistribusian. "Jadi nanti di sana tinggal dipasang ulang," katanya.

Selain bangku dan rak buku, TrashSmith juga memproduksi coaster, asbak portabel, dan tempat vinil. Ia sengaja membuat produk tersebut untuk menarik atensi anak-anak muda. "Kalau kita ingin menarik audiens, kita ajak dengan cara yang asyik juga," ucapnya. Mayoritas pembeli produknya adalah para pemilik usaha, seperti kedai kopi, lantaran masih banyak individu yang menganggap produk mereka aneh.

4 dari 4 halaman

Pengumpulan dan Pemilahan

Namun, upaya daur ulang tak bisa dilepaskan dari pengumpulan sampah kemasan. Untuk itu, Emina menyediakan beauty bin dan layanan penjemputan sampah dari konsumen bekerja sama dengan Lyfe Witness.

"Drop beauty bin itu enggak hanya untuk produk Emina saja," ujar Clarissa yang akrab disapa Sasa.

Selain itu, Emina juga mengedukasi konsumen soal cara pengiriman sampah kemasan. Hal pertama adalah kemasan dicuci bersih dan dikeringkan sebelum dimasukkan ke dalam wadah. Sejauh ini, ada 42 titik pengumpulan kemasan tersebar di sejumlah toko Guardian. Sementara, layanan penjemputan saat ini terbatas di wilayah Jawa.

"Kita akan perbesar lagi karena kita sadar ketika ngomongin distribusi Emina itu ke seluruh Indonesia," ujar Sasa.

Pihaknya sedang membahas cara pengumpulan sampah yang efektif. Salah satunya memanfaatkan para distributor sebagai tempat pengumpulan sampah kemasan sebelum diolah pihak yang berkapasitas.

"Kita biasanya pisahin tutup dari badan kemasannya. Pisahin dari materialnya, dipilah sesuai warna, sehingga enak ngolahnya, dan harus bersih," imbuh Bintang.