Liputan6.com, Jakarta - Berkedip terasa rugi! Saking memesona, begitulah kesan yang ditinggalkan presentasi BINhouse di landasan pacu Jakarta Fashion Week (JFW) 2023, Kamis siang, 27 Oktober 2022. Semarak warna-warni kebaya dan kain berpadan sedemikian rupa sukses meramu pertunjukan fesyen yang terasa "penuh."
Memboyong koleksi bertajuk "Lambaian Kain," rumah kain yang sudah berdiri sejak 1986 itu memastikan keikutsertaan ke sembilan kalinya di JFW. "Kami simply sangat senang bisa kembali ke JFW setelah dua tahun, dan tidak sabar berbagi cerita dengan masyarakat luas," kata direktur pemasaran BinHouse, Airlangga Sjah Komara, dalam jumpa pers, Kamis, 27 Oktober 2022.
Tidak kurang dari 62 tampilan melenggang di runway pekan mode bergengsi tersebut. Kepala desainer BINhouse, Theresia Perwitasari, bercerita bahwa koleksi tersebut terinspirasi dari kain itu sendiri. "Bagaimana (kain) bisa dipakai sehari-hari maupun ke acara tertentu," tuturnya.
Advertisement
Baca Juga
Di presentasi JFW 2023, pihaknya menambah koleksi tenun ikat dalam daftar busana pamer. Wita, begitu ia akrab disapa, mengatakan, "Inovasi barunya adalah lurik sutra yang dihidupkan kembali." Sejalan dengan itu, mereka memang ingin menghidupkan kembali pakem-pakem batik tradisional dengan terobosan baru.
Dalam keterangannya, BINhouse menyebut bahwa mereka menampilkan desain busana mengikuti struktur tekstur bahan, yang dalam peragaan tampak cenderung tipis, sehingga seni ikat-mengikat tampak begitu kentara. Itu juga membuat detail lekukan dari penataan kain terpandang jelas.
Sarat Keterampilan Tangan
Elang, sapaan akrab Airlangga, menjanjikan permainan bahan yang apik dalam presentasi "Lambaian Kain." Dalam catatannya, BINhouse telah jadi rumah kain yang mengeksplorasi penggunaan material dengan cukup aktif, dari ikat tenunan tangan, hingga tenunan yang menggunakan berbagai jenis serat, termasuk sutra dan katin.
"Banyak finishing kain sarat keterampilan tangan yang sangat menarik," katanya menambahkan titik sorot atensi dalam koleksi tersebut. Seperti koleksi-koleksi sebelumnya, kreasi busana mereka dikerjakan dengan "penuh kontemplasi dan teknik keterampilan kriya yang tinggi."
Dalam presentasi, BINhouse memboyong kain dan kebaya bergaya edgy. "Tapi, tidak sembarang edgy. Namun, bagaimana ini jadi medium mengekspresikan diri, terutama bagi orang-orang lebih muda," kata Elang, menambahkan bahwa pelanggan muda sekarang cenderung mencari sesuatu yang unik.
Renungan akan gagasan-gagasan itu kemudian direfleksikan dalam presentasi semarak mereka dalam empat rangkaian di landasan pacu JFW 2023. Kebaya-kebaya berwarna merah, ungu, hijau sage, dan hijau neon jadi pembuka yang menarik perhatian. Dalam padu-padannya, mereka juga menghadirkan outer, termasuk dalam potongan panjang. Juga, tidak ketinggalan finishing asimetris di sana-sini.
Advertisement
Tabrak Warna dan Motif
Warna-warna lebih lembut, seperti merah muda, juga diperlihatkan dengan aksen bahan menjuntai di bagian lengan kebaya kutubaru yang menawan. Atasan tanpa lengan pun dipadukan dengan outer dalam konsep tabrak warna yang menarik.
Perpaduan motif di beberapa potongan kebaya pun jadi pernyataan gaya yang lembut, namun memesona. Menjelang akhir rangkaian, BINhouse sepertinya enggan mengendurkan atensi penonton dengan memunculkan banyak aksen ombre, baik di kain maupun kebaya.
Berbagai potongan lengan, dari yang menyerupai jubah, sampai circular flounce, semua dipersembahkan dalam porsi yang pas. Mempermanis tampilan, mereka juga menambah aksen ruffle di sana-sini sebagai penegasan pernyataan mode.
Konsep presentasinya pun tidak kalah memukau, dengan satu-satunya model pria berdansa di dua rangkaian ia tampil. Di salah satunya, ia bahkan "berduet" dengan beberapa model perempuan, membuat para penonton duduk sedikit maju di tempat duduk.
Kendati Elang menyebut mereka harus melewati banyak tantangan untuk mempersembahkan koleksi teranyar di JFW 2023, sandungan-sandungan itu sepertinya terlangkahi dengan sebagaimana mestinya, terbayar melalui presentasi fesyen yang memukau.
Fashion Reformation
JFW 2023 masih akan terselenggara sampai Minggu, 30 Oktober 2022. Dalam penyelenggaraan yang kembali luring setelah dua tahun, mereka mengusung semangat "Fashion Reformation."
Di acara pembukaan, awal minggu ini, CEO GCM Group & Chairwoman JFW, Svida Alisjahbana, menyampaikan bahwa JFW 2023 membawa banyak arti dengan tempat penyelenggaraan baru dan momen pandemi yang diharapkan akan segera berakhir. "Kami berusaha mengangkat reformasi fesyen, bagaimana era distruktif ini mengubah kita dari segi presentasi dan delivery-nya," kata Svida.
"Fashion Reformation" sendiri menyiratkan semangat regenerasi di industri mode Tanah Air. Tema ini sekaligus jadi bentuk perayaan kreativitas dan kebangkitan para insan mode usai masa pandemi.
Creative Director Jakarta Fashion Week, Andandika Surasetja, mengatakan bahwa "Fashion Reformation" yang jadi tema utama JFW 2023 cukup menantang dengan banyak hal baru yang coba diusung. "Kita mencoba mempertemukan desainer lintas generasi. Dari 116 desainer yang tampil, bukan cuma maestro, tapi juga embrance desainer yang baru pertama kali," katanya di kesempatan yang sama.
Advertisement