Liputan6.com, Jakarta - Hitung mundur menyambut 2023 terus mendekati akhir. Artinya, berbagai tren tahun depan mulai bisa disimak, termasuk bahan baku produk kosmetik. Ketua Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (PERKOSMI), Sancoyo Antarikso menyatakan bahwa kosmetik nyatanya tidak hanya produk wajah, tapi juga mulut dan gigi.
"Pemahaman (kosmetik) cukup luas dan bisa dipakai wanita maupun pria," ucapnya saat jumpa pers di area pameran Indonesia Cosmetics Ingredients (ICI), Expo, dan Seminar 2022, di Jakarta, Selasa, 25 Oktober 2022.
Advertisement
Baca Juga
Soal tren bahan baku produk kosmetik tahun 2023, Sancoyo menyebut bahwa perubahan perilaku karena pandemi masih akan terbawa tahun depan. Ia berkata, "Karena personal hygiene masih diperhatikan, bahan-bahan natural akan dikembangkan lagi."
Kemudian, konsumen juga akan "menuntut" produk menjabarkan cara mendapatkan bahan baku produk. "Bagaimana bisa menumbuhkembangkan ingredients berbasis natural," imbuhnya.
Tim Ahli PERKOSMI sekaligus juri Innovation Zone di ICI 2022, Nuning S. Barwa, menyambung bahwa tren-tren kosmetik selama pandemi masih akan jadi bahan evaluasi, termasuk vegan cosmetic. Selain, dirinya juga memprediksi bahan baku kosmetik berbasis sirkular ekonomi.
"Pemanfaatan limbah, seperti bonggol jagung dan biji alpukat, sebagai bahan baku natural scrub, sehingga bisa menggantikan bahan scrub berbahan plastik. Kemudian, limbah kulit buah langsat juga berfungsi sebagai bahan pencerah kulit," paparnya dalam keterangan terpisah pada Liputan6.com, Jumat, 28 Oktober 2022.
"Melalui pemanfaatan daur ulang ini, sampah, emisi, dan energi yang terbuang dapat diminimalisasi," ia menyambung.
Tantangan Penyediaan Bahan Baku Lokal
Lebih lanjut Nuning berkata, Indonesia adalah negara dengan kekayaan megabiodiversitas nomor dua di dunia setelah Brasil. Sayang, dengan kekayaan sumber bahan baku alam yang melimpah, baik di darat maupun laut, masih sedikit sekali produsen-podusen bahan baku kosmetik maupun produsen kosmetik yang memanfaatkannya.
"Umumnya para produsen kosmetik memilih bahan baku impor," tuturnya.
Nuning menggarisbawahi memang ada banyak tantangan untuk mengembangkan bahan baku lokal berbasis bahan alam Indonesia. Ini termasuk ketersediaan tenaga kerja yang harus pengetahuan luas dan berdedikasi tinggi untuk mengelolanya dengan baik.
"Kemudian, modal untuk investasi sebagai produsen bahan baku. Dibutuhkan pula peralatan canggih dan mahal untuk mentransformasi bahan baku natural jadi bahan baku kosmetik yang aman, bermutu, serta terjamin suplai dan data telusurmya," ia mengutarakan.
"Sebagai produsen bahan baku yang handal, harus mempunyai sertifikat, termasuk sertifikat cara produksi yg baik (GMP), bukti riset invitro dan invivo unt mendukung keamanan dan efikasinya, dan khususnya data pendukung klaim pada kosmetik," ia menyambung.
Â
Advertisement
Zona Inovasi
Mendorong pemanfaatan bahan baku lokal tersebut, ICI Expo dan Seminar 2022 menggagas Zona Inovasi. Nuning menyebut bahwa para pemenang sudah diumumkan pada Kamis, 27 Oktober 2022.
Pemenang dalam kategori produsen bahan baku lokal adalah D-CARE CRYSTAL OD: produsennya PT Dunia Kimia Jaya dan distributornya PT. Lautan Luas Tbk. Ia menyebut, sebenarnya ada empat finalis produsen lokal.
"Tapi, hanya ada satu pemenang karena banyak data-data dari ketiga finalis yang harus dilengkapi para produsen yang umumnya terkait jaminan keamanan, efikasi, dan jaminan keberlanjutan," ia mengatakan.
Saat jumpa pers, Nuning mengatakan, "Kami ingin mencoba meningkatkan local content. (Zona Inovasi) juga menghadirkan kompetisi supaya mampu bersaing, baik dari produsen dalam maupun luar negeri."
Nuning menyebut, ada enam parameter dalam menilai pemenang "Zona Inovasi." Pertama, asal bahan baku produk kosmetik. "Apakah natural, vegan, mengandung bahan kimia, atau pure natural," ia menuturkan. "Kemudian, produksi sendiri atau kolaborasi dengan siapa, bahkan beli pada siapa."
Gelorakan Bahan Baku Lokal
Nuning menyebutkan parameter lainnya, yakni jaminan daya transparansi dan telusur dari bahan baku. "Jadi, bagaimana bahan baku dikreasikan, (memeriksa) sertifikasi yang mereka miliki untuk menjamin kredibilitas," ujarnya.
"Selanjutnya, bagaimana pembuktian bahan ini aman dan punya bukti klaim (produk). Jadi, efikasinya berdasarkan data," ia mengatakan. "Lalu, apakah bahan baku bisa mendukung tren kosmetik sampai tahun 2045, baik secara tren lokal dan global."
Terakhir, apakah bahan baku produk tersebut sudah sesuai aturan nasional, ASEAN, Amerika Serikat, maupun Uni Eropa. Sejalan dengan dorongan kemunculan ragam bahan baku lokal, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik Badan POM, Reri Indriani, berharap bahwa ketergantungan bahan baku impor bagi produk kosmetik lokal bisa dikurangi.
"Inovasi (bahan baku lokal untuk produk kosmetik) ini harus dibarengi dengan mempertimbangkan aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek keberlanjutan," katanya. "Kesiapan industri kosmetik (untuk berjalan) sesuai tren akan meningkatkan kemudahan usaha pengembangan kosmetik."
Reri menyambung, "Mempersiapkan produk yang aman digunakan konsumen adalah tanggung jawab kita semua. (Inovasi) dapat meningkatkan kualitas produk kosmetik yang mampu berdaya saing, namun tetap mengedepankan aspek keamanan, kemanfaatan, dan mutu kosmetik."
Advertisement