Sukses

Raja Charles III Dilempari Telur oleh Aktivis Lingkungan Saat Kunjungan Kerajaan

Telur yang dilemparkan aktivis lingkungan itu nyaris mengenai tubuh Raja Charles III.

Liputan6.com, Jakarta - Kejadian tak menyenangkan dialami Raja Charles III saat mengunjungi Kota York bersama Permaisuri Camilla pada Rabu, 9 November 2022. Seorang demonstran melemparinya sekitar tiga telur sambil meneriakkan kalimat 'negara ini dibangun dengan darah para budak'.

Lemparan telur itu tak sampai mengenai tubuh Raja Inggris. Si pelaku juga langsung dibekuk polisi sambil dicemooh oleh warga lain yang menyerukan 'God Save the King'. 

Dikutip dari Washington Post, Charles tampak tidak terpengaruh oleh keributan itu, meski terlihat melirik telur yang berceceran di trotoar. Dia terus mengobrol dengan para pemimpin kota saat menyusuri jalan kota.

Charles dan Camilla berada di kota utara itu untuk meresmikan patung mendiang ibunya, Ratu Elizabeth II. Dikutip dari Daily Mail, patung setinggi dua meter dengan 1,1 ton itu terbuat dari batu kapur lepine dari Prancis yang dirancang untuk merayakan ulang tahun platinum mendiang Ratu dan selesai pada Agustus 2022, sebulan sebelum kematiannya.

Insiden pelemparan telur itu terjadi pada hari yang sama dengan penayangan seri kelima "The Crown" di Netflix. Waktunya canggung untuk Charles mengingat serial itu berfokus pada 1990-an, yang mengangkat soal perpisahannya dengan Putri Diana dan beberapa bab paling menyakitkan dalam hidupnya.

Sementara, protes itu bukan yang pertama dihadapi Raja Charles sejak naik takhta sekitar dua bulan lalu. Beberapa hari setelah kematian ratu, sejumlah orang ditangkap karena menggelar protes.

Seorang wanita ditangkap di Edinburgh, Skotlandia, tempat ratu sedang disemayamkan karena membawa poster berisi sumpah serapah dan seruan "hapuskan monarki." Seorang lainnya ditangkap karena meneriakkan “siapa yang memilihnya” sebagai dokumen yang secara resmi menyatakan Charles sebagai raja dibacakan di Oxford, Inggris. Tanggapan polisi memicu perdebatan tentang kebebasan berbicara di Inggris.

 

2 dari 4 halaman

Profil Pelaku

Mail Online melaporkan, pengunjuk rasa yang ditangkap polisi karena melempar telur ke Raja Charles dan Permaisuri bernama Patrick Thelwell. Ia adalah aktivis Extinction Rebellion (XR) yang pernah mencalonkan diri sebagai kandidat Partai Hijau.

Dalam biografi online, Thelwell membanggakan keterlibatannya yang lama dalam politik sayap kiri, yang dimulai pada 2015 ketika berkampanye untuk menggulingkan anggota parlemen Esther McVey dari kursinya di Merseyside karena pandangannya soal benefit. Thelwell pernah menjadi calon Partai Hijau dalam pemilihan daerah 2019 untuk  Hull Road Ward di York, yang sekarang dikendalikan oleh Partai Buruh.

Tahun lalu, dia dihukum karena menghalangi jalan raya setelah bergabung dengan protes XR lainnya yang memblokir jalan menuju percetakan surat kabar. PM Boris Johnson menyebut aksi itu 'sama sekali tidak dapat diterima'.

Thelwell menjabat sebagai presiden masyarakat berkebun di Universitas York. Ia diketahui secara teratur menulis artikel tentang perubahan iklim. Informasi menyebutkan dia sedang mempersiapkan diri untuk kuliah mengambil gelar PhD dalam bidang Pembangunan Global Interdisipliner. 

Dia telah menjadi presiden masyarakat berkebun Universitas York dan, di sebuah blog di mana dia secara teratur menulis tentang perubahan iklim, mengatakan dia sedang mempersiapkan untuk belajar untuk gelar PhD dalam Pembangunan Global Interdisipliner.

 

3 dari 4 halaman

Bukan Kejadian Pertama

Para bangsawan umumnya menerima sambutan hangat ketika mereka berjalan-jalan atau bepergian ke luar negeri. Tapi, insiden pelemparan telur itu bukan pertama kali dialami anggota Kerajaan Inggris.

Selama tur kerajaan Ratu Elizabeth II di Selandia Baru pada 1986 ratu, dia terkena lemparan telur dari seorang wanita yang memprotes perjanjian Inggris dengan suku-suku Maori. Sang ratu berada di dalam mobil terbuka dan telur itu mengenai mantel merah mudanya.

Unjuk rasa juga dialami oleh pasangan Kate Middleton dan Pangeran William saat kunjungan kenegaraan ke sejumlah negara di Karibia, termasuk di Jamaika. Saat mendarat di Bandara Internasional Norman Manley dengan jet RAF VIP Voyager, sebuah protes yang menyerukan reparasi perbudakan dari kerajaan Inggris terjadi hanya beberapa mil jauhnya di ibu kota Jamaika, Kingston.

Demonstrasi di luar Komisi Tinggi Inggris dilaporkan diatur oleh Jaringan Advokat, sebuah koalisi hak asasi manusia dari aktivis Jamaika dan organisasi kesetaraan. Koalisi juga telah menulis sebuah surat terbuka yang ditandatangani oleh tokoh-tokoh besar di Jamaika yang menyerukan agar kerajaan Inggris membayar ganti rugi budak saat negara itu menandai peringatan 60 tahun kemerdekaannya dari Inggris Raya. 

 

4 dari 4 halaman

Diusir di Irlandia

Kate kembali menghadapi kejadian tak nyaman saat berinteraksi dengan publik bersama Pangeran William selama kunjungannya ke Irlandia Utara. Seorang wanita berjabat tangan dengan Putri Wales itu saat melontarkan ucapan yang menyinggung.

Dikutip dari People, insiden itu terjadi saat ia berjalan-jalan di luar Kastil Carrickfergus pada hari Kamis, 6 Oktober 2022, saat Putri Wales menyapa para simpatisan. Sesuatu yang tak terduga terjadi saat dia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan seorang wanita yang merekam pertemuan itu di teleponnya.

"Senang bertemu denganmu, tetapi akan lebih baik jika itu saat kamu berada di negaramu sendiri," kata wanita itu memberitahu sambil meraih tangan Kate.

Kate terus tersenyum dan bergerak untuk menjabat tangan orang lain. Tetapi,wanita itu kemudian menambahkan, "Irlandia milik orang Irlandia."

Irlandia Utara merupakan satu kesatuan Britania Raya bersama dengan Inggris, Skotlandia dan Wales. Kontroversi dan konflik terjadi sejak Inggris pertama kali menduduki Irlandia di era 1600-an. Pada 1920, sebuah undang-undang disahkan membagi negara itu menjadi Irlandia Utara, bagian dari Inggris, dan Republik Irlandia.