Sukses

Waspada Merek-Merek Greenwashing, Klaim Ramah Lingkungan Sebatas Janji Manis

Semangat anti-greenwashing ini salah satunya diwujudkan Unilever dalam kampanye "Every U Does Good" yang sudah memasuki tahun ke-2.

Liputan6.com, Jakarta - Klaim ramah lingkungan telah riuh digemakan sederet merek, dari UMKM sampai perusahaan global, seiring narasi krisis iklim yang gencar disuarakan dan menarik atensi publik. Bersamaan dengan itu, tuduhan greenwashing juga makin kencang berhembus.

Melansir Tech Target, Selasa, 1 November 2022, greenwashing adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tindakan palsu, menyesatkan, atau tidak benar maupun serangkaian klaim dampak positif yang dimiliki perusahaan, produk, atau layanan terhadap lingkungan.

Sebagai pelanggan, tentu penting memahami mana perusahaan yang benar-benar berdampak pada ibu Bumi atau mereka yang ternyata sekadar greenwashing. Sebagai langkah awal, menurut Head of Communication PT Unilever Indonesia, Tbk., Kristy Nelwan, konsumen harus punya rasa ingin tahu.

"Jadi harus cari tahu terus. Ini benar enggak campaign-nya, apa dampaknya, jelas enggak tujuannya, karena kalau (kampanye ramah lingkungannya) benar dan (pelanggan) mau mencari, informasinya ada dan enggak sulit didapatkan," ia mengatakan ketika ditemui usai jumpa pers peluncuran kampanye "Every U Does Good" inisiasi Unilever Indonesia di bilangan Jakarta Pusat, Selasa, 1  November 2022.

Kristy menyambung, "Kemudian, apakah benar ada program yang berkelanjutan. Walau (dari) semua program itu ada yang berhasil banget, ada yang harus di-improve. Yang harus kita hargai adalah upayanya, tapi benar ada, enggak greenwashing."

Ia mengatakan, membedakan dengan "kasat mata" memang tidak akan bisa. "Dimulai dari pertanyaan kritis, 'Apakah ini greenwashing atau benar berdampak pada lingkungan?' lalu mau mencari tahu," tuturnya.

 

 

2 dari 4 halaman

Every U Does Good

Kristy mengatakan, pelanggan juga bisa melihat apakah upaya ramah lingkungan sebuah merek ada dalam inovasi produk, kemasan, serta program berdampak. "Kalau ada, berarti itu legit," ucapnya.

Ia berpendapat tidak ada periode tertentu dalam menilai apakah sebuah kampanye ramah lingkungan benar berdampak atau sekadar greenwashing. "Memulai lebih baik daripada tidak sama sekali. Ada yang baru pun harus dihargai, karena bukan berarti itu enggak akan jalan," katanya, menambahkan bahwa bukan berarti konsumen meninggalkan pemikiran kritis mereka.

Memboyong semangat program berdampak, termasuk pada lingkungan, pihaknya kembali menggelar kampanye bertajuk "Every U Does Good" tahun ini. Di tahun ke-2, mereka ingin mengajak individu maupun perusahaan untuk bisa memberikan kebaikan bagi sekitar melalui berbagai cara yang sederhana, mulai dari memilih merek yang memiliki tujuan, hingga jadi heroes.

Kristy menuturkan, "Tahun ini kami kembali mengajak generasi muda jadi heroes masa kini dengan bergabung dalam 'Every U Does Good Heroes' untuk berkontribusi nyata pada lingkungan dan masyarakat."

3 dari 4 halaman

Gaung Socialpreneur

Founder Waste4Change, Greeneration.id, dan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, Muhammad Bijaksana Junerosano, yang tahun ini kembali jadi mentor dalam kampanye "Every U Does Good," mengatakan bahwa sekarang sudah tidak zaman untuk sebuah produk menggunakan fitur.

"Harus tentang purpose, value, ngomong hal-hal yang kena di hati. Kita harus sadar setiap orang punya kesempatan berbuat baik, termasuk lewat 'Every U Does Good.' itu pesan yang powerful, bahwa antara bisnis dan menciptakan dampak bisa jalan bersama," ia menuturkan.

Co-founder Indonesian Tempe Movement, Dr. Amadeus Driando Ahnan-Winarno, bercerita bahwa anak muda Indonesia punya gaya tersendiri dalam berdampak. "Berbeda dengan teman-teman saya di Amerika, misalnya, yang di Indonesia itu memikirkan setelah berhasil, mereka ingin memberi lagi ke masyarakat," katanya.

"Ketika pulang ke Indonesia sekitar dua tahun lalu, saya melihat sendiri memang betul produk ramah lingkungan ada sambutannya," mentor lain dalam program Every U Does Good ini menuturkan. "Socialpreneur lebih sering diucapkan. Menurut saya, tidak semua negara punya perhatian untuk ini."

Pemenang EUGD Heroes 2021 dengan program KONEKIN (Project BISA), Diva Asnawi, bercerita pengalamannya mengikuti kampanye tersebut tahun lalu. "Yang paling berkesan, menurut saya, kesempatan kolaborasi dengan mentor dan sesama heroes," katanya.

Diva menyambung, "Saya pribadi sangat terinspirasi keseriusan membuat perubahannya mas Seno. Socialpreneur itu memang dari hati, tapi butuh good planning, good execution, deliver-nya juga harus bagus."

4 dari 4 halaman

Sudah Bisa Mendaftar

Alumni Every U Does Good Heroes 2021 lainnya, Ni Putu Gita Saraswati, dengan program Kolaborasi Bumi (Menstrucaraka) berkomentar, "Senang sekali bahwa di program tahun ini, saya akan berkesempatan memberikan masukan untuk menyempurnakan pelaksanaan program, mengerahkan network yang saya miliki untuk menjaring lebih banyak peserta, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan para peserta dalam kegiatan mentoring nanti."

"Saya yakin, sinergi kekuatan purpose dari seluruh peserta program ini akan melahirkan banyak ide yang lebih kuat dan tangible untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik," imbuhnya.

Para peserta sudah bisa mendaftar melalui laman https://s.id/EUDGHeroes2022 hingga 25 November 2022. "Kami ingin lebih banyak submission tahun ini, supaya kesempatan bertemu heroes lebih besar, dan semoga bisa merata seluruh Indonesia, tidak hanya kota-kota besar," Kristy mengatakan.

Selain dua yang sudah disebutkan, mentor kampanye tersebut tahun ini juga diisi Gita Syahrani selaku Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Ayu Kartika Dewi yang merupakan staf khusus Presiden dan co-founder Toleransi.id, dan Nicky Clara, disability womanpreneur.

Juga, dalam "Every U Does Good" terdapat 15 merek Unilever Indonesia yang berpartisipasi. Mereka diklaim memiliki tujuan kuat yang sejalan dengan tiga pilar kebaikan dalam strategi "The Unilever Compass," dari rinso sampai bango.