Liputan6.com, Jakarta - Memulai hari dengan secangkir kopi atau teh berkafein mungkin terdengar biasa bagi sebagian orang. Tetapi, studi terbaru mengungkapkan bahwa konsumsi kafein oleh ibu hamil bisa berdampak negatif bagi anak-anak yang dikandungnya.
Anak-anak yang terpapar kafein dalam jumlah kecil sebelum lahir ditemukan rata-rata lebih pendek daripada anak-anak dari ibu yang tidak mengonsumsi kafein saat hamil. Hal itu tercantum dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal JAMA Network Open.
Advertisement
Baca Juga
Secara detail, riset menyebutkan anak-anak dari orangtua yang mengonsumsi kafein saat mereka dalam kandungan bertubuh lebih pendek pada usia 4 tahun dibandingkan mereka yang orangtuanya tidak mengasup kafein. Mengutip CNN, Rabu, 2 November 2022, penulis utama Dr. Jessica Gleason, seorang perinatal dan ahli epidemiologi mengatakan kesenjangan itu melebar setiap tahun hingga anak berusia 8 tahun.
"Untuk lebih jelasnya, ini bukan perbedaan tinggi yang besar, tetapi ada perbedaan kecil dalam tinggi badan di antara anak-anak dari orang-orang yang mengonsumsi kafein selama kehamilan,” kata Gleason, yang merupakan peneliti di Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health.
American College of Obstetricians and Gynecologists saat ini merekomendasikan untuk membatasi konsumsi kafein hingga kurang dari 200 miligram per hari saat hamil. Secangkir teh berkafein biasanya mengandung sekitar 75 miligram kafein, secangkir kopi instan memiliki sekitar 100 miligram, dan secangkir kopi yang disaring memiliki sekitar 140 miligram, menurut Klinik Cleveland. Sementara, secangkir cokelat memiliki sekitar 31 miligram kafein.
Efek Tubuh Pendek
Gleason menyatakan perbedaan yang ditemukan dalam penelitian terbaru bahkan terjadi pada anak-anak dari orangtua yang minum kurang dari setengah cangkir kopi per hari saat hamil, jauh di bawah pedoman saat ini. Meski begitu, hasil penelitian tersebut masih menimbulkan pernyataan.
Menurut Dr. Gavin Pereira, seorang profesor epidemiologi dan biostatistik di Curtin University di Australia, tidak jelas apakah penelitian ini secara efektif menunjukkan penyebab antara konsumsi kafein ibu dan tinggi badan anak. Pereira tidak terlibat dalam penelitian ini.
"Korelasi yang diamati dalam penelitian ini dapat dijelaskan dengan adanya penyebab umum dari konsumsi kafein dan pembatasan pertumbuhan, misalnya kemiskinan, stres, dan faktor makanan," kata Pereira dalam sebuah pernyataan kepada Science Media Center.
Lalu, apa dampak dari perawakan anak yang lebih kecil? Jika tinggi badan lebih pendek pada anak usia dini bertahan hingga dewasa, akan ada kemungkinan anak-anak tersebut menghadapi risiko hasil kardiometabolik yang buruk, seperti penyakit jantung dan diabetes, yang terkait dengan perawakan yang lebih kecil.
Advertisement
Sama Sekali Tak Disarankan
Di sisi lain, belum ada cara untuk mengetahui apakah kondisi itu akan bertahan hingga anak dewasa. Gleason berpendapat penelitian yang berfokus pada hasil populasi ini bukanlah alasan bagi setiap keluarga untuk panik. Tren tingkat populasi ini seharusnya juga mempertimbangkan hasil riset lain agar mereka dapat menilai ulang hasil rekomendasi tersebut, kata Gleason.
Di masa lalu, sejumlah hasil penelitian tidak konsisten mengenai apakah mengonsumsi kafein selama kehamilan berdampak pada janin. Tapi, Gleason menyebut buktinya telah dikumpulkan dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah hasil meta-analisis pada 2015 yang meninjau seluruh penelitian menemukan ada hubungan respons dosis antara konsumsi kafein dan ukuran lahir yang lebih kecil.
Sebuah studi pada 2020 mengungkapkan tidak ada tingkat kafein yang aman untuk janin yang sedang berkembang. Bagaimana cara menghentikannya? Bahkan tanpa kepanikan yang diperingatkan Gleason, beberapa orang mungkin ingin mengurangi kafein dan kemudian menemukan bahwa itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
Cara Hindari Kafein
Perlu diingat, kafein ditemukan dalam kopi, teh, minuman ringan, minuman energi dan suntikan, serta kakao dan cokelat. Kafein juga muncul dalam makanan ringan yang diperkaya, beberapa batang energi, dan bahkan beberapa obat penghilang rasa sakit.
Sebuah studi Universitas Johns Hopkins 2016 menemukan bahwa kafein sangat membantu ketika individu mengidentifikasi situasi atau suasana hati. Para ibu hamil kemungkinan besar mendambakan kafein karena mengidam, terutama selama beberapa minggu pertama memodifikasi penggunaan kafein.
Tetapi, para ibu hamil peminum kafein juga bisa mengatasi keinginan karena mengidam, seperti mengambil istirahat relaksasi lima menit yang melibatkan latihan pernapasan dalam. Ingatlah untuk selalu mengonsultasikan perubahan gaya hidup atau pola makan utama dengan tenaga medis Anda terlebih dahulu, karena perubahan dapat memengaruhi suasana hati atau kondisi medis Anda.
Selain konsumsi kafein, para ibu juga diminta untuk rutin sarapan pagi. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, dilansir Antara, meski tidak jarang ibu hamil yang mengalami mual di pagi hari, diminta mengusahakan sarapan dengan menu kaya kalsium seperti roti gandum, biskuit, atau pisang akan sangat baik untuk tubuh. Ibu hamil juga diminta memperbanyak porsi sayuran hijau dan buah.
Advertisement